27 Juli 2012

,

Adakah Makhluk Cerdas di Kosmos?

Apakah masuk akal kalau dikatakan bahwa kita penduduk dunia pada abad ke dua puluh ini bukanlah satu-satunya makhluk hidup jenis manusia yang ada di alam semesta ini? Oleh karena tidak ada musium yang dapat kita kunjungi, yang memamerkan manusia kerdil dari planet lain, maka jawaban atas pertanyaan itu: “Dunia kita ini adalah satu-satunya planet yang dihuni manusia” agaknya masih merupakan jawaban yang resmi dan meyakinkan. Tetapi setelah kita menyelidiki hasil penemuan dan penelitian terakhir, maka pertanyaan seperti itu akan semakin banyak jumlah dan ragamnya. “Di malam hari yang cerah dengan mata telanjang, orang akan dapat melihat kira-kira 4.500 bintang”, demikian dikatakan para astronom. Tetapi dengan menggunakan teleskop dari observatorium terkecil akan tampak hampir 2.000.000 bintang, sedangkan teleskop pantul yang modern dapat menampakkan cahaya dari ribuan juta bintang lebih kepada pengamat, yang berupa bintik-bintik cahaya dari bimasakti. Tetapi kalau dibandingkan dengan besarnya dimensi alam semesta ini, susunan bintang-bintang yang kita lihat itu hanya merupakan bagian terkecil dari susunan bintang-bintang lainnya yang luasnya tak terbandingkan lagi.

Jadi dapat dikatakan bahwa bimasakti kita itu hanya merupakan suatu kelompok kecil dari bimasakti yang terdiri dari kira-kira dua puluh galaksi atau lebih, yang tersebar dalam radius 1.500.000 tahun cahaya. (1 tahun cahaya = jarak yang ditempuh cahaya dalam waktu satu tahun yakni: 60 x 60 x 24 x 365,25 x 300000 Km). Kelompok bintang yang besar inipun akan kecil pula adanya kalau dibandingkan dengan ribuan nebula, yaitu sekelompok bintang yang nampak dengan mata telanjang seperti kabut bercahaya; yang berbentuk spiral, seperti yang dapat dilihat dengan teleskop elektronik. Saya ingin menegaskan di sini, bahwa kalau pun dikemukakan pada zaman sekarang, penelitian semacam ini barulah merupakan permulaan semata.

Menurut taksiran astronom Harlow Shapley, dalam daya jangkau fokus teleskop kita terdapat sekitar sepuluh pangkat dua puluh bintang. Kalau Shapley menghubungkan suatu susunan planet hanya dengan satu dalam seribu bintang, maka kita dapat menganggap taksiran itu sebagai suatu taksiran yang dibuat dengan sangat hati-hati. Kalau kita teruskan spekulasi kita atas dasar taksiran ini, dan mencurigai bahwa kondisi yang tidak memenuhi syarat untuk adanya kehidupan hanya pada sebuah bintang dalam tiap seribu bintang, maka perhitungan itu masih akan memberikan bilangan sepuluh pangkat empat belas.

Shapley bertanya: “Berapa banyaknya bintang dari bilangan ‘ Astronomis” ini yang mempunyai udara memenuhi syarat bagi kehidupan? Satu dalam seribu?” Toh masih luar biasa yakni sepuluh pangkat sebelas bintang mempunyai persyaratan untuk kehidupan. Bahkan kalau misalnya saja hanya pada tiap planet yang keseribu dari jumlah itu terdapat kehidupan, masih akan terdapat 100.000.000 planet di mana kita masih mengspekulasikan akan adanya kehidupan. Perhitungan ini dibuat berdasarkan pengamatan dengan penggunaan teleskop yang menggunakan tehnik mutakhir. Tetapi kita jangan lupa, bahwa teleskop-teleskop itu terus-menerus diperbaiki. Jika kita ikuti hipotesa biokimiawan Dr. Stanley Miller, maka dapat disimpulkan bahwa kehidupan dan syaratsyaratnya yang diperlukan; di mana pada sebagian dari sejumlah planet itu, telah dapat berkembang lebih pesat dari pada di atas bumi kita ini. Jika kita terima asumsi yang amat berani ini, maka dapat disimpulkan bahwa peradaban pada 100.000 planet adalah jauh lebih maju dari pada di atas bumi kita ini.

Mendiang Willy Ley penulis ilmiah yang terkenal itu, dan teman dari Wernher Von Braun mengatakan kepada saya di New York: “Banyaknya bintang di bima sakti kita saja di taksir ada 30 milyar buah. Assumsi bahwa bima saksi kita berisi 16 milyar susunan planet masih dianggap dapat diterima oleh para astronom masa kini. Kalau kita sekarang mencoba mengurangi jumlah itu sebanyak mungkin dan memisalkan jarak antara susunan-susunan planet itu diatur sedemikian rupa sehingga di antara seratus, hanya satu planet yang mengorbit di sekitar mataharinya masing-masing, maka masih akan terdapat 180 juta planet yang mampu mendukung kehidupan. Kalau kita misalkan lagi bahwa hanya satu planet di antara seratus yang memungkinkan adanya kehidupan itu benar-benar ada kehidupan di sana, maka masih akan terdapat 1,8 juta planet di mana terdapat kehidupan. Selanjutnya kita misalkan bahwa dari tiap seratus planet di mana terdapat kehidupan itu hanya pada satu planet saja terdapat makhluk hidup yang tingkat kecerdasannya sama dengan “homo sapiens”, maka bima sakti kita masih mempunyai sejumlah 18.000 planet yang dihuni makhluk hidup seperti kita.

Oleh karena menurut perhitungan terakhir, dalam bima saksi kita terdapat 100 ribu juta bintang yang tetap tempatnya, maka angka yang di sebut Dr. Ley dengan hati-hati itu jauh di bawah kenyataan sekarang. Tanpa menyebut bilangan-bilangan fantastis atau memperhitungkan galaksi-galaksi yang belum dikenal, kita masih dapat menduga bahwa ada 18.000 planet yang terhitung dekat pada bumi kita di mana terdapat keadaan yang memenuhi persyaratan kehidupan seperti pada planet yang kita huni ini. Namun demikian kita masih dapat berspekulasi lebih lanjut, bila hanya satu persen saja dari 18.000 planet itu yang benar-benar dihuni oleh makhluk hidup, maka masih akan terdapat 180 buah planet yang bermakhluk hidup.

Tiada keraguan tentang adanya planet-planet yang serupa dengan bumi kita dan mempunyai campuran gas-gas atmosfir, gravitasi, tetumbuhan bahkan mungkin margasatwa yang semuanya serupa dengan yang ada di bumi kita ini. Tetapi apakah perlu bagi planet-planet yang memungkinkan adanya kehidupan itu mempunyai persyaratan hidup yang segala-galanya sama seperti yang ada di bumi ini? Anggapan bahwa kehidupan hanya dapat tumbuh subur dalam keadaan seperti di bumi ini sekarang dengan adanya penelitian telah ketinggalan zaman. Salah sekali jika orang menduga bahwa ke hidupan tak mungkin tanpa air dan oksigen, sebab di bumi kita pun terdapat bentuk kehidupan yang tidak memerlukan oksigen, yakni yang di sebut bakteri-bakteri anaerobik. Oksigen dalam jumlah tertentu dapat meracuni bakteri-bakteri semacam ini. Mengapa tidak mungkin ada kehidupan yang lebih tinggi tingkatnya, yang tidak memerlukan oksigen? Dengan adanya dorongan dari ilmu pengetahuan baru yang dicapai tiap hari, kita harus berusaha supaya alam pikiran kita tetap uptodate. Penyelidikan-penyelidikan yang paling mutakhir menunjukkan bahwa bumi kita ini adalah yang paing ideal, karena tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, airnya berlimpah-limpah; persediaan oksigennya tak terbatas, alamnya senantiasa di remajakan kembali oleh proses-proses organis. Assumsi bahwa kehidupan hanya dapat ada dan berkembang di atas planet seperti bumi ini, sudah tak dapat dipertahankan lagi.

Menurut tafsiran, di bumi kita ini terdapat 2.000.000 jenis makhluk hidup. Dari jumlah ini, ditaksir (lagi-lagi ditaksir) hanya 1.200.000 yang telah dikenal secara ilmiah. Dari jumlah yang telah dikenal ini terdapat beberapa ribu yang menurut alam pikiran sekarang, seharusnya tidak mampu untuk hidup. Dasar pemikiran tentang kehidupan perlu dipertimbangkan kembali dan diuji lagi kebenarannya. Sebagai contoh misalnya orang menduga bahwa air yang diradioaktif akan bebas hama. Tetapi kenyataan membuktikan bahwa ada beberapa jenis kuman yang dapat menyesuaikan diri pada air maut yang ada di sekeliling reactor nuklir. Eksperimen yang dibuat oleh Dr. Sandford Siegel kedengarannya mengerikan. Di dalam laboratoriumnya dia menciptakan keadaan atmosfir tiruan dari atmosfir sekitar planet Jupiter, dan membiarkan bakteri dan tungau di dalamnya di mana sama sekali terasing dari segala syarat “kehidupan” yang sampai sekarang masih menjadi pegangan. Amoniak, methan dan hidrogen tak dapat mematikan bakteri dan tungau ini.

Eksperimen-eksperimen yang dibuat oleh Dr. Howard Hinton dan Dr. Blum dari Bristol University sama-sama memberikan hasil yang mengejutkan. Kedua sarjana ini telah mengeringkan sejenis unggas beberapa jam lamanya dalam suhu 100 C, yang segera setelah itu dicelupkan ke dalam helium cair, yang sebagaimana kita ketahui dingin sekali sedingin ruang angkasa. Setelah diradiasi dengan kuat sekali, kemudian dikembalikan lagi kepada keadaan kehidupan yang normal; serangga itu ternyata dapat meneruskan fungsi biologis vitalnya dan sehat. Kita juga pernah mendengar tentang adanya bakteri-bakteri yang hidup di dalam gunung berapi, bakteri yang memakan batu-batuan, dan bakteri yang menghasilkan besi. Maka bertambah pulalah pertanyaan yang menunggu jawaban.

Eksperimen masih terus diadakan di pusat-pusat penelitian. Bukti-bukti baru yang menunjukkan bahwa kehidupan itu sama sekali tidak terikat ketat kepada persyaratan kehidupan yang ada di planet kita ini terus-menerus bertambah. Berabad-abad sudah dunia kita ini berputar di sekitar hukum dan kondisi yang mengatur kehidupan di permukaan bumi. Keyakinan ini mengubah dan mengaburkan cara kita melihat keadaan. Keyakinan ini menghalangi penglihatan para penyelidik ilmiah yang tanpa ragu-ragu telah menerima cara dan standar cara berpikir dalam memandang alam semesta ini.

Teilhard de Chardin akhli pikir yang membuka zaman baru itu berpendapat bahwa hanya yang fantastis saja yang dapat menjadi kenyataan di dalam kosmos. Kalau jalan pikiran kita berjalan lain dari pada yang biasa, ini berarti bahwa intelegensi di planet lain menggunakan kondisi kehidupan mereka sebagai patokan, dan sebagai norma. Kalau mereka hidup pada suhu 150-200 C, mereka akan mengira bahwa suhu di bawah 0 yang bagi kita dapat merusak kehidupan itu di planet lain malah disyaratkan untuk dapat hidup. Dan ini justru akan cocok dengan logika yang kita gunakan untuk membuat kegelapan masa lampau kita menjadi terang. Logika itu semata-mata berkat rasa harga diri kita dan berkat sifat kita yang serba rasionil dan serba obyektif. Pada suatu waktu setiap teori yang mengandung keberanian kadang-kadang dianggap khayalan ataupun suatu utopi. Betapa banyak khayalan yang sekarang sudah menjadi kenyataan sehari-hari. Memang contoh-contoh yang dikemukakan di sini dimaksudkan untuk menunjukkan kemungkinan-kemungkinan yang masuk akal. Namun demikian, sekali kemungkinan yang sebelumnya tak masuk akal itunterbukti nyata, dan memang akan menjadi kenyataan, maka segala rintangan akan roboh; dan kita akan sampai kepada suatu keadaan di mana tabir ketidak mungkinan itu oleh kosmos akan menjadi kenyataan, maka segala rintangan akan roboh; dan kita akan sampai kepada suatu keadaan di mana tabir ketidakmungkinan itu oleh kosmos akan dibuka lebar-lebar. Generasi mendatang akan menemukan segala jenis kehidupan yang sebelumnya tak pernah terimpikan dalam alam semesta ini. Sekalipun kita tidak akan mengalami semua itu, mereka harus menerima kenyataan bahwa mereka bukanlah satu-satunya intelegensi dan sudah tentu bukan intelegensi tertua dalam kosmos.

Alam semesta ini ditaksir telah berusia dua belas ribu juta tahun. Di bawah mikroskop, batu-batu meteor membuktikan adanya bekas zat organik di dalamnya. Bakteri yang telah berusia jutaan tahun bangun dan menunjukkan kehidupan baru. Spora-spora yang melayang-layang di ruang angkasa melintasi alam semesta dan kadang-kadang tertangkap oleh lapangan gravitasi dari sesuatu planet. Kehidupan baru telah berjalan dan berkembang dalam siklus abadi dari penciptaan selama berjuta-juta tahun. Sekian banyak penelitian yang berhati-hati atas jenis batu-batuan dari segenap penjuru dunia, membuktikan bahwa kerak bumi ini telah terbentuk empat ribu juta tahun yang lalu. Dan dari segala apa yang diungkapkan oleh ilmu pengetahuan itu di antaranya diketahui bahwa sesuatu makhluk hidup yang menyerupai manusia telah ada sejak 1.000.000 tahun yang lalu. Dari masa satu juta tahun itu hanya 7.000 tahun saja yang dikenal sebagai sejarah hidup manusia. Itupun dicapai dengan banyak mengorbankan tenaga, petualangan dan sebagian besar karena kepenasaran. Tetapi apa artinya 7.000 tahun sejarah hidup menusia jika dibandingkan dengan ribuan juta tahun sejarah alam semesta? Kita telah membutuhkan waktu 400.000 tahun untuk mencapai kemajuan keadaan sekarang ini.

Adakah orang yang dapat membuktikan secara kongkrit mengapa planet lain tidak dapat memberikan keadaan yang lebih menguntungkan bagi perkembangan intelegensi yang lain dari pada yang ada di muka bumi kita. Adakah alasan bahwa kita tidak mungkin mempunyai saingan di planet lain yang dapat menyamai atau melebihi kita? Berhakkah kita untuk meniadakan kemungkinan ini? Yakni kemungkinan adanya saingan? Padahal sampai sekarang kita telah berbuat atau beranggapan demikian. Sampai sekarang kita telah beranggapan bahwa diplanet lain tidak ada “saingan” kita. Beberapa kali sudah sokoguru kearifan kita ambruk remuk menjadi debu?


Beratus-ratus generasi menduga bahwa dunia ini dulunya pipih. Hukum yang menetapkan bahwa matahari beredar mengitari bumi, tetap tak boleh dibantah selama ribuan tahun yang lalu. Kita masih tetap yakin bahwa dunia kita ini adalah pusat dari segala-galanya, walaupun telah dibuktikan bahwa dunia ini hanyalah suatu bintang biasa semata yang besarnya tak berarti dan yang letaknya sejauh 30.000 tahun cahaya dari titik pusat bima sakti.

Telah tiba waktunya bagi kita untuk mengetahui kesepelean kita dengan jalan membuat penemuan-penemuan dalam kosmos yang belum terselidiki dan tak terbatas luasnya. Hanya dengan cara itulah nanti kita akan sadar bahwa kita ini bukan apa-apa melainkan hanya merupakan semut-semut dalam alam semesta yang amat luas ini. Namun demikian masa depan dan kesempatan-kesempatan kita terletak di dalam alam semesta itu di mana para dewa telah menjanjikannya. Jauh sebelum kita sempat melihat masa depan kita, kita harus sudah cukup kuat dan cukup berani untuk menyelidiki masa lalu kita dengan jujur dan adil.

Erich von Däniken

0 comments:

Posting Komentar