27 Juni 2012

, ,

UFO (Part I)

Gejala apa saja yang menyentuh kehidupan begitu banyak orang, dan yang menimbulkan kebingungan bahkan ketakutan di antara mereka, dengan sendirinya bukan hanya mengandung potensi kepentingan dan arti ilmiah, tetapi juga mengandung arti sosiologis dan politis, terutama oleh karena hal tersebut menimbulkan banyak implikasi mengenai adanya kecerdasan yang lain daripada kita. Bagaimana dengan UFO?


Penampakan UFO yang pernah ada

Kasus-kasus penyaksian UFO yang dimuat di dalam buku “Menyingkap Rahasia Piring Terbang” merupakan seleksi dari kasus-kasus yang diketahui oleh penulis pada waktu itu. Salah satu ciri dari perkembangan masalah UFO selama 2 dasawarsa terakhir ini ialah tidak hanya bertambah banyaknya penyaksian-penyaksian baru, akan tetapi juga tergalinya kasus-kasus lama yang tidak diketahui sebelumnya di samping bertambahnya keterangan-keterangan mengenai kasus-kasus lama yang sudah diketahui. Di antara penyaksian-penyaksian UFO lama itu terdapat pula kasus-kasus klasik yang patut kita perhatikan.

Ledakan Mahadahsyat di Siberia (1908)
Pada pagi hari tanggal 30 Juni 1908 kafilah-kafilah di gurun Gobi menyaksikan sebuah bola api menyala dan yang meluncur dengan cepat di langit untuk akhirnya lenyap di sebelah utara tapal batas Mongolia. Beberapa saat kemudian terjadilah ledakan maha dahsyat di dataran tinggi Siberia Tengah, Rusia, didekat sungai Tunguska, yang tercatat pada seismograf-seismograf di Irkutsk (880 kam ke selatan), Moskow (5000 km) ke barat, St. Petersburg, (Leningrad sekarang) dan bahkan sejauh Washington dan Batavia (Jakarta sekarang). Penduduk di daerah itu yang sangat langka melaporkan timbulnya tiang api yang menjulang setinggi langit, disusul oleh gelombang panas, serangkaian menggelegar, gelombang-gelombang angin sekencang taufan dan turunnya hujan yang berwarna hitam.

Baru 19 tahun kemudian dikirim ekspedisi ilmiah di bawah pimpinan Prof. L. Kulik, yang diulangi lagi pada tahun-tahun 1928 dan 1929. Fakta-fakta yang dikumpulkan mengagumkan dunia ilmu pengetahuan: daerah hutan yang berbentuk lonjong dengan ukuran kurang lebih 25 x 15 km mengalami kehancuran total, sedang lingkaran luar dengan ukuran kurang lebih 50 x 45 km mengalami kerusakan berat. Prof. Kulik almarhum ialah seorang ahli meteorit dan sampai akhir hayatnya mencoba dengan sia-sia untuk membuktikan adanya”Meteor Tunguska”. Versi lain kemudian menyangka adanya sekelompok meteor. Namun tidak berhasil ditemukan sisa-sisanya seperti pada kepundan-kepundan meteor lainnya. Kemudian dilontarkan kemungkinan adanya komet, namun hal itu tidak sesuai dengan laporan para saksi.

Setelah tibanya zaman atom baru disadari bahwa ledakan maha dahsyat di Tunguska memperlihatkan ciri-ciri suatu ledakan nuklir! Ciri-ciri itu antara lain ialah bahwa pohon-pohon di hutan sekitarnya yang selamat dari ledakan, memperlihatkan lingkaran tahunan yang lebih gemuk untuk tahun 1908 daripada tahun-tahun lainnya. Dari keadaan pohon-pohon yang hangus terbakar juga dapat disimpulkan, bahwa ledakan yang memancarkan panas itu terjadi bukannya di permukaan bumi melainkan di udara. Demikian juga telah ditemukan butir-butir magnetit ukuran mikroskopis di samping butir-butir silikat seperti kaca yang kadang-kadang mengandung partikel besi. Bahan-bahan yang sama ditemukan sehabis percobaan-percobaan nuklir di Alamogordo, Amerika Serikat, dan terbentuk oleh suhu sangat tinggi dari ledakan nuklir. Menurut perkiraan, ledakan maha dahsyat di Siberia pada tahun 1908 itu berkekuatan 30 megaton.

Dalam dua dasawarsa terakhir ini telah terungkap perspektif lain terhadap teka-teki Tunguska dengan adanya penelitian oleh ahli-ahli aerodinamika dan ahli-ahli peroketan, yang dipelopori oleh Dr. Felix Zigel. Analisa dari laporan para saksi, bukti-bukti dari gelombang balistik dan bentuk daerah kerusakan menunjukkan bahwa lintasan yang ditempuh oleh benda dari kosmos itu bukanlah lurus, melainkan semula datang dari arah selatan, di atas desa Keshma membelok ke timur dan diatas desa Preobrazhenka berubah arah ke barat. Tiba di sebelah utara desa Vanavara terjadilah ledakan maha dahsyat itu.

Lintasan yang berbelok-belok itu tidak mungkin dilakukan oleh suatu benda alamiah, melainkan hanya dapat dilakukan oleh suatu benda buatan, sehingga timbullah dugaan bahwa penyebabnya ialah wahana antariksa yang datang dari peradaban lain!

Hipotesa wahana antariksa dari luar bumi itu ada dua macam, meskipun kedua-duanya berdasarkan anggapan bahwa telah terjadi suatu ketidakberesan teknis. Yang satu mengira bahwa terjadi kerusakan pada sistem propulsinya sehingga terjadilah ledakan maha dahsyat yang memusnahkan tamu dari luar bumi tadi. Hanya butiran mikroskopis saja yang masih tertinggal yang merupakan sisa dari wahana antariksa semula. Hipotesa yang lain mengira, bahwa obyek dari kosmos itu mengalami kesulitan dalam sistem pengemudian sehingga hampir membentur permukaan bumi. Maka dari itu pada saat terakhir ia terpaksa melakukan koreksi arah dengan menyalakan motor roket nuklirnya, sehingga ia berhasil meninggalkan bumi untuk selanjutnya meneruskan perjalanannya ke arah Planet Venus. Apa pun sebabnya, kita boleh merasa bersyukur bahwa ledakan maha dahsyat tadi tidak terjadi di atas salah satu kota metropolitan, melainkan di daerah yang langka penduduknya. Namun, menurut Ian Ridpath (Messages from the Stars, Fontana/Collins, Glasgow 1978), di dalam tahun 1977 para sarjana Uni Sovyet mengumumkan penemuan bahan carbonaceous chonditer yang lazimnya terdapat di kepala komet. apakah dengan demikian teka teki Tunguska telah terjawab untuk penghabisan kalinya?

Keajaiban di Fatima, Portugis (1917)
Fatima ialah sebuah desa kecil di distrik Leiria, kurang lebih 62 mil (100 km) sebelah Utara Lisabon, ibu kota Portugis, yang sekarang merupakan salah sebuah tempat berziarah yang ramai dikunjungi orang. Asal mulanya ialah ketika di dalam tahun 1917 tiga orang anak penggembala domba 6 kali berturut-turut dengan selang tepat satu bulan, didatangi oleh seseorang yang mendarat dari langit yang mereka anggap Bunda Maria. Ketiga anak itu Lucia, Francisco, dan Jacinto Marto, yang pada waktu itu berturut-turut berumur 10, 9 dan 7 tahun. Mereka pada mulanya tidak dipercaya, bahkan sempat dijebloskan ke dalam penjara selama 3 hari atas tuduhan kemasukan setan. Namun perjumpaan dengan seseorang dari langit itu, yang diawali pada tanggal 13 Mei, kemudian pada tanggal yang sama selama 6 bulan berturut-turut terjadi sehingga pada peristiwa-peristiwa berikutnya banyak saksi-saksinya. Bahkan pada peristiwa terakhir tidak kurang dari 70.000 orang menyaksikannya, diantaranya orang-orang yang percaya, yang tidak percaya, pendeta, wartawan Vikaris dari Leiria, dan juga Profesor Almeida Garrett dari Universitas Coimbra. Wahana yang dipergunakan oleh tamu dari langit itu dilukiskan sebagai “bola bercahaya”, “pesawat terbang dari cahaya”, “seperti cakram dengan tepi yang jelas, yang mempunyai permukaan yang mengkilau seperti mutiara”. Tamu dari langit itu dilukiskan sebagai wanita muda yang amat cantik, berwarna putih dan bercahaya. Pakaiannya berwarna putih seperti salju, diikat pada lehernya dengan sebuah sabuk emas dan menutupi seluruh tubuhnya. Kepalanya tertutup sebuah jubah putih yang mempunyai tepi emas pula. Terlepas dari tafsiran atau kepercayaan, peristiwa Fatima memecahkan rekor banyaknya saksi. Demikian pula kemiripan dari deskripsi tentang wahana dan penumpangnya dengan penyaksian-penyaksian UFO pada umumnya sangat menarik perhatian para peneliti masa kini.

Pesawat-pesawat Terbang “Hantu” di Skandinavia
John A.Keel di dalam buku “Why UFO’s” (Manor Books, New York 1975) menyebut peneliti Swedia Ake Frazen, yang menggali kembali dari surat-surat kabar Sewdia lebih dari 90 kasus pesawat terbang “hantu” di antara tahun-tahun 1932-1938. Pesawat-pesawat terbang misterius itu tampak di atas Swedia Utara, Norwegia, dan Finlandia, semuanya dilaporkan berwarna abu-abu, tanpa tanda-tanda pengenal. Mereka sering muncul pada waktu terjadi badai, terbang rendah dan berputar-putar di atas kota-kota, stasiun-stasiun kereta api, obyek-obyek pertahanan dan kapal-kapal di laut. Pesawat-pesawat itu acap kali mematikan mesinnya selagi terbang rendah dan berputar-putar tadi, suatu tingkah laku yang aneh dan berbahaya bagi pesawat-pesawat terbang apalagi pada tingkat teknologi masa dahulu. Mereka membawa lampu pencari yang sangat terang dan yang diarahkan ke bawah. Kokpitnya biasanya terang benderang dan tampak para awak pesawat yang mengenakan topi dan kaca mata penerbang yang lazim dipakai pada masa itu sehingga mukanya tidak begitu kelihatan. Pesawat-pesawat terbang misterius yang terbang rendah itu diiringi oleh cahaya-cahaya aneh yang terbang lebih tinggi. Di dalam pengumuman pers Mayor Jenderal Reuterswald, panglima komando Upper Norrland, Swedia, membenarkan adanya penerbangan-penerbangan ilegal di atas daerah-daerah militer yang terlarang dan bertanya secara terbuka, siapakah gerangan mereka itu dan mengapakah mereka melanggar wilayah Kerajaan Swedia?
Pesawat terbang “hantu” yang serupa juga pernah dilaporkan di atas New York City menjelang akhir tahun 1933 dan di atas kota London dua bulan kemudian.

Pesawat-pesawat terbang “hantu” di dalam tahun enam puluhan muncul di Amerika Serikat dan berbentuk pesawat angkut militer Fairchild C-119, yang terbang sangat rendah menyusuri bukit-bukit dan sambil mematikan mesin-mesinnya. Pada peristiwa lain pernah dilihat pula suatu formasi helikopter-helikopter yang tidak dikenal.

Makhluk-makhluk UFO Meninjau Rumah Petani (Kasus KellyHopkinsville)
Kasus Kelly Hopkinsville kini termasuk salah satu penyaksian UFO yang klasik, disebut kasus Kelly Hopkinsvelle oleh karena terjadi di desa Kelly yang terletak 7 mil (11 km) sebelah utara kota Hopkinsville, Kentucky. Kasus itu banyak diberitakan oleh surat-surat kabar pada waktu itu, demikian pula diselidiki oleh Proyek “Buku Biru” dan oleh kelompok-kelompok peneliti UFO yang independen. Ringkasan kisahnya sebagai berikut. Pada malam hari tanggal 21 Agustus 1955 rumah keluarga petani Ny. Lankford berulang kali didatangi oleh makhluk-makhluk aneh sampai semalam suntuk Makhluk-makhluk itu muncul sesudah sebuah UFO yang bercahaya dan berbentuk cakram tampak mendarat di dalam lembah yang terdapat di ujung ladang mereka. Makhluk-makhluk UFOitu tinginya 1 m, mempunyai kepala yang bulat dan besar, sepasang mata yang besar, melotot dan memancarkan sinar berwarna kuning, kuping yang lebar sekali, lengan yang panjang dan tangan yang besar dengan kuku-kuku yang panjang. Sebaliknya kaki-kakinya tampak kecil. Makhluk-makhluk itu ditembak berulang kali akan tetapi ternyata kebal peluru. Mereka terjungkir setelah tertembak lalu melarikan diri ke tempat yang gelap. Satu di antaranya tertembak selagi bertengger di dahan pohon dan ia tampak melayang ke bawah seperti barang yang ringan sekali. Mereka muncul kembali berulan kali kendati setiap kali muncul disambut dengan tembakan. Pada suatu ketika salah satu makhluk UFO itu bahkan bertengger di bagian atap di atas pintu dan ketika salah seorang penghuni pria bernama Taylor keluar melalui pintu itu, rambutnya dibelai oleh makhluk UFO tadi! Makhluk-makhluk UFO itu pergi dan tidak kembali lagi menjelang fajar menyingsing. Seisi rumah petani yang menjalani penyaksian makhluk-makhluk UFO yang menakutkan itu terdiri dari Ny.Lankford, ketiga orang anaknya yang masih kecil, menantunya yaitu Ny.Sutton dan 2 orang pria yaitu Lucky Sutton dan Billy Taylor.

Korban Gelombang Panas UFO (Kasus Fort Itaipu, Braxil, 1957)
Petang hari tanggal 4 November 1957 di benteng Itaipu, Brasil, dua orang prajurit yang sedang bertugas jaga melihat apa yang semula mereka sangka “Bintang baru” di langit. “Bintang” itu semakin bertambah besar dan beberapa detik kemudian berhenti di atas benteng itu. Ia kemudian melayang perlahan-lahan ke bawah, menjadi sebesar sebuah pesawat terbang, dan dikelilingi oleh suatu cahaya terang yang berwarna jingga. Suatu bunyi mendengung terdengar dengan jelas, lalu suatu gelombang panas menimpa. Seorang penjaga jatuh pingsan seketika, sedang kawannya berhasil menggulingkan badannya ke bawah sebuah meriam yang besar di mana teriakan-teriakannya yang keras kemudian membangunkan seisi garnisun. Selagi para prajurit lari menuju ke pos masing-masing, terjadilah gangguan listrik yang memadamkan seluruh penerangan. Timbullah panik sampai lampu-lampu menyala kembali. Dalam pada itu sejumlah prajurit masih ada yang sempat melihat bagaimana suatu cahaya yang berwarna jingga meninggalkan daera itu dengan kecepatan tinggi. Kedua penjaga tadi ditemukan dengan luka-luka bakar yang parah: seorang tidak sadar dan yang lain kebingungan, mengalami “shock” yang dalam. Kasus Fort Itaipu menggemparkan kalangan pertahanan nasional Brasil, sehingga di dalam penyelidikan kejadian itu mereka meras perlu untuk mengadakan konsultasi dengan kalangan Pentagon Amerika Serikat.

Kasus Antonio Villas Boas yang Unik (Brasil, 1957)
Antonio Villas Boas ialah petani bujangan berumur 23 tahun yang berdiam di luar kota Sao Francisco de Salles, Minas Gerais, Brasil.

Pada malam hari tanggal 15 Oktober 1957 ia sedang menggarap ladangnya dengan mengemudikan sebuah traktor, oleh karena hawa panas tidak mengizinkan pekerjaan itu di siang hari. Pukul 1 malam muncul sebuah cahaya merah seperti bintang, yang semakin turun menjadi semakin besar dan ketika mendarat kurang lebih 10-15 m di depan traktornya, ternyata bentuknya seperti sebuah telur yang agak panjang dengan cahaya berwarna-warni di sekelilingnya. Antonio Villas Boas diserbu oleh 3 orang manusia yang tingginya kurang lebih sama dengan dirinya dalam pakaian seperti juru selam. Pakaiannya itu sangat ketat dan berwarna abu-abu, tutup kepalanya berbentuk lonjong sehingga kepalanya menjadi 2 kali lebih tinggi dari biasanya dan menjadi penutup mukanya pula dengan sepasang lubang bulat yang tertutup kaca. Di atas tutup kepalanya terdapat sebuah pipa logam yang melengkung ke bawah dan masuk ke dalam pakaian di tempat tulang punggung, sedang dua pipa logam lainnya menghubungkan kiri kanan kepalanya dengan kiri kanan tepi punggung di bawah ketiak. Sepatunya mempunyai bagian depan yang melengkung ke atas dan mempunyai alas yang sangat tebal, di antara 5 sampai 7 1/2 cm (2-3"), sehingga diduga tinggi manusianya tidak lebih dari 1,55 m. Mereka memakai ikat pinggang dan di dadanya terdapat tanda sebesar irisan nanas berwarna merah terbuat dari bahan yang memantulkan cahaya.

Selama seluruh kejadian jumlah manusia yang berpakaian seperti juru selam itu paling banyak 5 orang. Setelah diseret masuk ke dalam UFO, Antonio Villas Boas diambil contoh darahnya dari kiri kanan dagunya, kemudian ditelanjangi dengan paksa, dibersihkan dengan suatu cairan, lalu ditinggalkan seorang diri di dalam kamar dari logam tanpa jendela dan tidak tampak pintunya. Daritabung-tabung kecil di dinding kamarnya itu kemudian keluar asap dengan bau seperti pakaian terbakar, yang semula memusingkan dan membuat Antonio Villas Boas muntah-muntah. Setengah jam kemudian masuklah seorang wanita berpakaian Hawa! Tingginya tidak lebih dari 1,35 m, dengan bentuk badan yang menggiurkan. Rambutnya pirang keputih-putihan, matanya berwarna biru dan besar dengan sudut luar yang miring ke atas. Hidungnya lurus, tidak ke atas, tidak runcing, dan tidak besar. Tulang pipinya tinggi sehingga roman mukanya tampak lebar, akan tetapi bagian bawahnya menyempit dan berakhir dalam dagu yang runcing. Bibirnya sangat tipis, hampir tak kelihatan. Daun telinganya kecil dan berbentuk biasa. Wanita itu, seperti juga manusia-manusia lain yang berpakaian juru selam, apabila hendak berhubungan dengan Antonio Villas Boas hanya memakai isyarat-isyarat dengan gerakan tangan. Akan tetapi apabila mereka bercakap-cakap di antara mereka sendiri, suaranya seperti anjing yang menggeram, bunyi tenggorokan yang tidak dapat kita tiru. Demikianlah selanjutnya Antonio Villas Boas berad di dalam UFO itu tidak kurang dari 4 1/2 jam lamanya. Ia masih sempat keliling UFO dan mengenai hal tersebut ia memberikan keterangan terperinci. Ketika ia kembali ke traktornya, maka jam menunjukkan pukul 5.30 pagi. Sehari setelah kejadian itu ia masih merasa pusing dan selama dua hari ia tidak dapat tidur, akan tetapi sejak hari ketiga sampai sebulan lamanya ia sebaliknya malah tidur berlebih-lebihan.

Mengingat sifatnya, pengalaman Antonio Villas Boas semula disiarkan sambil merahasiakan identitasnya. Baru beberapa tahun kemudian namanya disebut terang-terangan. Suami isteri Lorenzen yang memimpin APRO, suatu badan penelitian UFO, berpendapat bahwa asap yang mengganggu saksi ialah gas atau campuran gas tertentu untuk memungkinkan wanita tadi bernafas tanpa memakai pakaian seperti juru selam. Terserah kepada para pembaca untuk percaya atau tidak, akan tetapi kisah Antonio Villas Boas mengandung unsur-unsur yang identik dengan penyaksian-penyaksian UFO lain. Salah satu persamaan ialah bahwa jumlah awak UFO yang bersangkutan ialah 6 orang, seperti dalam kasus Betty & Barney Hill beberapa tahun kemudian di Amerika Serikat.

Makhluk-makhluk UFO Membalas Lambaian Tangan (1959)
Salah satu penyaksian UFO yang menjadi klasik ialah kasus Pater Gill yang terjadi di Boainai, Papua Niugini, pada tahun 1959. Pater William Booth Gill ialah seorang pendeta gereja Anglikan, yang memimpin suatu misi di sebuah desa terpencil di pantai ujung selatan Papua Niugini. Pada tanggal 26, 27 dan 28 Juni 1959 Pater Gill beserta 37 orang pribumi, di antaranya guru Steven Gill Moi, perawat Annie Laurie Borewa, Eric Kodawara, Ananias Rarata dan Dulci F. Guyorobo, menyaksikan UFO-UFO bermakhluk. Hal tersebut merupakan penyaksian UFO bermakhluk dengan jumlah saksi yang paling banyak di masa kini. UFO itu ada 3 buah, sebuah berukuran besar dan yang lain berukuran kecil, dan selama 3 malam berturut-turut muncul 18.00 lebih sedikit dan melakukan kegiatannya di daerah itu sampai pukul 23.00 atau lebih. Mula-mula UFO itu disangka lampu petromaks. Bentuknya bulat dan pipih, alasnya bergaris tengah kurang lebih 35' (12 M) sedang geladak atasnya bergaris tengah kurang lebih 20' (7 m). Di geladak atas itu tampak makhluk-makhluk seperti manusia, kadang-kadang hanya tampak seorang, kadang-kadang lebih, akan tetapi tidak pernah melebihi 4 orang. Mereka kadang-kadang membungkukkan badannya dan mengangkat tangannya di pusat geladak seperti sedang menyetel sesuatu, dan ada yang berdiri saja melihat ke arah para saksi. Makhlk-makhluk UFO itu memakai pakaian yang ketat dan mempunyai warna kulit pucat. UFO itu seluruhnya dikelilingi oleh suatu karangan cahaya, termasuk para makhluknya dan empat buah batang yang terpasang di bawahnya dan kemungkinan merupakan alat pendaratnya. Di sekeliling sisinya terdapat sederetan jendela persegi panjang yang memancarkan cahaya yang lebih terang daripada bagian UFO lainnya. Menurut Pater Gill cahaya UFO sewaktu jauh berwarna putih dan terang sekali, sedang semakin mendekat warnanya menjadi kekuning-kuningan atau kejingga-jinggaan dan agak suram. Dari pusat geladak atas kadang-kadang tampak sorotan berkas sinar berwarna biru yang mengarah ke atas dengan sudut miring 45'. Pada suatu ketika UFO itu merendah sampai kurang lebih setinggi 300 sampai 400' (100-130 m) sehingga para saksi mengira ia akan mendarat di lapangan olah raga. Oleh karena itu Pater Gill dan Steve Gill Moi melambaikan tangannya seolah-olah menyambut dengan memberi salam “Hallo”. Tanpa diduga makhluk yang berdiri di geladak atas UFO menjawab lambaian tangan itu. Kemudian Eric Kodawara dan Ananias Rarata melambaikan kedua belah tangannya dan 2 makhluk UFO lainnya membalasnya dengan melambaikan kedua belah tangannya! Semua saksi terdengar menghela nafasnya, mungkin karena heran atau girang, atau karena keduanya. Di dalam penyaksian pada malam ke 2 Pater Gill mengarahkan sebuah lampu senter ke UFO dan menyalakannya secara agak lama tetapi terputus-putus. Satu atau 2 menit kemudian UFO itu tampak bergoyang-goyang ke kiri dan ke kanan seperti sebuah bandul, Kejadian yang sama terulang lagi, kemudian UFO itu menuju ke arah para saksi, akan tetapi akhirnya ia berhenti. Satu atau dua menit kemudian para makhluk UFO seolah-olah kehilangan perhatiannya terhadap para saksi, oleh karena mereka menghilang ke dalam UFO. Seorang pendeta lain, yaitu Pater Norman E.G.Cruttwell, setelah melakukan penyelidikan melaporkan bahwa di Papua Nugini pada tahun 1959 telah terjadi penyaksian UFO sebanyak 65 kali di berbagai tempat.

Tamu-tamu Ajaib Kebal Senjata di Kepulauan Alor (1959)
Awal bulan Juli 1959 masyarakat Kepulauan Alor digemparkan oleh munculnya kawanan manusia ajaib yang tingginya rata-rata 1,80 m, berkulit merah, berambut perak berombak, berseragam biru tua dengan lengan panjang, bersepatu hitam dan berikat pinggang di mana terselip tongkat berbentuk tabung dari logam. Satu-satunya keanehan hanyalah bagian belakang kepala yang agak tinggi yang tidak jelas penyebabnya: apakah dikarenakan oleh bentuk leher bajunya ataukah oleh bentuk daun telinganya.

Salah seorang manusia ajaib itu pernah terdapat sedang menyelidiki sesuatu, sehingga menimbulkan kecurigaan penduduk yang serta merta mengepungnya dan bahkan menyerang dengan panah. Ternyata manusia ajaib itu kebal dan bahkan berhasil meloloskan diri dengan jalan melompat tinggi di atas kepala para pengepungnya untuk selanjutnya menghilang tanpa meninggalkan jejak.

Di Pulau Pantar 6 orang manusia ajaib itu sesudah matahari terbenam berkeliaran masuk ke dalam perkampungan penduduk, yang oleh karenanya dicekam rasa takut sehingga semalam suntuk tidak berani keluar rumah. Salah seorang manusia ajaib yang berjenggot bahkan berani membuka jendela untuk selanjutnya sekedar meninjau keadaan di dalam rumah.

Seorang penduduk perkampungan di sebelah timur kota Kalabahi melaporkan, bahwa ketika ia turun dari memanjat pohon enau, ia dikepung oleh sekelompok manusia ajaib berseragam biru. Mereka saling bercakap-cakap di dalam bahasa yang tidak dimengerti oleh penduduk tadi. Kemudian salah seorang di antara mereka tampil ke muka dan mempelihatkan sebuah alat berbentuk bulat seperti wekker tempo dulu. Penduduk tadi tercengang karena melalui alat tadi ia dapat melihat pemandangan jauh di seberang sana padahal di depan mereka terbentang hutan lebat dan bukit-bukit yang tinggi.

Seorang anak berumur 6 tahun “diculik” oleh kawanan manusia ajaib, akan tetapi 24 jam kemudian ia ditemukan kembali di tengah ladang dalam keadaan bingung. Setelah pulih kembali anak itu bercerita, bahwa ia dibawa ke tengah hutan dan mengalami berbagai pemeriksaan medis. Ia ditawari suatu makanan jenis apa pun yang ia kenal.

Terdorong oleh laporan penculikan itu Komandan Polisi Alwi Alnadad mengerahkan kesatuan polisi yang bersenjatakan senjata-senjata otomatik jenis Bren, Garrand dan Thompson untuk menyergap manusia ajaib di tempat munculnya disebelah timur Kalabahi. Kurang lebih pukul 24.00 malam manusia ajaib itu muncul dengan pakaian seragam birunya, dan pada jarak 13 m tembakan-tembakan dilepaskan secara serentak. Anehnya, kemudian polisi tidak berhasil menemukan setetes darah pun yang tercecer, apalagi sesosok jenazah. Mereka hanya menemukan pohon-pohon yang tertembus peluru dan telapak kaki yang hanya sejauh 5 m sedang lebih jauh dari itu tidak terdapat jejaknya.

Setelah peristiwa penembakan itu banyak penduduk Kepulauan Alor telah melihat benda terbang berbentuk telur, berwarna putih gemerlapan, terbang dengna kecepatan tinggi di atas permukaan laut dari arah barat ke timur. Untuk seterusnya kabar tentang manusia ajaib tidak pernah terdengar lagi.

Kasus manusia kebal di Kepulauan Alor ini diungkapkan kepada penulis oleh komandan polisi setempat sendiri setelah ia menjadi purnawirawan 17 tahun setelah kejadian tersebut. Manusia-manusia ajaib yang dihubungkan dengan UFO di tengah-tengah masyarakat Amerika Serikat disebut “MIB”, singkatan dari “Men in Black”, oleh karena berpakaian serba hitam. Manusia-manusia ajaib di Kepulauan Alor itu dapat juga disebut “MIB”, singkatan dari “Men in Blue”, oleh karena berpakaian serba biru tua. Kasus Kepulauan Alor menjadi semakin menarik jikalau dihubungkan dengan penyaksian-penyaksian UFO di wilayah Papua Nugini pada tahun yang sama (1959). Secara geografis kedua tempat itu hanya terpisah sejauh 1125 mil (1800 km) dengan arah timur barat. Sesuatu aspek dari kasus Kepulauan Alor ialah bahwa manusia-manusia ajaib itu tidak disaksikan masuk keluar UFO. Hanya setelah sebuah UFO yang berbentuk telur itu tampak meninggalkan Kepulauan Alor, maka manusia-manusia ajaib itu tidak pernah disaksikan lagi. Di manakah UFO yang lonjong selama seminggu itu, apakah ia hanya melakukan antar jemput saja ataukah ia disembunyikan di suatu tempat?

UFO Merah Menimbulkan Statik (1960)
Selama seminggu penuh menjelang akhir bulan September dan permulaan bulan Oktober 1960 penduduk kota Makasar (sekarang Ujung Pandang) melaporkan adanya benda-benda bercahaya yang berwarna merah seperti bintang, yang bergerak lambat dari timur laut ke tenggara. Benda-benda itu biasanya tampak 3 kali sehari yaitu pada pukul 08.30 waktu setempat pagi hari, 18.30, dan 19.00 petang hari. Menjawab pertanyaan dari kantor berita “Antara”, pihak lapangan terbang Mandai (sekarang Wolter Monginsidi) menerangkan bahwa selama 3 petang berturut-turut balon meteor yang berlampu telah diluncurkan pada pukul 18.30. Akan tetapi pada petang hari tanggal 2 Oktober 1960 dua buah obyek yang sama disaksikan di atas Makasar, sebuah di antaranya diterangkan sebagai satelit oleh pihak lapangan terbang Mandai tanpa memberikan perincian lebih jauh. Adalah sesuatu kenyataan bahwa selama benda-benda bercahaya merah itu muncul maka siaran radio Makasar sering mengalami gangguan statik. Pada waktu yang sama penduduk kota Semarang juga melaporkan benda-benda berwarna putih kehijauan yang melintasi langit petang hari dari timur ke selatan dalam beberapa detik, biasanya sekitar pukul 19.30. Benda-benda itu pasti bukan meteor, demikianlah keyakinan para saksi.

Kasus Barney dan Betty Hill (1961)
Salah satu penyaksian UFO yang terkenal dari dasawarsa enam puluhan tanpa ayal lagi ialah kasus Barney & Betty Hill, baik karena anehnya pengalaman itu sendiri maupun karena cara pengungkapannya.

Apa yang mereka ingat dalam keadaan sadar ialah bahwa pada malam hari tanggal 19 September 1961 mereka sedang naik mobil di White Mountains dalam perjalanan pulang setelah berlibur. Mereka telah singgah di Colebrook pukul 22.00 untuk minum kopi dan berharap tiba di rumahnya, Prtsmouth, New Hampshire, paling lambat pukul 3 dini hari. Di jalan raya yang sepi itu perhatian mereka tertarik oleh apa yang semula mereka sangka sebuah bintang yang besar, yang kemudian setelah mendekat ternyata sebuah benda berbentuk cakram dengan dua deretan jendela dan cahaya merah di setiap sisi. Suami istri itu menghentikan mobilnya sampai 2 kali dan suaminya keluar untuk mengamat-amati benda tadi melalui teropong. Benda itu akhirnya mengambang di udara setinggi gedung 10 tingkat dan tampak kurang lebih 6 orang manusia berdiri di belakang jendela yang memandang ke bawah ke arah sang suami. Saksi itu merasa mendapat firasat seolah-olah makhluk-makhluk itu menyampaikan pesan kepadanya untuk tidak bergerak dan tidak akan disakiti. Pada saat itulah ia berteriak, “Kita akan diculik!” berbalik, lalu lari ke mobilnya, dan bersama istrinya ngebut pulang ke rumahnya yang ternyata sampai pada pukul 5 pagi.

Suami istri Hill semula bermaksud untuk merahasiakan pengalamannya itu karena khawatir ditertawakan orang. Namun mereka kemudian terganggu oleh impian-impian yang menyeramkan, bahkan beberapa tahun kemudian Barney Hill menderita kecemasan, tekanan darah tinggi dan tukak lambung. Akhirnya pada tahun 1964 mereka terpaksa mengadakan konsultasi dengan Dr.Benyamin Simons, seorang ahli bedah saraf yang terkenal dari Boston, yang menerapkan hipnoterapi, termasuk hipnosa regresif, untuk mencari sumber kecemasannya itu. Terungkaplah pengalaman sebenarnya suami istri Hill ketika berjumpa dengan makhluk-makhluk UFO.

Melalui hipnosa regresif terungkap pengalaman suami istri Hill yang dapat diringkaskan sebagai berikut. Di luar kemauannya, mereka meninggalkan jalan raya, memasuki jalan samping yang tidak beraspal dan buntu. Mesin mobilnya mati, dan muncullah makhluk-makhluk aneh yang menyeret suami istri Hill ke dalam sebuah UFO, kemudian mereka dimasukkan ke dalam kamar-kamar terpisah yang bersampingan. Dari seluruh dinding kamar itu memancar cahaya berwarna putih kebiru-biruan seperti lampu air raksa.

Makhluk-makhluk UFO itu pendek dan kekar, rata-rata setinggi 1,70 m. Di antara mereka ada yang lebih tinggi sedikit dari yang lain, yaitu yang bertindak sebagai komandan pesawat dan yang menjadi pemeriksa (ilmuwan?). Makhluk UFO itu mirip orang Mongol dengan roman muka yang lebar, pipih, mata yang besar tetapi miring, serta hidung yang pesek dan kecil. Mulutnya hanya terdiri dari suatu celah tanpa bibir, dengan garis vertikal di kanan kirinya. Mata komandan pesawat besar sekali, melotot dan menjalar sampai sedikit ke kiri kanan kepalanya, sehingga sudut penglihatannya lebih lebar dari manusia biasa. Mata itu mempunyai biji yang berwarna hitam dan memberikan kesan seperti mata ular.

Proporsi badan makhluk UFO itu aneh mengingat dadanya besar sekali. Makhluk-makhluk itu saling berhubungan dengan percakapan yang terdengar seperti “Mmmmmm” dan “Hmmmm”, namun komandan pesawat dan pemeriksa ketika berhubungan dengan suami istri Hill bukan secara lisan, melainkan secara telepati yaitu bertukar pikiran secara harfiah. Hanya sekali saja, sewaktu mereka diseret masuk ke dalam UFO, salah seorang makhluk UFO bertanya kepada Ny. Hill dengan suara manusia di dalam bahasa Inggris yang tidak lancar!

Mengenai pemeriksaan medisnya Ny. Hill mengkisahkan bagaimana ia disuruh duduk di kursi dan diperiksa mata, telinga, hidung, dan rambutnya. Si pemeriksa mengamat-amati kulitnya melalui sebuah mikroskop yang besar dan ia berjingkrak-jingkrak kegirangan sambil memanggil komandan pesawat. Lalu Ny. Hill disuruh berbaring di atas meja dan ada alat-alat aneh yang diletakkan kepada berbagai bagian tubuhnya, digaruknya lengannya untuk mendapat contoh kulitnya, dan dicabutnya sehelai rambut dari kepalanya. Sebuah jarum disuntikkan ke dalam pusar Ny.Hill, sehingga ia menggeram kesakitan. Kedua makhluk UFO itu tampak terheran-heran, lalu pemimpinnya menempatkan tangannya di depan mata Ny. Hill sehingga hilanglah seketika rasa sakitnya. Dengan kejadian itu Ny. Hill menjadi sadar bahwa makhluk-makhluk UFO itu tidak sengaja menyakitinya dan ia diberi penjelasan bahwa suntikan itu ialah pemeriksaan kehamilan.

Selagi pemeriksa pergi ke kamar suaminya, Ny.Hill diizinkan oleh komandan pesawat untuk mengambil sebuah buku yang kebetulan berada di dekatnya sebagai bukti atas perjumpaannya dengan makhluk-makhluk UFO. Di dalamnya tertulis tanda-tanda dalam deretan-deretan vertikal. Kemudian si pemeriksa kembali dari kamar suaminya sambil membawa cetakan dari gigi suaminya dan ia mulai memeriksa gigi Ny. Hill. Ny.Hill menerangkan bahwa manusia bumi kehilangan gigi karena kecelakaan, penyakit, salah makan, dan usia tua. Lalu makhluk UFO itu bertanya,”Apakah usia tua itu?” Ny. Hill tidak berhasil menerangkan kepadanya, bahwa manusia bumi itu seharusnya dapat mencapai usia 100 tahun, tetapi kebanyakan diantaranya tidak dapat mencapainya.

Kemudian atas pertanyaan Ny. Hill tentang tempat asal mereka, komandan UFO membuka dinding dan memperlihatkan sebuah peta bintang. Garis-garis tebal menandakan rute-rute penerbangan yang sering dilakukan, garis-garis tipis yang jarang mereka tempuh, sedang garis-garis putus adalah rute-rute ekspedisi. (Penelitian beberapa tahun kemudian mengungkapkan bahwa bintang tempat asal mereka dapat ditafsirkan sebagai Zeta 1 Reticuli, sejauh 37 tahun cahaya atau Epsilon Eridani, sejauh 10,7 tahun cahaya).

Ketika hendak meninggalkan UFO, Ny. Hill merasa berbahagia sekali akan tetapi kemudian timbul pertengkaran mulut di antara awak pesawat. Komandan pesawat pergi kepada anak buahnya itu, lalu kembali menghampiri Ny.Hill untuk mengambil kembali bukunya. Kepada Ny.Hill yang sangat kecewa itu ia menerangkan bahwa baru saja diambil keputusan agar suami istri Hill melupakan saja seluruh kejadian yang baru dialaminya itu.

Benda Bercahaya Menimbulkan Efek Elektro Magnetis (1964)
Di dalam bulan Agustus 1964 terjadi suatu peristiwa aneh di kompleks Pangkalan Udara Angkatan Laut Juanda, Surabaya, yang pada tahun 1969 dikisahkan kembali oleh Letnan Laut S. Badirun kepada penulis sebagai berikut. “Kurang lebih pukul 19.00 petang saya mengemudikan mobil Landrover AL 1467 bersama Sersan Satu Siswanto dan Sersan Dua Sihombing, dengan tujuan untuk mencoba lampu-lampunya yang baru saja diperbaiki. Adapun jalan yang dilalui ialah yang menuju ke hanggar. Pada jarak kira-kira 200 m dari hanggar kami melihat benda aneh yang menyinarkan cahaya sangat terang warna merah kebiru-biruan. Benda aneh tersebut tidak begitu jelas karena udara pada saat itu mendung. Benda aneh tersebut tidak begitu jelas karena udara pada saat itu mendung. Benda aneh tersebut di atas hanggar pada ketinggian di antara 30-50 m. Timbullah pertanyaan dari kami bertiga, benda apakah itu sebenarnya? Demi untuk meyakinkan apakah sebenarnya benda yang menyinarkan cahaya terang itu, saya langsung tancap gas.” Tetapi timbul suatu keanehan, oleh karena kendaraannya setelah ditancap gasnya bukannya bertambah kencang jalannya, melainkan sebaliknya. Untuk menempuh jarak sampai ke hanggar yang begitu dekat terasa sulit sekali, padahal kendaraannya dalam keadaan baik.

Sambil berusaha untuk menormalkan jalannya kendaraan dengan rasa heran, mereka melihat dengan jelas bagaimana cahaya terang itu makin lama makin rendah mendekati atap hanggar, seperti pesawat helikopter yang sedang turun perlahan-lahan secara vertikal. Kemudian lampu-lampu besar dari mobil Landrover itu dinyalakan, dan seketika itu benda aneh tadi bukannya semakin merendah, melainkan dengan kecepatan luar biasa membumbung ke atas untuk menghilang di awan gelap.

Ketiga saksi itu kemudian terus pergi ke hanggar untuk menanyakan kepada pos pengawal, tetapi ternyata ia tidak mengetahui ataupun mendengar apa-apa.

Pemanah yang Nyaris Diculik Makhluk UFO (1964)
Di dalam proyek “Buku Biru” terdapat laporan seorang berumur 27 tahun yang sesuai dengan kebiasaan proyek itu tidak diungkapkan identitasnya dan hanya disebut “Mr.S”. Ia bekerja di pabrik peluru kendali dan nyaris diculik makhluk UFO. Kisahnya yang mendirikan bulu roma itu dimulai ketika pada tanggal 4 September 1964 dia sedang berburu dengan memakai busur dan panah di dekat Cisco Grove, California, yaitu di daerah bukit-bukit di atas Tuckee, dekat perbatasan dengan Nevada. Ia terpisah dari 2 orang kawannya, sehingga ketika hari sudah mulai senja ia mencari pohon tempat ia dapat mengikat dirinya di sebuah dahan dan tidur dengan aman. Pada waktu itulah perhatiannya tertarik oleh 3 buah benda terbang yang mempunyai cahaya berputar dan berbunyi mendekut. Namun ia mengira bahwa itu adalah helikopter-helikopter yang sedang mencarinya, sehingga tanpa berpikir panjang ia mendaki sebuah bukit di tepi lembah Granite Creek, di situ ia menyalakan api untuk memberitahukan posisinya.

Benda-benda terbang tersebut tertarik perhatiannya, lalu berputar-putar di atasnya dan kemudian merendah. Ternyata benda-benda itu bukanlah helikopter, melainkan benda-benda berwarna perak, yang sambil merendah menjatuhkan 2 buah barang.

Beberapa menit kemudian pemanah itu mendengar bunyi benda jatuh yang keras di semak-semak yang terletak di bawahnya. Sambil diliputi ketakutan dia memanjat sebuah pohon pinus yang besar dan menyelamatkan diri di dahan-dahannya yang rendah. Kemudian ia melihat 2 makhluk seperti manusia setinggi 5’5" (1,65 m), berpakaian kelabu keperak-perakan dengan muka dan kepala tertutup, tanpa leher baju, mempunyai mata yang menonjol dan luar biasa, serta bercakap-cakap dengan bunyi berdekut seperti burung dara yang tidak dapat dimengerti. Mereka mencoba memanjat pohon untuk mencapai pemanah, akan tetapi gagal. Lalu muncullah makhluk ke 3, yang mempunyai sepasang mata dengan garis tengah 3" (7 1/2 cm) yang berpijar dengan warna merah jingga berkelap-kelip. Makhluk tersebut berjalan dengan gaya yang janggal dan berisik, menerobos semak-semak tanpa menghindarinya. Mulutnya berbentuk persegi panjang selebar kepalanya, terbuka dan ternganga, yang kemudian menghembuskan gumpalan-gumpalan asap atau gas berwarna putih ke arah pemanah, yang menimbulkan pening kepala. Pemanah itu melepaskan beberapa buah panah ke arah makhluk ketiga yang ia anggap sebuah robot, dan terdengar bunyi logam. Untuk mempertahankan diri, pemburu itu juga menyobek bajunya, membakarnya dengan korek api, dan menjatuhkannya kepada para penyerbu untuk menakutinya. Makhluk-makhluk UFO itu memberi reaksi yang hebat. Menjelang fajar menyingsing, muncullah sebuah robot lainnya dan kedua buah robot itu kemudian saling berhadapan. Timbullah kepulan awan gas yang besar di antara dada-dadanya, yang membuat pemanah pingsan. Untunglah dia disangga oleh busurnya yang tersangkut pada dahan-dahan, sehingga tidak terjatuh. Ketika dini hari ia sadar kembali, para penyerbu dan UFOnya telah pergi. Proyek “Buku Biru” menilai bahwa saksi itu tampak seimbang dan konsisten di dalam menceritakan pengalamannya serta yakin bahwa peristiwa itu terjadi tepat seperti dikisahkannya.

Bagaimana UFO Mengganggu Dwikora (Surabaya, 1964)
Sewaktu masih berkecamuknya Dwikora, Surabaya sebagai salah satu basis kekuatan pertahanan berada dalam keadaan siap siaga, mendapat kunjungan benda-benda terbang tak dikenal setiap malam selama seminggu penuh dari tanggal 18 sampai dengan 24 September 1964. Tamu-tamu yang tidak diundang itu tampak secara serentak baik di layar radar maupun dengan mata telanjang, sehingga tergolong dalam penyaksian RV (Radar Visual Sightings).
Benda-benda tak dikenal itu mulai beraksi sesudah matahari terbenam dan menghilang menjelang fajar menyingsing. Benda-benda itu ada yang bergerak seperti pesawat terbang atau helikopter biasa, tetapi ada pula yang melakukan olah gerakan yang serba mendadak. Kegiatan benda-benda terbang yang aneh itu dipusatkan di dalam daerah segitiga Surabaya-Malang-Bangkalan. Keadaan cuaca di daerah kejadian selama minggu itu adalah cerah.

Benda-benda aneh itu menurut deskripsi para saksi mata adalah benda hitam yang kadang-kadang memperlihatkan ekor api yang lebih panjang dari api gas buang pesawat pancar gas yang sedang menyalakan “afterburner”nya. Meskipun bentuk badannya tersembunyi dikegelapan malam, ia membawa lampu yang sangat terang di bagian bawahnya. Seorang saksi kebetulan melihat bentuk badannya yang memantulkan cahaya dari bawah dan menggambarkannya seperti sebuah mangga oleh karena berbentuk elipsoida yang berwarna hijau kebiru-biruan. Saksi mata lain menggambarkan cahaya UFO itu seperti lampu belakang mobil. Seorang penerbang Angkatan Udara yang pada suatu malam kebetulan berada di dekat kota Porong melukiskannya sebagai bulat seperti rambu lalu lintas akan tetapi menyala merah padam dan tampak melayang ke arah Surabaya tanpa berbunyi sama sekali. Benda-benda itu kadang-kadang memancarkan bunyi mendengung seperti sebuah gasing yang sama sekali berbeda dengan bunyi pesawat pancar gas maupun pesawat piston.

Ciri khas dari kasus UFO Dwikora Surabaya ialah bahwa benda-benda terbang tak dikenal itu disambut dengan tembakan-tembakan gencar dari meriam-meriam artileri pertahanan udara kita. Di dalam sejarah UFO sambutan dengan tembakan meriam penangkis serangan udara lainnya hanyalah terjadi di Kepulauan Kurillen yang diduduki oleh Uni Sovyet pada awal tahun 60-an. UFO itu ternyata tidak mempan ditembak dengan meriam, oleh karena tidak ada sebuah pun yang berhasil ditembak jatuh. Dari pengamatan dengan radar ternyata, apabila tembakan kita mengenai sasarannya, mereka segera mengubah ketinggiannya. Mereka itu terbang tidak tinggi, hanya sekitar 1200 m saja. Dengan gencarnya tembakan artileri sasaran udara di atas daerah yang padat penduduknya, tidak dapat dihindarkan jatuhnya korban. Beberapa orang yang sedang duduk di luar rumah mereka di daerah Sidoarjo terkena pecahan peluru meriam. Mungkin mereka sedang menikmati kesejukan hawa malam sehingga kurang memperhatikan adanya bahaya udara.

Benda-benda terbang tak dikenal itu juga pernah tampak mendarat pada malam hari di sebelah selatan Surabaya. Keesokan harinya seorang penerbang Angkatan Laut mendatangi tempat tersebut dengan helikopter, akan tetapi tidak menemukan bekas-bekasnya. Stasiun radar di Ngliyep, Malang, kurang lebih 120 km sebelah selatan Surabaya, menangkap sasaran-sasaran yang berputar-putar di atas pantai dan kadang-kadang ada yang berhenti. Di daerah itu pernah tersiar berita tentang pendaratan sebuah benda bulat di tengah-tengah kebun jagung. Menurut saksi mata seorang petani yang menjaga kebun jagung itu dari benda tadi keluar 2 orang asing yang mengenakan pakaian berwarna keperak-perakan yang mengkilau. Mereka berambut pirang dan bertanya kepada petani itu,”Ini jagung?” Laporan petani itu hanya dijadikan bahan tertawaan saja. (Bagi mereka yang memppelajari masalah UFO, kejadian itu mirip dengan kasus di Amerika Serikat yang terjadi dalam tahun 60-an juga. Dilaporkan adanya makhluk UFO yang berambut pirang dan yang berbicara dengan aksen bahasa Jerman).

Pandangan alat negara tentang peristiwa Surabaya tercermin di dalam telaahan staf Komando Pertahanan Udara Nasional berjudul “Penerbangan-penerbangan tidak dikenal di Sektor II (Surabaya)” tertanggal 29 September 1964 yang menyimpulkan, bahwa sasaran tidak dikenal sebagai yang telah dilaporkan memang ada, bahwa sasaran itu terdiri dari pesawat terbang biasa dan pesawat tanpa awak, bahwa kegiatan sasaran adalah kegiatan lawan, dan bahwa tujuannya adalah untuk perang urat saraf di samping secara tidak langsung mempengaruhi roda perekonomian.

Mengenai pengendalian secara elektronis kemungkinan terbesar dilakukan dari daratan, dari lautan mempunyai kemungkinan pula, sedang pengendalian dari udara secara teknis dapat diabaikan!.

Pada intisarinya mereka mengira UFO itu adalah senjata rahasia Angkatan Laut Inggris oleh karena pada waktu itu memang kapal induk Inggris “Victorious” dengan beberapa kapal perang lain sedang berada kurang lebih di sebelah selatan Kendari dalam pelayarannya kembali ke Singapura setelah memasuki Samudra India lewat Selat Sunda.

Diterobosnya pertahanan udara Surabaya oleh benda-benda terbang yang tak dikenal serta ekses-ekses yang timbul dari meriam-meriam penangkis serangan udara dengan sendirinya menimbulkan keresahan sosial. Maka dari itu pada tanggal 8 Oktober 1964 Pejabat Presiden Dr.J.Leimana merasa perlu untuk mengeluarkan imbauan agar masyarakat ramai tetap tenang dan tidak menimbulkan suasana yang keruh serta dilarang untuk membuat desas-desus dan tafsiran-tafsiran.

Sebelum pengumuman itu penulis ini di dalam jabatannya sebagai Penasihat Ilmiah Menteri/Panglima Angkatan Udara dimintai pendapatnya tentang kejadian di Surabaya oleh WAKAS KOTI Laksamana Muda Udara Sri Mulyono Herlambang. Saya kemukakan bahwa peristiwa itu sama dengan kejadian yang menimpa ibu kota Amerika Serikat Washington D.C. pada tahun 1952. Perbedaannya ialah bahwa ibu kota tadi tidak dalam suasana konfrontasi dan yang dikerahkan pesawat-pesawat pemburu segala cuaca Lockheed F-94 “Starfire”. Kesulitan yang dihadapi alat negara kita pada waktu itu ialah apabila sasaran-sasaran yang tak dikenal itu secara resmi diakui sebagai UFO, maka hal itu dapat menimbulkan kerawanan berupa mengendornya kesiap-siagaan dan terbukanya kesempatan bagi pihak lawan untuk menyalahgunakan kondisi itu.

Polisi Herbert Schirmer Berjumpa Makhluk UFO (1967)
Pukul 3 dini hari tanggal 3 Desember 1967 anggota polisi Herbert Schirmer kembali ke posnya di pinggiran kota Ashland, Nebraska, setelah berpatroli setengah jam lamanya. Dia gelisah karena baru saja mengalami peristiwa yang aneh dan menegangkan serta membuatnya amat haus seperti sudah seminggu lamanya tidak minum. Setelah tenang kembali ia menulis laporan singkat yang berbunyi, bahwa dia telah melihat piring terbang yang mendarat di simpang jalan raya no. 6 dan 63 yang kemudian bertolak lagi. Berita itu tersiar dalam surat-surat kabar lokal di kota-kota Ashland dan Lincoln, sehingga menarik perhatian panitia Condon yang pada waktu itu sedang mengumpulkan bahan-bahan bagi laporan terakhir proyek “Buku Biru”. Herbert Schirmer diperiksa oleh para ahli dari panitia Condon di Universitas Colorado, yang menemukan adanya selisih 20 menit, di dalam jangka waktu tersebut dia tidak ingat apa yang telah diperbuat (gejala “time loss” atau kehilangan waktu). Di samping itu juga ditemukan bilur merah pada kuduk di bawah telinga kirinya. Hal tersebut merupakan karakteristik bagi para saksi perjumpaan dengan makhluk UFO yang menderita gejala kehilangan waktu. Terhadap Herbert Schirmer kemudian dilakukan “regressive hypnosis” oleh Prof.Dr.Leo Sprinkle dari Universitas Wyoming dan terungkaplah pengalamannya yang mencengangkan selama 20 menit yang hilang itu. Hipnosa itu diulang sampai 3 kali di tempat dan oleh ahli hipnosa yang berlain-lainan, namun keterangan Schirmer dalam keadaan tidak sadar itu ternyata sama saja.

Ia menjelaskan bahwa pengalaman selama 20 menit itu dilupakan atas perintah makhluk-makhluk UFO sebelum berpisah, oleh karena perjumpaannya itu tidak boleh diceritakan kepada orang lain. Setelah bertolak dari persimpangan jalan raya, UFO itu kemudian mendarat lagi di sebuah lapangan tua. Bentuknya lonjong seperti bola rugby, mempunyai panjang 10' (30,5 M), memiliki sejumlah lampu yang berkedip-kedip, sebuah cahaya terang keperak-perakan di dasar bawahnya, dan bunyi melengking. Alat pendaratnya terdiri dari 3 batang kaki yang dapat keluar masuk. Schirmer menuju ke lapangan tua melalui jalan berlumpur sambil memanggil pos polisi lewat radio, tetapi tidak ada jawaban. Kemudian mesin maupun lampu mobilnya mati.

Schirmer menjadi takut dan ingin kembali, akan tetapi dihalangi oleh sesuatu di dalam pikirannya. Begitu pula ketika beberapa sosok tubuh manusia menuju ke mobilnya, ia ingin mencabut pistolnya, namun ada sesuatu yang menghalanginya. Kemudian salah satu makhluk yang berdiri di depan mobilnya mengacungkan suatu benda yang menyemprotkan sejenis gas berwarna kehijauan sehingga menyelimuti mobilnya. Kemudian ia mencabut sebuah alat seperti lampu senter dari pinggangnya dan mengacungkannya ke kaca depan. Timbullah kilatan cahaya amat terang seperti lampu alat pemotret yang membuat Schirmer tidak dapat bergerak dan kehilangan kesadarannya. Ketika ia sadar kembali, ia sedang dipapah oleh 2 makhluk UFO keluar dari mobilnya dan dibawa masuk ke dalam UFO melalui sebuah tangga. Tiba-tiba datanglah makhluk UFO lainnya dari belakang dan memijatkan suatu alat ke sebelah kiri dari kuduknya selama kurang lebih semenit yang cukup menyakitkan. Makhluk-makhluk UFO itu tingginya di antara 4 1/2-5' (1,35-1,50 m) dengan dada yang besar dan badan serta anggota badan yang berotot. Sikapnya kaku dan kepalanya lebih sempit dan panjang dari manusia bumi. Matanya seperti mata kucing dengan alis yang miring sehingga memberikan corak seperti orang Asia. Hidungnya panjang dan lebar, bibirnya tipis sekali, mulutnya hampir seperti celah. Kulitnya berwarna kelabu keputih-putihan. Mereka memakai sepatu boot dan memakai pakaian “coverall” keperak-perakan dengan ikat pinggang terdapat semacam tempat pistol. Tutup kepalanya mempunyai sepasang antena kecil. Di dada mereka terdapat lukisan seekor naga yang bersayap. Schirmer juga memperhatikan, bahwa makhluk-makhluk UFO itu bernafas dengan bebas oleh karena udara yang dingin di luar UFO itu, nafas keluarnya menjadi uap. Di dalam UFO udaranya lebih dingin daripada di luar dan diterangi oleh lampu berwarna merah.

Sewaktu di dalam UFO Schirmer berdialog dengan makhluk-makhluk UFO yang berbicara bukan dengan mulut melainkan secara telepatis, yaitu langsung ke dalam pikirannya yang membuat dia sakit kepala. Schirmer mengawali pertanyaannya apakah makhluk-makhluk itu nyata, yang dijawab dengan pijatan di bahunya. Di dalam waktu yang kurang dari 20 menit itu diperoleh banyak sekali informasi tentang UFO, maksud tujuannya dan asalnya. Mereka mengaku berasal dari galaksi lain, merupakan awak dari suatu pesawat observasi yang terdiri dari 4 orang, dan telah lama mengamat-amati bumi. Mereka sedang melakukan program penelitian terhadap bumi kita yang antara lain meliputi pengumpulan contoh berbagai jenis hewan dan tumbuh-tumbuhan, suatu “breeding analysis” (analisa perkembangbiakan) yang juga mempergunakan beberapa orang manusia bumi di dalam eksperimen-eksperimennya. Tidak dijelaskan apakah manusia-manusia bumi itu diculik atau tidak. Sikapnya seperti militer, penjagaan ketat dilakukan selama saksi di dalam UFO. Orang-orang yang kebetulan mereka pergoki dihubungi tanpa pola tertentu dengan maksud untuk membingungkan baik pemerintah maupun perorangn yang menyelidiki UFO di samping untuk mematangkan kondisi masyarakat saat itu, dimana merek akan memperlihatkan diri secara terbuka dan dalam jumlah besar. Mereka mempunyai pangkalan di beberapa planet di tata surya kita, demikian pula di permukaan bumi, di bawah tanah dan di bawah permukaan laut, seperti 2 buah di daratan Amerika Serikat, di lepas pantai Florida (di daerah segitiga Bermuda di mana banyak kapal laut dan pesawat terbang telah hilang tanpa bekas), di lepas pantai Argentina dan di Kutub Utara. Pangkalan-pangkalan UFO itu ialah untuk “kesejahteraan awak UFO dan manusia bumi”.

Wahana UFO dibuat dari magnesium murni 100% dan digerakkan oleh sistem energi elektro magnetik yang dapat dibalik untuk menciptakan kondisi penerbangan yang bebas inertia maupun gravitasi. Di tengah-tengah UFO terdapat sebuah rotor seperti kristal yang dihubungkan dengan 2 buah kolom yang besar yang merupakan reaktor-reaktor. Kecepatan UFO melebihi 150.000 mil (240.000 km) sedetik. Untuk melakukan pengintaian di dalam UFO juga terdapat piring-piring terbang kecil yang dapat diluncurkan dan dikembalikan oleh induknya sewaktu di udara. Tugasnya ialah untuk melakukan pengintaian dari dekat secara audio visual. Pada waktu mendarat, terbang rendah atau menghadapi kemungkinan gangguan fisik maka UFO itu dikelilingi oleh suatu medan gaya elektro magnetik yang dapat mematikan mesin mobil dan radio, serta rasa seperti kesemutan pada manusia dan hewan. Jikalau terlalu dekat, medan gaya itu menimbulkan kilatan cahaya putih yang dapat menyelomot manusia atau hewan sehingga mengusirnya dari bahaya yang lebih besar lagi. Kepada Schirmer dijelaskan bahwa mereka menyadap listrik dari kabel-kabel tegangan tinggi kita untuk keperluan medan gaya pelindung tersebut, akan tetapi hanya dalam jumlah kecil oleh karena mereka masih menghadapi kesulitan dalam penyimpanannya (!).

Makhluk-makhluk UFO itu membawa sebuah alat seperti lampu senter yang tergantung di ikat pinggangnya dan yang dapat memancarkan gelombang-gelombang tertentu guna menghentikan gerakan manusia atau hewan yang hendak mengganggu mereka.

Schirmer percaya bahwa makhluk-makhluk UFO mempunyai pengetahuan yang sangat maju tentang kerja otak manusia, hal tersebut terbukti dari pengalamannya ketika ia hendak berbuat sesuatu lalu terhalang oleh sesuatu yang tak dapat dimengertinya. Sewaktu bertemu, makhluk UFO itu juga berkata bahwa sambil bercakap-cakap mereka itu menanamkan sesuatu ke dalam pikirannya. Kemudian ternyata bahwa Schirmer membuat laporan penyaksian UFO yang semula sesuai dengan perintah makhluk-makhluk UFO tadi.

Apakah “Kemamang” Termasuk UFO?
Pada hari Sabtu tanggal 13 Desember 1969 pukul 22.10 saya dengan 3 orang lainnya sedang melewati jalan setapak di daerah perbukitan Gunung Lima, sebelah Timur Pacitan, Jawa Timur. Saya berjalan paling depan dan setelah mendaki bukit, paling dahulu mencapai suatu dataran tinggi. Daerah itu jarang penduduknya, dan keadaannya gelap gulita. Di daratan tinggi itu terdapat sebuath batu sebesar rumah dan di atasnya tumbuh sebuah pohon. Di atas pohon itu, pada ketinggian kurang lebih 10 m, mengambanglah sesuatu yang bulat, bergaris tengah kurang lebih 5 m, mengambanglah sesuatu yang bulat, bergaris tengah kurang lebih 5 m, bercahaya pendar merata, dan berwarna biru. Berkas cahaya lampu senter saya arahkan kepada sesuatu itu, yang seketika bergerak ke atas seolah-olah menghindari cahaya senter tadi. Yang aneh ialah, bahwa sewaktu tidak bergerak maka sesuatu tadi bulat bentuknya, akan tetapi begitu ia bergerak ke atas maka tepi bagian atasnya menjadi rata seperti terpancng. Dalam sekejap mata sesuatu tadi telah lenyap dari pemandangan. Ketika kemudian saya bertanya kepada penduduk setempat, apakah cahaya yang telah kami lihat itu, dijawab bahwa itu adalah “kemamang” yang termasuk golongan makhluk halus.

Menurut cerita penduduk, daerah dari Gunung Lima ke timur sampai Lorok memang menjadi tempat timbulnya gejala-gejala cahaya aneh, tidak hanya seperti tersebut di atas, akan tetapi ada pula yang seperti api unggun yang kadang-kadang berhenti, kadang-kadang melompat-lompat baik secara horisontal maupun vertikal dan yang dinamakan “obor setan”. Gejala tersebut rupa-rupanya bersifat musiman. Ada pula gejala lain yaitu yang dari jauh bersinar sangat terang seperti sinar lampu petromaks, dan pernah pada malam-malam tertentu berterbangan sampai ratusan jumlahnya.

Apakah gejala-gejala itu, alamiah ataukah artifisial? john Keel di dalam bukunya “Why UFO’s?” mengisahkan pengalaman pribadinya yang tepat sama dengan pengalaman penulis ini, akan tetapi yang terjadi di daerah perbukitan di negara bagian Virginia di Amerika Serikat. Menurut pendapatnya, gejala itu tergolong UFO. Dalam hubungan ini perlu dicatat pula, bahwa para peneliti UFO di Brasil mengungkapkan penyaksian cahaya-cahaya biru di tempat-tempat tertentu di hutan belantara oleh suku-suku Indian, yang mereka namakan “Mother of Gold” (Ibu Emas). Menurut kepercayaan mereka, cahaya-cahaya itu ialah makhluk-makhluk yang menjaga deposit mineral emas yang terkandung di bumi itu.

Foto UFO yang Pertama di Atas Indonesia
Sepanjang pengetahuan hingga saat buku ini ditulis, foto UFO yang pertama di atas Indonesia dibuat oleh wisatawan Jepang Ryo Terumoto dari sebuah mobil pada tanggal 17 Agustus 1973 sekitar pukul 14.00 siang. Ketika foto itu dicetak, tampak adanya benda berbentuk cakram di depan Gunung Agung di Pulau Bali, yang sewaktu dijepret tidak kelihatan. Foto itu kemudian dimuat di dalam majalah “Hito-to-Nippon” (Orang dan Jepang) terbitan bulan Maret 1974 dengan judul “Piring Terbang di Atas Pulau Bali?” Ketua Perkumpulan UFO Jepang CBA International Yusuke J.Matsumura mengirim guntingan berita tersebut sambil bertanya, apakah di sekitar Gunung Agung hidup sejenis burung yang mirip dengan foto tersebut. Tak usah diterangkan bahwa andaikata ditemukan burung yang berbentuk cakram, hal itu akan merupakan penemuan yang menggemparkan seluruh dunia.

Robot-robot Melayang: Kasus Pascagoula (1973)
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 11 Oktober 1973 pukul 17.00 di Pascagoula, Missisippi, ketika Charles Hickson dan Calvin Parker sedang asyik mengail ikan di sungai. Tiba-tiba terdengar bunyi mendesis seperti udara atau uap yang keluar dari pipa. Mereka menoleh ke belakang dan melihat sepasang cahaya biru yang sangat terang dan berkedip atau berdenyut, sebesar lampu depan sebuah mobil, pada jarak 30-40 yard dari mereka. Cahaya-cahaya itu terpasang pada suatu wahana yang panjangnya 20'-30' (6-9 m) dan tingginya 8'-10' (2,4-3 m). Di depan sepasang cahaya tadi tampak, dua buah jendela. Setelah bunyi mendesis berhenti, maka kedua cahaya tadi menjadi padam, sedang wahana itu mengambang kurang lebih 1 1/2-2' (45-60 cm) di atas tanah. Sebuah pintu terbuka dan dari dalam wahana sinar berpijar dengan warna di antara putih dan kuning.

Tiba-tiba sosok tubuh seperti manusia muncul di pintu itu: tingginya 5' sampai 5’4" (1.50-1.60 m), dari kepala sampai kakinya tertutup oleh kulit yang penuh lipatan-lipatan, berwarna keabu-abuan, dan kasar seperti kulit gajah. Mereka tidak punya leher dan pada bagian yang seharusnya ada hidung dan telinga, terdapat tonjolan-tonjolan berbentuk kerucut. Tangannya tidak mempunyai jari tetapi supit. Mereka tidak bersuara kecuali satu di antaranya mengeluarkan bunyi mendengung.

Ketiga sosok tubuh itu kemudian melayang ke arah Hickson dan Calvin, akan tetapi kaki dan tangannya tidak kelihatan bergerak melainkan dalam keadaan sikap tegak saja. Dua di antaranya dengan cepat mengapit Hickson dengan memegang lengannya, yang waktu perama kali disentuh merasa sakit. Yang satu lagi menuju ke arah Calvin Parker yang jatuh pingsan karena ketakutan. Hickson tetap dalam keadaan sadar, akan tetapi setelah disentuh oleh makhluk-makhluk aneh itu ia tidak dapat bergerak dan ia ikut melayang masuk ke dalam UFO. Di dalamnya tampak ruangan kosong dengan dinding yang memancarkan cahaya yang hampir menyilaukan. Hickson dilepas oleh makhluk-makhluk tadi, akan tetapi ia tetap dalam keadaan mengambang di udara. Tiba-tiba sebuah alat yang mempunyai semacam lensa keluar dari dinding dan mengamat-amati seluruh tubuh Hickson dengan seksama pada jarak sangat dekat. Dua sosok tubuh itu kemudian memegang Hickson lagi dan mengembalikannya ke tempat semula seraya melayang.

Setelah menyentuh tanah lagi, Hickson mencoba berdiri, akan tetapi jatuh tersungkur karena ketakutan. Kemudian ia merangkak ke arah temannya, Calvin Parker, yang masih meggeletak di tanah, akan tetapi sebelum mencapainya terdengar bunyi mendesing lagi. Ketika ia menoleh, Hickson melihat bagaimana pintu UFO itu menutup kembali sementara sepasang cahayanya telah berkedip-kedip lagi dan sekejap mata kemudian ia telah pergi.

Hickson yakin bahwa makhluk-makhluk yang menculik dia sebentar itu ialah robot-robot, oleh karena gerakan-gerakan serba mekanis, dan satu di antaranya yang berbunyi mendengung boleh jadi sedang melangsungkan komunikasi dan pengendalian dari pesawat induknya.

Mattambre dari P.Flores: Makhluk atau Alat?
Di Pulau Flores terdapat apa yang dinamakan mattambre terdiri dari suatu cahaya berbentuk bulat dengan garis tengah sekitar 1 m yang berwarna merah kebiru-biruan. Ada yang menyamakan warna merahnya dengan warna matahari sedang terbenam. Mattambre melayang-layang kurang lebih setingi 1 1/2 m dari permukaan tanah dan hanya disaksikan pada malam hari saja. Ia muncul secara tunggal tanpa tergantung dari musim. Penduduk menyeganinya, oleh karena kehadirannya disangkutpautkan dengan bakal terjadinya kematian seseorang.

Namun demikian, seorang sarjana yang tidak mau disebut namanya dan yang berasal dari Kabupaten Manggarai Pulau Flores Barat, menceritakan pengalaman pribadinya dengan mattambre. Pada tahun 1974 ia kebetulan melakukan perjalanan pada malam hari dengan kendaraan sebuah jeep dari daerah pedalaman yang bergunung-gunung menuju ke pantai. Tiba-tiba muncullah sebuah mattambre yang kemudian mengikuti mereka. Pengalaman yang tidak terlupakan terjadi ketika kemudian mattambre itu mendekati jeepnya dan secara mendadak baik mesin maupun lampunya mati. Mereka berusaha sekuat-kuatnya untuk menjalankan mesinnya di dalam kegelapan malam, namun sia-sia belaka. Akhirnya mereka terpaksa mendorong jeepnya secara berhati-hati turun dari gunung ke pantai sejauh kurang lebih 10 km. Belum sampai ke pantai fajar mulai menyingsing dan mattambre itu hilang lenyap seketika. Berbarengan dengan itu jeep mogok tadi tiba-tiba berfungsi normal kembali.
Pengalaman itu menimbulkan tanda tanya, apakah sebenarnya mattambre itu, sejenis hantu ataukah sejenis alat observasi yang dikendalikan oleh kehidupan cerdas dari luar umat manusia kita?

Sarjana tadi juga menambahkan bahwa seorang rekannya pernah menyaksikan gejala yang serupa di Pegunungan Alpen di Eropa. Temannya semobil seorang bangsa Swiss menerangkan bahwa itulah yang disebut UFO. Rekannya tadi menyebut bahwa di kampungnya di Pulau Flores itulah yang dinamakan Mattambre!

Tudingannya Bertuah: Kasus Carl Higdon (1974)
Pengalaman ajaib Carl Higdon sewaktu berjumpa dengan makhluk UFO pertama kali disiarkan oleh surat kabar “Daily Times” di kota Rawlins, negara bagian Wyoming, pada tanggal 29 Oktober 1974. Empat hari sebelumnya dia sedang berburu elk, binatang sejenis rusa, di hutan nasional Medicine Bow sebelah selatan kota tersebut. Sekira pukul 16.00 sore ia mendaki sebuah bukit dan melihat 5 ekor binatang buruannya. Dia melepaskan tembakan, akan tetapi anehnya pelurunya hanya mencapai jarak 50' (15 m) lalu jatuh ke tanah. Dia melangkah maju untuk memungut peluru itu dan memasukkannya ke dalam sebuah tas. Pada waktu itulah dia mendengar bunyi dahan patah sehingga ia menoleh ke kanan dan di bawah pepohonan dia melihat seseorang sedang berdiri. Tingginya 6’2" (1,85 m), berpakaian dan bersepatu hitam, memakai sabuk dengan timang berbentuk bintang dan sebuah tanda berwarna kuning di bawahnya. Kedua kakinya berbentuk “O”, kepalanya (bukan otaknya) miring, tidak berdagu, giginya hanya 6 buah: 3 di atas dan 3 di bawah, berambut jarang yang berdiri tegak di kepalanya. Kedua belah tangannya tidak berjari, akan tetapi menyerupai alat yang berbentuk kerucut.

Makhluk aneh itu memperkenalkan diri sebagai “Ausso”, menyerahkan sebuah kotak kecil berisi 4 pil yang melayang ke arah Higdon dan yang katanya satu pil cukup untuk mengganti makan 4 hari, dan mengajak Higdon ikut. Ausso menudingkan tangannya, dan sekonyong-konyong ia bersama Higdon sudah berada di dalam sebuah bilik kecil dengan dinding-dinding seperti kaca, berukuran kurang lebih 7' x 7'(2,1 x 2,1 m). Mereka duduk di kursi dengan sabuk pengikat di lengannya dan sebuah topi seperti helm di kepalanya, mirip dengan topi rugby dengan perbedaan bahwa ia mempunyai 2 utas kawat di atasnya dan 2 utas lainnya di kiri kanannya yang menyambung ke punggung. Berhadapan dengan kursinya, Higdon melihat 3 batang tuas dengan ukuran yang berbeda yang digerakkan oleh Ausso. Melalui sebuah kaca belakang Higdon melihat bahwa di belakangnya ikut diangkut pula 5 ekor rusa buruannya yang dimasukkan dalam sangkar. Ia tidak habis mengerti bagaimana binatang-binatang itu dapat dimasukkan di dalam ruangan yang sekecil itu. Ausso menjelaskan bahwa di planetnya tidak terdapat ikan dan bahwa binatang-binatang elk itu akan diternakkan untuk penyediaan pangan.

Ausso menuding ke arah kendaraan pickup Higdon yang diparkir di tanah yang keras, dan tiba-tiba kendaraan itu lenyap. Kemudian Ausso menuding ke arah tuas yang paling besar dan tuas itupun seperti ditekan ke bawah dan bersamaan waktunya Higdon merasa bilik tempat dia berada itu mulai bergerak. Setelah bertolak, Higdon menyaksikan sebuah benda seperti bola basket di luar bilik yang ia sangka bola bumi. Kemudian mereka sampai di suatu tempat yang menurut Ausso berada pada jarak “163.000 mil cahaya” dari bumi.

Di luar bilik tampak sebuah menara raksasa, mungkin smapai setinggi 90' (27 m), dengan lampu yang sangat terang dan yang berputar sambil berbunyi seperti alat cukur listrik. Cahaya itu mengganggu penglihatan Higdon sehingga ia melindungi matanya dengan kedua belah tangannya. Melihat hal itu Ausso nyeletuk, bahwa ia juga tidak tahan sinar matahari kita.

Higdon juga melihat 5 orang manusia biasa yang berdiri di luar menara, yaitu seorang laki-laki beruban berumur 40-50 tahun, 2 orang anak perempuan: yang seorang berambut coklat berumur 10-11 tahun dan yang lain berambut pirang berumur 13-14 tahun, seorang pemudi berambut pirang berumur 17-18 tahun dan seorang pemuda berambut coklat berumur 17-18 tahun. Mereka mengenakan pakaian biasa dan tampak sedang bercakap-cakap.

Ausso menudingkan tangannya dan tiba-tiba mereka berdua telah berada di dalam menara, naik ke atas dengan elevator dan masuk ke sebuah kamar yang kemudian Higdon disuruh berdiri di atas sebuah panggung kecil. Dari dinding keluarlah semacam perisai yang dibuat dari bahan seperti kaca, berhenti di depan Higdon selama 3-4 menit sedang Ausso berdiri di belakang perisai itu. Kemudian perisai itu masuk kembali ke dalam dinding.

Ausso lalu memberitahukan Higdon bahwa dia bukanlah orang yang mereka perlukan, sehingga dia akan dipulangkan. Mereka berdua keluar kamar, masuk ke dalam elevator dan kembali ke pintu gerbang menara. Rupa-rupanya Ausso tinggal menudingkan tangannya dan tiba-tiba mereka bergerak tanpa daya upaya. Kemudian Higdon duduk kembali di dalam bilik kaca bersama Ausso, yang memegang senapannya. Ausso berkata bahwa senapan itu primitif dan sebenarnya ia ingin memilikinya, akan tetapi ia tidak diizinkan sehingga barang itu diserahkan kembali. Lalu Ausso menuding ke arah tuas yang paling panjang dan Higdon tiba-tiba sudah berdiri di lereng bukit seperti semula. Kakinya menginjak batu yang lepas sehingga ia jatuh sambil melukai leher, kepala, dan pundaknya.

Higdon tidak ingat dia itu siapa dan di mana dia sedang berada. Dia mondar mandir dan ketika kebetulan mendekati kendaraan pickupnya, ia mendengar seorang wanita sedang mengadakan calling melalui radio CBnya. Higdon meminta tolong sambil menerangkan bahwa dia tidak ingat dia itu siapa dan tidak tahu di mana ia sedang berada. Pihak berwajib mengirim tim pencari yang berhasil menemukan Higdon larut malam dalam keadaan bengong, bingung dan sulit mengenal kembali istrinya. Tim pencari menghadapi tugas berat untuk menarik kembali kendaraan pickupnya ke jalan semula yang diperkeras, oleh karena secara misterius kendaraan itu telah dipindahkan ke suatu tempat yang tidak dapat dilalui olehnya. Sebelum menemukan Higdon, tim pencari juga melaporkan adanya cahaya-cahaya aneh di hutan.

Penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan bahwa Carld Higdon selalu berhadapan muka dengan “Ausso” selama perjumpaannya itu dan tidak pernah melihatnya dari samping atau belakang. Hal itu menimbulkan spekulasi bahwa “Ausso” sebenarnya sebuah proyeksi gambar holografi saja. Akan tetapi bagaimanakah suatu proyeksi dapat memindahkan kendaraan pick up, menyerahkan pil dan membawanya tamasya serta mempengaruhi jalannya peluru?

Foto UFO di Ladang Minyak Lepas Pantai: Kasus Ir. Tony Hartono (1975)
Penulis ini mendengar pertama kali tentang foto UFO yang dibuat oleh Ir.Tony Hartono ketika sedang bersiap-siap untuk wawancara di studio TVRI Senayan bersama Dr.J.A.Hynek dan Willy Karamoy pada bulan Desember 1976.

Ir.Tony Hartono mengisahkan pengalamannya sebagai berikut. Pada tanggal 22 September 1975 kurang lebih pukul 15.00 ia sedang melepaskan lelah sehabis makan siang di Quarters Platform pada lantai 3 kompleks menara pengeboran minyak lepas pantai di ladang minyak Arjuna, kurang lebih 52 mil (83 km) dari pantai Cilamaya, Karawang, Jawa Barat. Tiba-tiba perhatiannya tertarik oleh titik hitam di atas cakrawala yang menuju ke arah ladang minyak dengan kecepatan tinggi, menjadi sebesar bulan purnama dengan bentuk lonjong dan berwarna merah tua. Pada jarak kurang lebih 6 1/2 mil (+- 10 km) benda itu membelok dengan tajam dan menjauh kembali, sehingga ia menempuh lintasan seperti sebuah bumerang. Di kejauhan benda itu naik vertikal ke atas dan hilang dari pemandangan. Pada waktu mendekat sayup-sayup terdengar bunyi mendesing seperti gasing dengan frekuensi rendah sekali. Ir.Tony Hartono Rusman pada waktu itu sedang menyandang sebuah kamera Olympus dan dengan cepat ia menyetel dan membidikkannya ke arah benda yang muncul hanya selama tidak lebih dari satu menit saja. Semula ia tidak sadar bahwa benda yang diabadikan itu ialah sebuah UFO dan baru seminggu kemudian ia teringat kembali ketika rekan sekerjanya, Dr.Ted.Telsch, seorang ahli fisika dari Flour Ocean Co, Houston, Texas, menyaksikan sebuah UFO yang bentuknya sama pada pukul 18.00. Film itu segera dicuci dan tampaklah UFO di atas tanker minyak Arco Arjuna yang kini sudah menjadi terkenal di seluruh dunia. Sayang sekali negatif dari foto itu dibawa oleh rekannya orang asing tadi ke Amerika Serikat dan tidak berhasil diminta kembali.

Dr.J.A.Hynek telah membawa foto dari UFO Ir.Tony Hartono yang kemudian dianalisa oleh Dr.Fred Beckmann, ahli analisa foto UFO yang terkemuka dari Universitas Chicago. Pendapatnya ialah: foto UFO tersebut dapat juga disebabkan oleh kerusakan film. Untuk dapat dianalisa dengan baik, rupa-rupanya mutlak perlu tersedia negatif-negatif aslinya di samping dibuatnya beberapa foto dari UFO yang sama dengan sudut penglihatan yang berbeda-beda.

Seperti Meteor, Tetapi Membelok:Kasus Dr.Ir.Aryono Abdulkadir dkk (1977)
Sesuatu penyaksian UFO yang bermutu tinggi termasuk dibuatnya sejumlah foto terjadi pada tanggal 27 Juni 1977 kurang lebih pukul 18.15 oleh 3 orang sarjana, yaitu Dr.Ir.Aryono Abdulkadir, Ir.Roedianto Ramelan dan Ir.Ananda Soeyoso. Mereka sedang naik mobil dari Surabaya ke Malang ketika sampai antara Gempol dan Porong perhatiannya tertarik oleh munculnya apa yang semula mereka sangka sebuah meteor di langit sebelah barat. Mereka menghentikan mobilnya dan 2 saksi yang disebut pertama keluar untuk selanjutnya dengan cekatan membuat sejumlah foto dari benda itu. Yang semula disangka sebuah meteor itu turun vertikal ke bawah dengan sudut sekitar 5 derajat, akan tetapi kemudian ia membelok dengan tajam ke arah selatan dan sambil terbang mendatar akhirnya hilang dari pemandangan. Ia meninggalkan jejak seperti bunga api yang membelok dengan tajam, jejak itu pun tampak bengkok. Foto dari saat benda itu baru saja membelok tampak jelas, sayang Dr.Ir.Aryono Abdulkadir sedikit menggerakkan lengannya sehingga kamera bergoyang. Sebabnya ialah karena ia menyandarkan sikunya pada sebatang pohon yang ternyata banyak semutnya yang besar-besar. Menurut pengamatan Dr.Ir.Aryono Abdulkadir, yang mempunyai gelar Insinyur Fisika Teknik dari ITB dan Doktor dalam Mechanical Engineering dari Universitas Kentucky, benda yang disaksikannya menyerupai sebuah “reentry vehicle” yang dikendalikan dan mengalami proses ablasi pada permukaannya sewaktu memasuki lapisan atmosfir dengan cepat.

Tidak Dapat Dilihat oleh Radar
Pada pukul 04.40 dini hari tanggal 14 Juni 1977 lima orang awak kapal patroli TNI AL “Siliman” menyaksikan suatu benda aneh sewaktu berlayar di lepas pantai Lho Seumawe, Aceh. Pada waktu itu keadaan laut adalah tenang sehingga permukaannya laksana cermin. Cuaca berkabut tipis, namun tidak menghalangi pemandangan.

Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh nyala lampu terang yang entah dari mana datangnya, tetapi seketika sudah mengambang di udara di depan mereka. Nyala lampu terang itu berwarna merah muda, berbeda dengan lampu navigasi kapal yang berwarna merah darah. Kemudian tampak bahwa nyala lampu terang itu terpasang pada sebuah benda berbentuk cerutu dengan sebuah kubah di atasnya.

Perwira navigasi operasi Letda (P) Widyhartono mengerahkan alat radarnya, tetapi tidak terjadi kontak echo. Ia kemudian mengambil kamera dari laci, ternyata tidak bekerja oleh karena filmnya habis.

Tiba-tiba benda bersinar itu hilang lenyap. Perwira itu baru saja membalikkan diri untuk men-stand by-kan alat radar, ketika benda tadi tiba-tiba muncul kembali di tempat semula.
Sekarang benda itu mengeluarkan asap putih yang terputus-putus mirip parasut yang mengambang lalu turun dalam jumlah banyak. Kepulannya itu mirip asap knalpot sepeda motor yang kebanyakan bahan bakar dan sedang dipanaskan. Jumlah kepulannya banyak dan besar kecilnya tidak sama serta lenyap jauh di atas permukaan air. Radar dikerahkan lagi, akan tetapi hasilnya tetap nol. Perwira itu menerangkan hal tersebut dikarenakan sasaran itu di luar jangkauannya.

Dikira sedang terjadi dropping senjata gelap, semua lampu lambung kapal perang itu dimatikan, semua senjatanya dikokang dan kapal diarahkan ke sasaran dengan mesin dimatikan. Semua itu dilakukan untuk meninggikan pendadakan sambil memanfaatkan kabut tipis, dengan maksud untuk menangkap basah para pelaku dropping bersama senjata-senjatanya.

Tiba-tiba benda bersinar itu bergerak cepat sambil membuat sudut tanjakan mirip garis ellips yang tidak masuk akal dan tidak mungkin dilakukan oleh pesawat terbang jenis apa pun. Ia hilang dari pemandangan pukul 04.46 setelah terlihat selama 6 menit.

Terbangnya Seperti Layang-layang Putus
Pada tanggal 14 September 1977 pukul 13.30 WIT karyawan Gubernuran Subagio B.A. melihat benda aneh dari rumahnya di kompleks perumahan PEMDA Entrop I Jayapura, Irian Jaya, di mana terdapat lembah di samping daerah perbukitan.

Benda itu terlihat pertama kali di atas laut kira-kira hanya 10 m dari permukaannya. Kemudian ia terbang ke arah barat sambil membumbung. Gerak terbangnya tersendat-sendat seperti layang-layang putus. Lintasan terbangnya lurus tetapi menanjak. Tidak terdengar bunyi sama sekali. Sewaktu berada di atas lembah, benda itu mendadak berhenti selama beberapa detik, pada saat jaraknya kurang lebih 500 m dari saksi. Kemudian benda itu mendadak bergerak lagi meneruskan penerbangan dan hilang dari pemandangan di belakang bukit-bukit. Jumlah saksi 2 orang.

Penyaksian benda yang sama terulang lagi dari tempat yang sama pula pada tanggal 25 September 1977 pukul 11.25 WIT, dengan tempat muncul, arah terbang dan tempat menghilangnya persis sama. Hanya dalam penyaksian kedua itu tinggi terbangnya agak lebih tinggi yaitu antara 200 sampai 300 m.

Benda itu jikalau dilihat dari bawah tampak bulat lonjong dengan garis tengah antara 3 sampai 4 m. Di tengah-tengahnya terdapat sebuah bundaran hitam seperti kubah. Warna benda itu adalah abu-abu keputih-putihan seperti cat metalik abu-abu muda sebuah scooter Vespa Sprint model tahun 1977. Apabila benda itu terkena sinar matahari maka permukaannya mengkilau seperti atap seng.

Di dalam penyaksian kedua itu terdapat tidak kurang dari 14 orang saksi, yaitu 8 orang dewasa dan 6 orang anak. Menurut Subagio, B.A. sewaktu melihat benda itu ia merasa tercekam oleh suatu daya atau kekuatan yang memancar dari UFO.

Hilang dengan Pesawatnya: Kasus Fred Valentich (1978)
Frederick P. Valentich, umur 20 tahun, ialah taruna, kemudian menjadi instruktur sukarela di Korps Pendidikan Udara Angkatan Udara Australia di Melbourne Barat. Ia telah terbang selama 2 tahun dan perlu menambah jam terbang malam untuk brevet penerbang komersialnya. Pada hari yang naas, yaitu tanggal 21 Oktober 1978, ia bertolak dari lapangan terbang Moorrabbin di Melbourne pukul 18.19 sore dengan tujuan King Island, yang terletak di Selat Bass di antara daratan Australia dan Pulau Tasmania, untuk mengambil udang sungai guna suatu malam pertemuan perwira-perwira Korps Pendidikan Udara. Pesawat yang diterbangkannya ialah Cessna 182 L dengan huruf panggil VH-DSJ.

Fred Velentich baru 6 menit meninggalkan daratan Australia dan mulai terbang di atas Selat Bass, ketika ia melaporkan adanya suatu pesawat udara lain pada ketinggian yang sama, yaitu 4500' (1500 m). Mula-mula benda itu tampak seperti pesawat yang besar, dengan 4 cahaya yang sangat terang seperti lampu pendarat. Kemudian ia melukiskan benda itu sebagai sesuatu yang berbentuk panjang, mempunyai cahaya yang berwarna hijau dan permukaannya berkilauan seperti metalik.

Kemudian benda itu naik 1000' (300 m) lebih tinggi dari pesawat Cessna dan lewat di atasnya. Selanjutnya ia menuju kembali ke pesawat Cessna dari arah Timur dan lalu lalang di atasnya 2 sampai 3 kali dalam jangka waktu hanya 30 detik dengan kecepatan sangat tinggi yang tidak dapat ditaksir oleh Fred Valentich. UFO itu kemudian berhenti dan mengambang di depan pesawat Cessna, yang melihat gelagat itu lalu berputar-putar. Ternyata UFO tadi ikut berputar di atasnya! Lalu UFO itu lenyap, akan tetapi semenit kemudian ia muncul kembali dan menuju ke arah pesawat Cessna dari arah barat daya.

Fred Valentich melaporkan bahwa motornya mulai batuk-batuk. Menara Melbourne menanyakan, apakah yang hendak dilakukan oleh pernerbang Cessna selanjutnya dan mendapat jawaban bahwa ia akan meneruskan perjalanannya ke King Island. “Melbourne! Pesawat ajaib itu sedang mengambang lagi di atasku. Ia (terhenti selama 2 detik).... sedang mengambang dan ia bukan pesawat terbang”. Menara Melbourne kemudian memanggil:”Delta Sierra Juliet”, atas panggilan tersebut Fred Valentich menjawab: “Delta Sierra Juliet, Melbourne....” diakhiri dengan kesunyian, kecuali suatu bunyi metalik yang aneh, meskipun mikrofonnya terbuka terus selama 17 detik. Demikianlah percakapan terakhir antara Fred Valentich dengan menara Melbourne.

Suatu pencarian oleh SAR dilakukan, yang meliputi pesawat Lockheed P-3 “Orion”, pesawat Normad dan pesawat Aero Commander, tidak berhasil menemukan apa-apa.

Ke manakah Fred Valentich dengan pesawat Cessnanya? Jikalau ia jatuh ke laut, biasanya dapat ditemukan adanya genangan minyak yang cepat atau lambat disusul oleh penemuan kepingan-kepingan. Sampai sekarang hal itu tidak terjadi. Guido Valentich ayah Fred Valentich percaya bahwa anaknya diculit oleh makhluk-makhluk UFO.

Sepanjang sejarah UFO, beberapa kali terjadi keterlibatannya di dalam kecelakaan penerbangan. Menurut Dr.J.A.Hynek, sudah tercatat 20 kasus keterlibatan UFO di dalam hilangnya pesawat-pesawat terbang secara misterius.

Salah satu kecelakaan udara yang pertama yang melibatkan UFO terjadi pada tahun 1948, peristiwa tersebut diuraikan dalam buku: “Menyingkap Rahasia Piring Terbang”. Di dalam kasus itu Kapten Penerbang Thomas F.Mantell yang diperintahkan mengejar UFO melaporkan melalui radio, bahwa benda itu berwarna metalik dan berukuran raksasa, kemudian ia gugur bersama pesawat F-51 “Mustang”nya.

Kemudian menyusul Letnan Penerbang Moncla dan Letnan Navigator Wilson didalam pesawat pemburu segala cuaca Northrop F-89 “Scorpion”, yang pada tahun 1953 dituntun oleh stasiun radar di darat ke arah suatu sasaran pada malam hari. Di layar stasiun radar itu tampak bagaimana pesawat pemburu itu manunggal dengan sasaran tadi dan seterusnya menghilang untuk selamanya.

Akhirnya pada tahun 1967 dinas rahasia Amerika Serikat memonitor penyergapan sebuah UFO oleh 2 buah pesawat pemburu Mig-21 Kuba, yang berakibat fatal: pada waktu melepaskan peluru kendali infra merah K-13 ke arah UFO, Mig-21 itu sendiri meledak di udara.

Cahaya yang “Bertelur” Kemudian Zig-Zag
Pada tanggal 27 Agustus 1979 pukul 19.45 Sandra Hadikusuma, 28 tahun, suaminya Haryanto 29 tahun, dan seorang teman menyaksikan suatu cahaya aneh dari depan rumahnya di kompleks perumahan Tanjung Duren Utara, Tomang Barat, Slipi, Jakarta.

Sinar terang berwarna jingga itu lebih besar sedikit dari bintang, muncul di langit sebelah timur dan bergerak ke arah barat dengan kecepatan cukup tinggi. 3/4 perjalanan benda tersebut berada pada posisi persis di depan atas saksi yang sedang menghadap ke arah selatan. Pada saat itulah benda terang berwarna jingga tadi menelurkan dua buah benda bercahaya yang lebih kecil yang serta-merta melesat ke arah selatan lalu menghilang. Induknya kemudian meneruskan perjalanannya ke arah barat, melakukan lintasan zig-zag selama beberapa detik lalu hilang dari pemandangan. Seluruh penyaksian itu memakan waktu kurang lebih 2 menit.

Seperti Bintang Tetapi Berputar-putar di Siang Hari
Minggu tanggal 22 Maret 1981 pukul 07.40 pagi Ari Nugraha, umur 26 tahun, radio amatir (YC0SI) sedang berada di atap rumah untuk membenahi antena, ketika itu melihat sebuah benda di langit tepat di atas kepalanya. Pagi hari itu cuaca sedang cerah dengan langit yang berwarna biru tua. Dia dengan gempar memanggil saya dan kemudian saya mengajak istri menyaksikan hal tersebut. Benda itu tampak seperti kepala jarum pantul yang dipegang sepanjang lengan. Ia berbentuk bulat dan warnanya keperak-perakan seperti cakram yang mengkilau. Ia mengembara dengan santai dan selama 40 menit menempuh lintasan yang melingkar dengan garis tengah kurang lebih 2 kali lebih besar dari bulan purnama.

Saya menghubungi Halim International Airport dan mendapat keterangan bahwa di layar radar tidak tampak sasaran-sasaran yang luar biasa. Bagian meteorologi menerangkan bahwa pada ketinggian 35.000 kaki arah angan adalah 070 dan kecepatannya 20 kts. Pada ketinggian 40.000 kaki angka-angka tersebut adalah 050 dan 20.

Benda itu lenyap secara mendadak. Saya membuat beberapa foto dengan Fujica Pocket Camera. Pembesaran-pembesaran yang dibuat sebelum tulisan ini tidak berhasil memperlihatkan benda yang bersangkutan. Mungkinkah disebabkan oleh lensanya yang kurang tajam?

Makhluk UFO di Kebayoran
Rumah di Jalan Sriwijaya Raya no.24 di daerah pemukiman elite di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, menjadi sepi pada pukul 23.00 malam seusai latihan menari oleh “Swara Mahardika” di bawah pimpinan Guruh Sukarnoputra. Satu-satunya penghuni rumah itu ialah penjaga bernama Sumadi, yang berumur 28 tahun. Ketika menuju ke kamarnya ia melihat ada sesosok tubuh yang berdiri di atas tembok di halaman belakang dekat menara air di sudut. Tinggi makhluk itu di antara 1,20 sampai 1,50 m. Ia mengenakan celana panjang berwarna putih, sedang bagian atas tubuhnya termasuk kepalanya tertutup oleh semacam mantel berwarna hitam.

Namun Sumadi memutuskan untuk terlebih dahulu pergi ke kamarnya oleh karena hari sudah larut malam dan perutnya keroncongan. Juga oleh karena sambil makan ia dapat mengamati makhluk itu melalui jendela kamarnya yang tepat menghadap ke tembok halaman belakang. Sosok tubuh itu yang ia sebut seperti manusia atau seperti jamur itu kadang-kadang tampak bergoyang-goyang sedikit.

Pada waktu Sumadi makan malam di rumah tetangga sebelah selatan yaitu Jalan Sriwijaya Raya no.26 (bekas rumah kediaman almarhumah Ibu Fatmawati Sukarno) lima orang sedang mendengarkan musik dari sebuah casette recorder di dalam sebuah kamar. Tiba-tiba mereka mendengar bunyi seperti hujan turun. Salah seorang menjenguk ke luar rumah akan tetapi ternyata tidak hujan. Kemudian ia masuk kamar lagi dan bersama kawan-kawannya terus mendengarkan musik. Mereka tidak menyelidiki lebih lanjut bunyi hujan tadi, yang tak lama kemudian lenyap dengan sendirinya.

Setelah selesai makan, Sumadi penjaga rumah mendekati makhluk yang selama itu diamati terus menerus pada jarak hanya 9 m. Dengan suara lantang ia bertanya:”Apakah engkau pencuri, ya?”, akan tetapi makhluk diatas tembok itu bungkam saja. Sumadi kemudian naik tangga besi yang terpasang di bawah menara air akan tetapi sesosok tubuh itu tiba-tiba hilang lenyap.

Pada saat itu pula timbullah kegaduhan di antara sejumlah orang yang berada di depan rumah tetangga sebelah utara yaitu Jalan Sriwijaya Raya no. 22 dan juga di halaman rumah yang di seberang jalan. Sekitar 5 orang menjadi gempar karena sebuah benda bercahaya sekonyong-konyong tampak mengudara secara perlahan-lahan dari halaman belakang rumah Jalan Sriwijaya Raya no. 22 kira-kira dari arah menara air yang disebut lebih dahulu. Benda itu panjangnya kurang lebih 2 m dan jikalau dilihat dari samping ia tampak seperti sebuah bola rugby yang diapit oleh 2 buah piring, sebuah di atas dan yang lain di bawah. Bagian yang dari samping tampak seperti bola rugby itu menyala dengan warna putih yang diselingi oleh lajur-lajur vertikal yang berwarna merah. Benda itu membumbung dengan sudut 45 derajat dan semakin tinggi ia naik, semakin terang cahayanya dan semakin cepat pula lajunya. Tidak terdengar bunyi apa pun.

Di antara para saksi terdapat beberapa orang yang hendak pergi ke bioskop untuk menonton pertunjukan tengah malam (pada waktu itu adalah malam Minggu). Mereka berlarian masuk ke dalam kendaraannya berupa sebuah jip Toyota dan berusaha mengejar benda tadi. Sayang, di simpang perempatan Jalan Senopati dan Jalan Sisingamangaraja mereka terpaksa berhenti karena lampu merah. Mereka sambil tak berdaya melihat benda itu membumbung terus semakin tinggi, sedang cahayanya semakin terang dan laju kecepatannya pun menjadi semakin besar. Akhirnya benda itu hilang ditelan kegelapan malam di arah barat laut di atas kompleks olah raga Senayan.

Keesokan harinya baru diketahui, bahwa daun pohon pisang yang semalam sebelumnya paling dekat dengan makhluk UFO telah mengering dan berwarna coklat seperti telah tersengat hawa panas yang sangat. Daun-daun lain dari pohon pisang yang sama serta daun-daun dari pohon-pohon pisang lain di sekitarnya tetap hijau dan segar.

Tiga hari kemudian kakak beradik Guntur dan Guruh Sukarnoputra mengajak saya sekeluarga untuk menyaksikan sendiri keadaan di halaman belakang Jalan Sriwijaya Raya no.24, dan memperkenalkan Sumadi penjaga rumah. Orangnya polos dan tidak banyak bicara. Ia menerangkan bahwa sesudah kejadian itu ia sulit tidur karena khawatir ada pencuri.
Baik dari ceritera yang saya dengar maupun dari hasil wawancara langsung dengan Sumadi, terdapat kesan bahwa jangka waktu hampir satu jam di mana ia makan sambil mengamat-amati makhluk UFO adalah terlalu lama. Padahal untuk menghabiskan makanan yang sederhana diperlukan antara 5 atau 10 menit. Apakah di sini kita juga menghadapi gejala “time loss” (kehilangan waktu) seperti sering dialami para saksi dalam perjumpaan dengan makhluk-makhluk UFO di luar negeri?

Bintang-bintang Berformasi pada Siang Hari
Pada pagi hari tanggal 28 Mei 1981, tepat 65 hari sesudah penyaksian tanggal 22 Mei 1981, saya sedang berada di halaman belakang ketika suatu benda bercahaya di langit yang biru menarik perhatianku. saya memanggil istri dan anak untuk ikut menyaksikannya pula.

Benda itu semula tampak pada elevasi 60 derajat lalubergerak perlahan-lahan ke arah barat. Tiba-tiba sebuah benda lain muncul disampingnya dan keduanya kemudian bergerak berdampingan dalam formasi untuk lenyap pada elevasi 45 derajat di sebelah barat setelah tampak dari pukul 07.20 hingga 07.55.

Tidak lama kemudian sebuah benda yang ketiga muncul lagi di tempat yang sama pada elevasi 60 derajat, lalu bergerak ke arah barat dan lenyap pada elevasi 45 derajat, menempuh lintasan yang sama seperti kedua benda yang terdahulu. Benda yang ketiga itu tampak selama beberapa menit dan lenyap pada pukul 08.50.

Ketiga buah benda itu tampak sama dan ukurannya juga sama, yaitu seperti kepala jarum pentul yang keperak-perakan. Selama dalam pemandangan benda-benda itu konstan terangnya. Saya mengamatinya dengan teropong yang mempunyai pembesaran 7 kali, akan tetapi tidak melihat perincian lebih lanjut.

Menurut Halim International Airport yang terletak dalam garis lurus sekitar 8 km dari rumah saya, radarnya tidak memperlihatkan barang sesuatu yang luar biasa. Arah dan kecepatan angin pada ketinggian 30.000 kaki, 35.000 kaki dan 40.000 kaki berturut-turut adalah 080 dan 15 kts, 070 dan 20 kts, 060 dan 30 kts.

Saya mencoba untuk mengambil foto dengan kamera teropong Orinox model AAI-720, akan tetapi gagal oleh karena shutternya macet.

Bergoyang-goyang Seperti Layang-layang
Karena pengalaman melihat UFO pada waktu yang sama pada pagi hari dan di tempat yang sama di langit berturut-turut pada tanggal 22 Maret dan 23 Mei 1981 yang selang 65 hari, maka tepat 65 hari kemudian yang jatuh pada hari Lebaran tanggal 1 Agustus 1981 saya dengan sengaja menantinya. Langit pada pagi hari itu biru dengan beberapa awan Cirrus.

Upaya itu berhasil oleh karena pukul 07.45 atau lebih sedikit sebuah benda muncul pada elevsi 70 derajat yang bergerak ke arah barat secara lurus dan mendatar untuk lenyapn pada elevasi 45 derajat.

Benda itu berbentuk bulat atau lonjong dan berwarna putih. Selama beberapa menit dalam pemandangan, ia memperlihatkan gerak goyang melalui sumbu lintangnya yang mirip dengan gerakan sebuah layang-layang.

Saya panggil adik ipar saya untuk memotret UFO tersebut dengan kameranya, sebuah Olympus 35 Trip. Istrinya juga menyaksikan benda tersebut. Hasil foto-foto itu kemudian diperbesar, namun hingga penulisan ini benda tadi tidak tampak.

Lagi-lagi 65 hari kemudian yang jatuh tepat pada tanggal 5 Oktober 1981 saya bersiap-siap pada jam yang sama dan mengamati terus langit di tempat yang sama seperti pada penyaksian-penyaksian sebelumnya. Saya sudah siap dengan kamera-kamera Nikon maupun Mamiya. Namun tidak terlihat apa-apa di langit pagi itu.

Ufo Muncul Kembali di Tempat yang Sama
Pada pagi hari tanggal 28 Maret 1982 saya sedang berada di halaman belakang untuk menerangkan kepada anak laki-laki yang tertua tentang penyaksian UFO tahun yang lalu. Ia tidak ikut menyaksikan karena pada waktu itu masih berada di Amerika Serikat untukmeraih gelar Master dalam enginering satelit. Selagi saya sedang menuding ke arah bagian langit tempat munculnya UFO tahun yang lalu, tiba-tiba muncullah sebuah benda tak dikenal di tengah-tengah awan Cirrus. Ukurannya kecil sekali, berbentuk bulat dan berwarna putih, namun ia tampak jelas pada latar belakang awan Cirrus yang tipis.

Mula-mula benda itu diam di tengah-tengah awan, kemudian ia bergerak kearah barat sambil meninggalkan awan tadi untuk akhirnya menghilang pada elevasi 45 derajat.

Pada waktu sudah meninggalkan awan, benda itu tidak berubah warnanya, yang dapat berarti bahwa ia berada di bawah awan Cirrus. Cara menghilangnya dari penglihatan ialah secara berangsur-angsur ia menjadi semakin kecil seperti sesuatu benda yang membumbung semakin tinggi. Benda itu tampak selama kurang lebih 10 menit.

Arah dan kecepatan angin di permukaan bumi, pada ketinggian 15.000 kaki, 30.000 kaki dan 45.000 kaki adalah berturut-turut 240 dan 6 kts, 250 dan 10 kts, 220 dan 15 kts serta 280 dan 20 sampai 25 kts.

Ada 4 orang saksi, yaitu saya sendiri, istri saya, dan kedua anak laki-laki kami yaitu Ir.Adi Sadewo M.Eng.in Aerospace, 32 tahun, dan Ari Nugraha B.Sc., 27 tahun, amatir radio (YC0SI)

Telah dibuat foto-foto dengan kamera Rolleiflex SL 35M dengan lensa 135 mm Carl Zeiss Jena dan polarizing filter oleh Ir. Adi Sadewo, serta kamera Super Ikonta ukuran 6x6 cm dengan lensa 80 mm Tessar Carl Zeiss oleh saya sendiri. Hingga saat penulisan ini foto-foto ukuran 35 mm itu diperbesar dan memang memperlihatkan benda aneh tadi.
(J. Salatun)

Itu tadi kesaksian tentang beberapa penampakan UFO yg pernah terlihat Gan.....
Trus bagaimana wahana UFO dan makhluknya..?
Simak UFO part 2 ya Gan.....

0 comments:

Posting Komentar