02 Juli 2012

Mesin Waktu, Mungkinkah?

Mungkinkah waktu berjalan mundur? ataukah waktu hanya berlalu sekali dalam hidup kita? Sekali kita melaluinya, maka akan menjadi sejarah masa lampau yang tak mungkin kita mengubahnya kembali. Jika benar ada mesin waktu yang mampu mengirimkan kita ke masa lampau, tentunya kita semua mempunyai sebuah keinginan untuk mengunjungi beberapa zaman yang mungkin sekarang hanya kita dengar lewat buku-buku sejarah.

Tapi benarkah suatu saat manusia berhasil menciptakan mesin waktu? Yup, pertanyaan ini tentu saja sulit untuk diperoleh jawaban yang memuaskan. Sebelum banyak orang mengerti teori relativitas umum Einsten, perjalan waktu sering dikait-kaitkan dengan hal-hal ghaib, mistik, dan sihir. Sebagai contoh, dalam Epik Si Yeou Ki (atau yang lebih dikenal dengan Kera Sakti kalau di Indonesia), Pat Kay (Si Siluman Babi) sewaktu berstatus dewa, kembali kemasa lalu untuk memikat hati seorang Dewi. Tapi kasihan yah, usahanya selalu gagal. Cerita tersebut disusun menjadi sebuah buku sekitar tahun 1550 Masehi, jelas ini tidak ditulis berdasarkan teori relativitas umum Einstein yang baru dipublikasikan tahun 1915. Prinsip kembali ke masa lalu adalah dengan masuk ke lorong waktu yang lebih lambat dari waktu yang lebih cepat. Perbedaan waktu tersebut melempar segala sesuatu ke masa lalu.

Seperti diungkap dalam teori lubang cacing (atau istilah bekennya Worm Hole) yang sangat populer akhir-akhir ini, tentu saja kita tidak dapat mundur lebih jauh sebelum tercipta gerbang waktu antara kedua kecepatan waktu yang berbeda tersebut. Salah satu bentuk dari mesin waktu seperti ini adalah terowongan yang menghubungkan dua buah atau lebih black hole. Pada tahun 1957, Jhon Wheeler menyebut terowongan ini dengan istilah lubang cacing (Worm Hole).

Ide menggunakan black hole dalam teori Wheeler tersebut sebenarnya tidak cukup aman. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa orang yang mendekati black hole harus sangat elastis atau akan tercabik-cabik dan hancur oleh tarikan gravitasinya yang dasyat. Batas ketahanan tubuh fisik manusia normal adalah tujuh kali gravitasi bumi, diatas nilai ambang tersebut maka fungsi organ tubuh akan terpengaruh. Lalu, supaya berjalan waktu ini lebih aman, digunakanlah ide untuk menggunakan zarah yang dapat mengurangi efek tarikan gravitasi, sehingga orang yang hendak berjalan melintasi waktu berada pada daerah dengan gravitasi yang aman. Penemuan paling mutahir menunjukkan bahwa black hole juga dapat muncul pada level zarah-zarah subatomik. Tentu saja implementasinya untuk mesin waktu jauh lebih sulit karena tubuh manusia harus dipecah-pecah, dikirim, dan kemudian disusun kembali di tempat tujuan. Berdasarkan penemuan tersebut, Michael Crichton, penulis Jurasic Park, menulis sebuah karya dalam bentuk novel fiksi ilmiah berjudul Timeline yang terbit pada tahun 1999.

Jika, andaikata (andaikata lho ya), kita berhasil menciptakan mesin waktu, trus kita kembali ke masa lalu, kemudian kita membunuh (amit-amit) orang tua kita sebelum kita dilahirkan, apakah sejarah akan berubah? Jika sejarah berubah, tentu kita tidak pernah akan lahir di Dunia ini dan tidak mungkin kembali kemasa lalu untuk membunuh orang tua kita sendiri. Secara keseluruhan, pertanyaan tersebut menjadi tidak benar dan menjadi sebuah paradoks. Untuk menjawab permasalah tersebut, para fisikawan memiliki dua pendapat:

Pertama, Sejarahlah yang konsisten, apapun yang kita lakukan setelah kembali ke masa lalu, kita tidak akan bisa mengubah sejarah.

Kedua, Ada dunia lain yang bersifat paralel dengan dunia kita, yang mempunyai sejarah alternatif.

Apapun yang kita lakukan pada dunia yang kita kunjungi tersebut tidak mengubah sejarah pada dunia asal kita. Para fisikawan barat cenderung setuju dengan sejarah alternatif, karena mereka percaya bahwa semua orang mempunyai kebebasan bertindak sehingga tidak terpengaruh oleh nasib yang digariskan. Salah satu Ekspresimen Mesin Waktu dengan Manusia yang dilakukan oleh DR Vadin A Cernobrov dari Rusia. Ekpresimen ini kurang berhasil dikarenakan kekurangan energi untuk mengoperasikannya

Sikap pesimis ditunjukkan oleh ilmuwan yang dianggap paling brilian setelah Albert Einstein, yaitu Stephen Hawking. Dalam catatan kuliah publiknya beliau mengatakan, "Jika di masa depan manusia dapat kembali ke masa lalu, kenapa kita tidak pernah menemukan satu pun penjelajah waktu tersebut?' Meskipun nantinya kita berhasil menciptakan mesin waktu, kita masih mempunyai satu kendala lagi, yaitu keterbatasan energi yang digunakan untuk mengoprasikan mesin waktu itu sendiri. Sampai saat ini permasalahan kebutuhan jumlah energi yang sangat besar utk mesin waktu belum sepenuhnya terpecahkan.

1 komentar:

  1. ya betul sekali nih... sebenarnya ini topik yang paling menarik dan sering saya pikirkan juga... kalau bisa menciptakan mesin itu... bagaimana proses tranformasinya... ?cukup sulit dibyangkan.. nice post mas.. salam kenal...

    BalasHapus