Tampilkan postingan dengan label Sosok. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sosok. Tampilkan semua postingan

26 Juli 2012

Kurt Cobain : Grunge Never Die

Penggemar musik rock alternatif tentu tak asing dengan nama Kurt Cobain. Apalagi mereka penggemar berat Nirvana, sebab bicara kelompok musik asal Amerika Serikat ini,  dari nama Kurt Cobain. Kurt Cobain adalah sosok legendaris, fenomenal sekaligus kontroversial. Ia punya bakat dalam dunia musik sejak kecil, semua lagu-lagu Nirvana adalah hasil ciptaan dan aransemen nya. Kurt menunjukkan dirinya adalah pemusik dan seniman sejati. Nirvana dan Kurt menjadi simbol pemberontakan, kesederhanaan penampilan dan pemusik idealis. Kurt Cobain tidak pernah membayangkan bahwa idealisme aliran, gaya, lirik dan isi lagu-lagunya menggemparkan dunia sampai Kurt merasa depresi karena ketenaran dan popularitasnya begitu mendadak terutama ditahun 1990 an hingga berakhir tragis dengan kematiannya yang masih menjadi misteri sampai saat ini.


Kurt Cobain terlahir dari broken home terutama ketika kedua orang tuanya bercerai saat ia berumur 8 tahun. Kurt menjadi pemurung, dan sering menyendiri. Ia menulis di tembok kamarnya “ I hate mom”, I hate Dad”, Dad hates mom, mom hate dad, it simply makes you want to be sad. Sejak itu Kurt tak betah di rumah dan sering keluyuran. Talenta musiknya terasah sejak kecil. Tahun 1975 kurt kecil pernah ikut les drum dan jarang pulang. Saat ulang tahunnya ke 14 ia dibelikan gitar oleh pamannya. Gitar itu terus dimainkan siang dan malam. Ia amat fasih memainkan lagu Stairway milik Led Zappelin, another one bites to dust milik queen. Melihat Kurt keranjingan main gitar ibunya sangat khawatir hingga menyuruhnya berhenti main gitar namun nasehat ibunya tak dihiraukannya. Kegilaan Kurt dengan musik sampai membuatnya keluar dari sekolah dan diusir ibunya dari rumah. Kurt terus keluyuran tiap malam, bergabung dengan komunitas musik, hingga sampai tidur di kolong jembatan, kelaparan hingga mencari makan dengan memancing ikan di sungai. Suatu hari Kurt menceritakan kepedihannya ini dengan lagu populernya Something In The Way.

Memasuki tahun 1981 ketika berusia 14 tahun Kurt tertarik dengan film ia mulai membuat sendiri film-film karyanya dengan menggunakan kamera video milik orangtuanya karya-karyanya kebanyakan bernuansa gelap dan kematian Kurt bahkan membuat sebuah film yang diperankan sendiri olehnya dimana ia melakukan akting bunuh diri dengan menyayat nadinya kecenderungan Kurt akan kematian juga nampak pada sebuah percakapan dengan seorang temannya John Fields dimana Kurt mengatakan bahwa ia ingin menjadi musisi terkenal dan kemudian mati bunuh diri di tengah ketenarannya.

Pada masa-masa ini juga Kurt mulai mengenal narkotika meski belum sampai taraf yang mengkhawatirkan Kurt menggunakan obat-obatan itu untuk sedikit membantunya melupakan dampak psikologis yang dirasakannya akibat perceraian orangtuanya ketika SMA Kurt mulai berpindah-pindah tempat tinggal hingga akhirnya ia memutuskan untuk tinggal dirumah pamannya Chuck yang juga memiliki band Kurt kemudian diajari bermain gitar oleh Warren Mason gitaris band pamannya ketika itu Kurt minta diajari memainkan lagu Stairway To Heaven milik Led Zeppelin.

Inspirasi Aliran Musik Kurt Cobain
Pengaruh musik Kurt Cobain saat masih kanak-kanak adalah The Beatles, di mana bibinya sering memutarkan lagu ‘Hey Jude’ saat Kurt Cobain masih kecil. Selain itu, Kurt Cobain sangat tergila-gila dengan musik rock klasik era 70-an seperti Queen, Led Zeppelin, Aerosmith, Black Sabbath, Kiss, AC/DC, dan sebagainya. Seiring waktu, pemahaman musik dan favoritnya mulai berganti. Ia pernah menjadi fan fanatik musik punk rock. Ia sangat mengidolakan band asal Britania Raya, Sex Pistols. Ia juga menyukai musik alternative rock, yang bisa memadukan berbagai aliran ke dalam musik rock sebagai musik dasar yang ia sukai. Kurt Cobain suka mendengarkan banyak lagu, dan menyukai berbagai macam aliran musik. Dia lebih condong ke aliran punk rock, hingga pada akhirnya menciptakan aliran musik sejenis grunge dengan band-nya Nirvana.

Kurt Cobain & Nirvana
Di masa-masa ia duduk di bangku sekolah, ia mencari-cari teman yang bisa diajak bermain musik bersama. Ia sering pindah tempat tongkrongan hanya untuk menyalurkan bakat musiknya dan bermain bersama dengan teman sepermainannya saat itu. Ia lalu bertemu dengan Krist Novoselic, yang merupakan penggemar berat punk rock. Ibu Krist memiliki salon kecantikan, dan mereka sering bermusik bersama di lantai atas salon tersebut. Lama-kelamaan mereka menemukan kecocokan musik satu sama lain. Kurt Cobain pernah menawarkan Krist untuk membentuk grup band bersama, dan mengajukan lagunya sebagai demo dari band-nya yang sebelumnya. Setelah tawaran berbulan-bulan, Krist Novoselic akhirnya setuju. Mereka berdua kemudian bergabung untuk membentuk band yang kemudian disebut ‘Nirvana’.

Di masa muda Kurt Cobain, ia percaya dengan konsep Buddha terhadap sebutan ‘Nirvana’ yang memiliki arti bebas dari segala rasa sakit dan tempat merasakan kebahagiaan. Sebutan itulah yang ia pakai untuk nama band-nya. Nirvana sepanjang karirnya sering sekali berganti drummer, hingga akhirnya menemukan Dave Grohl di tahun 1990 hingga pada akhirnya Nirvana bubar tahun 1994 setelah kematian Kurt Cobain.

Di awal karir Nirvana sebagai sebuah grup band profesional, Nirvana memakai jasa produser lokal untuk memproduseri album debut mereka, Bleach. Album tersebut dipengaruhi oleh musik-musik heavy metal dan juga punk. Nirvana pada akhirnya mulai dikenal dan digemari oleh pecinta musik sejak dirilisnya album Nevermind di tahun 1991. Album tersebut merupakan satu kebanggaan besar Nirvana karena dapat menggeser album Dangerous-nya Michael Jackson di tangga lagu Billboard Amerika Serikat. Nevermind meraih posisi pertama di Billboard, dengan single luar biasa dari luapan emosi Kurt Cobain yang dituangkan dalam lagu Smells Like Teen Spirit. Dalam album tersebut ada juga lagu yang bakal dikenang seperti Come As You Are dan juga Breed.

Smells Like Teen Spirit” sendiri terinspirasi dari tulisan temannya yang saat itu sedang berdiskusi tentang anarki, punk rock dan topik-topik yang serupa. Temannya itu bernama Kathleen Hanna yang merupakan penyanyi dari band punk Bikini Kill. Dia mencoret dinding tempat tinggal Kurt Cobain dengan tulisan “Kurt Smells Like Teen Spirit.” Teen Spirit sendiri merupakan nama sebuah merek deodoran, dan ia berkata bahwa Kurt Cobain baunya seperti deodoran Teen Spirit tersebut. Kurt Cobain menganggap bahwa kalimat tersebut memiliki arti revolusioner, dan terinspirasi mengungkapkan perasaannya dengan lagu yang berjudul “Smells Like Teen Spirit.”

Kesuksesan besar-besaran mengikuti Nirvana. Penggemar beratnya ada dimana-mana termasuk di Indonesia. Kurt Cobain dan Nirvana dianggap sebagai bentuk revolusi musik dengan grunge-nya yang saat itu masih baru. Meski memiliki komponen rock dan punk yang sangat kental, grunge memiliki bentuk sendiri yang menjadi khas musik Nirvana yang akan dikenang.

Sampai Nirvana bubar, mereka hanya merilis 3 studio album yaitu Bleach (1989), Nevermind (1991), In Utero (1993). Nirvana bubar saat Kurt Cobain diketahui telah tewas bunuh diri di tempat tinggalnya. Karir musik gemilang Nirvana berhenti begitu saja sejak tewasnya sang vokalis dan gitaris, meninggalkan karya musik yang luar biasa.

Nirvana resmi bubar tahun 1994 karena kematian Kurt Cobain. Sejak terbentuknya mereka telah berhasil menjual 50 juta keping album di seluruh dunia, dan lebih dari 20 juta keping di Amerika Serikat. Berbagai penghargaan pernah mereka raih sebagai album nomor 1, single nomor satu juga

Catatan Terakhir Kurt Cobain

To Boddah
Speaking from the tongue of an experienced simpleton who obviously would rather be an emasculated, infantile complain-ee. This note should be pretty easy to understand. All the warnings from the punk rock 101 courses over the years, since my first introduction to the, shall we say, the ethics involved with independence and the embracement of your community has proven to be very true. I haven’t felt the excitement of listening to as well as creating music along with reading and writing for too many years now. I feel guilty beyond words about these things. For example when we’re backstage and the lights go out and the manic roar of the crowd begins, it doesn’t affect me the way in which it did for Freddy Mercury, who seem to love, relish in the love and adoration from the crowd, which is somehting I totally admire and envy. The fact is, I can’t fool you, any one of you. It simply isn’t fair to you or me. The worst crime I can think of would be to rip people off by faking it and pretending as if I’m having 100% fun. Sometimes I feel as if I should have a punch-in time clock before I walk out on stage. I’ve tried everything within my power to appreciate it (and I do, God believe me I do, but it’s not enough). I appreciate the fact that I and we have affected and entertained a lot of people. I must be one of those narcissists who only appreciate things when they’re gone. I’m too sensitive. I need to be slightly numb in order to regain the enthusiasm I once had as a child. On our last 3 tours, I’ve had a much better appreciation for all the people I’ve known personally and as fans of our music, but I still can’t get over the frustration, the guilt and empathy I have for everyone. There’s good in all of us and I think I simply love people too much, so much that it makes me feel too fucking sad. The sad little sensitive, unappreciative, Pisces, Jesus man. Why don’t you just enjoy it? I don’t know! I have a goddess of a wife who sweats ambition and empathy and a daughter who reminds me too much of what I used to be, full of love and joy, kissing every person she meets because everyone is good and will do her no harm. And that terrifies me to the point where I can barely function. I can’t stand the thought of Frances becoming the miseraable, self-destructive, death rocker that I’ve become. I have it good, very good, and I’m grateful, but since the age of seven, I’ve become hateful towards all humans in general. Only because it seems so easy for people to get along and have empathy. Only because I love and feel sorry for people too much I guess. Thank you all from the pit of my burning, nauseous stomach for your letters and concern during the past years. I’m too much of an erratic, moody, baby! I don’t have the passion anymore, and so remember, it’s better to burn out then to fade away. Peace, Love, Empathy. Kurt Cobain.
Frances and Courtney, I’ll be at your altar
Please keep going Courtney,
for Frances.
for her life will be so much happier without me. I LOVE YOU. I LOVE YOU

Untuk Boddah
Karena ditulis oleh seorang tolol kelas berat yang jelas-jelas lebih pantas menjadi seorang pengeluh yang lemah dan kenakak-kanakan, surat ini seharusnya mudah dimengerti. Semua peringatan dari pelajaran-pelajaran punk rock selama bertahun-tahun. Setelah perkenalanku dengan – mungkin bisa dibilang – nilai-nilai yang terikat dengan kebebasan dan keberadaan komunitas kita ternyata terbukti sangat tepat. Sudah terlalu lama aku tidak lagi merasakan kesenangan dalam mendengarkan dan juga menciptakan lagu sama halnya seperti ketika aku membaca dan menulis. Tak bisa dilukiskan lagi betapa merasa bersalahnya aku atas hal-hal tersebut. Contohnya, sewaktu kita bersiap di belakang panggung dan lampu-lampu mulai dipadamkan dan penonton mulai berteriak histeris, hal itu tidak mempengaruhiku, laiknya Freddie Mercury, yang tampaknya menyukai, menikmati cinta dan pemujaan penonton. Sesuatu yang membuatku benar-benar kagum dan iri. Masalahnya, aku tak bisa membohongi kalian. Semuanya saja. Itu tidak adil bagiku ataupun kalian. Kejahatan terbesar yang pernah aku lakukan adalah menipu kalian dengan memalsukan kenyataan dan berpura-pura bahwa aku 100 persen menikmati saat-saat diatas panggung. Kadang aku merasa bahwa aku harus dipaksa untuk naik keatas panggung. Dan aku sudah mencoba sekuat tenaga untuk menghargai paksaan itu, sungguh, Tuhan percayalah kalau aku sungguh-sungguh melakukan itu, tapi ternyata itu tidak cukup. Aku menerima kenyataan bahwa aku dan kami telah mempengaruhi dan menghibur banyak orang. Tapi, aku hanya seorang narsis yang hanya mmenghargai sesuatu jika sesuatu itu sudah tidak ada lagi. Aku terlalu peka. Aku butuh sedikit rasa untuk bisa merasakan kembali kesenangan yang kupunya ketika kecil. Dalam tiga tur terakhir kami, aku mempunyai penghargaan yang lebih baik terhadap orang-orang, baik dalam kapasitasnya sebagai pribadi maupun sebagai penggemar, tapi aku tetap tidak bisa lepas dari rasa frustasi, perasaan bersalah pada diriku sendiri, dan empatiku pada semua orang. Semua orang punya sisi baik dan milikku adalah bahwa aku terlalu mencintai orang-orang. Saking cintanya itu membuatku merasa sangat sedih. Aku adalah Jesus man, seorang Pisces yang lemah, peka, tidak tahu terimakasih, dan sedih. Kenapa kamu tidak menikmatinya saja ? tidak tahu. Aku punya istri yang bagaikan dewi yang berkeringat ambisi dan empati dan seorang putri yang mengingatkanku akan diriku sendiri dimasa lalu. Penuh cinta dan selalu gembira, mencium siapa saja yang dia temui karena menurutnya semua orang baik dan tidak akan menyakitinya. Itu membuatku ketakutan sampai-sampai aku tidak bisa melakukan apa-apa. Aku tidak bisa membayangkan Frances tumbuh mennjadi rocker busuk yang suka menghancurkan diri sendiri dan menyedihkan seperti aku sekarang. Aku bisa menerimanya dengan baik, sangat baik, dan aku bersyukur, tapi aku telah mulai membenci semua orang sejak aku berumur tujuh tahun. Hanya karena mereka terlihat begitu mudah bergaul, dan berempati, empati ! Kupikir itu disebabkan karena cinta dan perasaanku yang terlalu besar pada orang-orang. Dari dasar perut mualku yang serasa terbakar, aku ucapkan terimakasih atas surat dan perhatian kalian selama ini. Aku hanyalah seorang anak yang angin-anginan dan plin plan! Sudah tidak ada semangat yang tersisa dalam diriku. Jadi ingatlah, lebih baik terbakar habis daripada memudar. Damai, cinta, empati. Kurt Cobain.
Frances dan Courtney, aku akan berada di altar kalian
Kumohon teruslah hidup Courtney
untuk Frances
untuk hidupnya yang akan lebih bahagia tanpa aku.
AKU CINTA PADAMU. AKU CINTA PADAMU.

Di awal surat, terdapat kata-kata “To Boddah”, yang merupakan nama teman imajinasi Cobain semasa kecil. Kemudian Cobain juga mengutip lirik lagu Neil Young yang berjudul “My My, Hey Hey (Out of the Blue)” : “It’s better to burn out than to fade away”. Selain itu, punggawa band Queen, Freddy Mercury juga disebut-sebut sebagai pembanding dirinya dalam hal mencintai dan menghargai para penggemar.

Kematian Kurt Cobain & Konspirasinya
Saat tur Nirvana di Jerman tahun 1994, Kurt Cobain didiagnosa mengidap bronkhitis dan juga laringitis. Keesokan harinya Kurt Cobain diterbangkan ke Roma untuk terapi medis, dan disusul oleh istrinya. Saat mereka menginap setelah bangun Courtney Love menemukan Kurt Cobain dalam kondisi overdosis sampanye dan campuran Rohypnol.

Beberapa waktu kemudian saat Kurt Cobain berada dalam sebuah rumah sakit untuk penyembuhan, ia diketahui kabur dari rumah sakit dan kembali ke kota Seattle. Berbagai pencarian dilakukan di sekitar kota Seattle hingga akhirnya jenazah Kurt Cobain ditemukan di tempat tinggalnya oleh ahli listrik yang hendak memperbaiki sistem keamanan di apartemennya. Ditemukan juga shotgun mengarah ke dagunya dan heroin serta jenis narkoba lain di dekat tubuhnya. Catatan kecil juga ditemukan di dekat jenazahnya. Darah berceceran dimana-mana, termasuk mengalir dari telinganya. Kurt Cobain diketahui bunuh diri dengan menembakkan shotgun ke dalam mulutnya. Jenazahnya ditemukan tanggal 8 April 1994.

Menurut identifikasi forensik, Kurt Cobain diketahui telah meninggal beberapa hari sebelum mayatnya ditemukan. Tepatnya ia tewas tanggal 5 April 1994, 3 hari sebelum kematiannya ditemukan. Namun ia diketahui tidak sadarkan diri karena obat-obatan yang ia konsumsi, dan tidak memungkinkan ia sanggup membunuh dirinya sendiri.

Konspirasi kematiannya masih menjadi cerita menarik. Ada yang bilang bahwa dia tidak akan sanggup mengarahkan shotgun ke arah mulutnya dan menari pelaruknya. Karena dalam kondisi yang tidak sadarkan diri dan sedang berhalusinasi. Oleh karena itulah dikatakan ia tidak akan sanggup menembak dirinya sendiri. Ada juga yang bilang ia dibunuh oleh istrinya sendiri yang memang sering bertengkar dengannya. Saat itu Kurt Cobain bersama Nirvana sedang mengalami puncak ketenaran, dimana-mana terdapat tawaran bermusik dan dicintai penggemarnya. Courtney Love takut diceraikan oleh Kurt Cobain, dan jika mereka cerai harta Kurt Cobain akan diwariskan dengan anaknya. Saat itu Kurt Cobain dan Nirvana sedang menikmati masa kesuksesan yang membuat mereka kaya raya dan bergelimpangan harta. Oleh karena itulah Courtney Love diduga sengaja menyewa pembunuh bayaran untuk menghabisi nyawa Kurt Cobain agar hartanya jatuh ke tanggannya. Terbukti, setelah kematian Kurt Cobain berbagai uang untuk meliput beritanya serta membongkar fakta, hasil tribute-tribute yang dilaksanakan menjadi milik Courtney Love.

Tetapi, konspirasi tetaplah konspirasi jika tidak ada bukti yang memadai. Kurt Cobain tewas tahun 1994 dengan bunuh diri sebagai penyebab yang sampai sekarang diketahui masyarakat umum. Kematiannya diikuti dengan kematian penggemar beratnya yang melakukan aksi bunuh diri massal sebagai bentuk rasa empati terhadap sang legenda.

Orang yang paling percaya akan adanya konspirasi dalam kematian Kurt Cobain adalah Tom Grant, seorang investigator yang disewa oleh Courtney Love untuk mencari Cobain yang sebelumnya kabur dari tempat rehabilitasi. Grant masih bekerja untuk Love ketika jasad Cobain ditemukan, sehingga ia diberikan akses untuk menganalisis surat kematian tersebut. Ia percaya bahwa surat itu bukanlah sebuah surat kematian, tetapi surat yang menyatakan keinginannya untuk meninggalkan dunia musik, Seattle, dan bahkan istrinya. Ia juga berspekulasi tentang beberapa baris tulisan di bagian paling bawah bukanlah tulisan Cobain yang sebenarnya, dengan alasan beberapa baris itu memiliki gaya penulisan yang berbeda dengan tulisan-tulisan di atasnya. Langkah Grant selanjutnya adalah mengirimkan photocopy surat kematian itu kepada empat orang ahli tulisan tangan. Hasilnya adalah, satu orang menyatakan bahwa surat itu keseluruhannya ditulis oleh tangan Cobain sendiri, sedangkan tiga orang lainnya menyatakan bahwa sample yang dikirimkan tidak dapat disimpulkan, karena berupa photocopy dari surat aslinya.

Kurt Cobain meninggalkan karya yang luar biasa yang akan selalu diingat, meninggalkan istri dan anak tunggalnya dan juga meninggalkan Nirvana. Luapan emosi yang sebenarnya menjadi tekanan bagi dialah yang membuat ia terjun ke dunia musik. Ia menuangkan ungkapan depresinya ke musik yang pada akhirnya membuat hal di luar dugaannya terjadi. Ia menjadi terkenal karena musiknya yang berdampak semakin depresinya dia. Dia seakan semakin gila karena banyak yang menyukai lagu dan musiknya, dan semakin banyak yang mencintai dan menggemari dia. Itulah hal-hal yang membuat dia semakin frustrasi dan semakin banyak mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan juga minuman beralkohol.

Bersama Jim Morrison, Jimi Hendrix, Janis Joplin, dan Brian Jones, Kurt Cobain menjadi musisi lain yang meninggal di usia 27 tahun. Berdasakan buku Heavier Then Heaven, sebuah buku diskografi Kurt Cobain, saudara perempuan Cobain mengungkapkan bahwa ketika Cobain masih anak-anak, ia pernah menyatakan ingin bergabung ke dalam 27 Club, yaitu club musisi yang meninggal di usia 27 tahun.

Sekitar tujuh ribu orang berkumpul di taman Seattle Center mengiringi pemakaman Kurt Cobain pada tanggal 10 April. Berduka akan kematian seorang bintang rock yang mengubah dunia musik di tahun 90an itu. Rest In Peace, Kurt Cobain.
Continue reading Kurt Cobain : Grunge Never Die

20 Juli 2012

Imam Khomeini

Ruhullah Musavi Khomeini atau Imam Khomeini lahir pada tanggal 20 Jumadis-Tsani 1320 H (24 September 1902) di kota Khomein, provinsi Markazi, Iran tengah. Ia terlahir di tengah keluarga agamis, ahli ilmu, dan pejuang, keluarga terhormat yang masih menyimpan darah keturunan Sayidah Fatimah Az-Zahra ra, putri Rasulullah saw. Imam Khomeini adalah pribadi agung yang menjadi pewaris kemuliaan para bapak dan datuknya yang selalu mengabdikan diri untuk membimbing umat dan menuntut makrifat ilahi dari suatu generasi ke generasi lainnya. Ayah Imam Khomeini adalah Al-Marhum Ayatollah Sayid Mostafa Musavi. Beliau hidup sezaman dengan Al-Marhum Ayatollah Al-Udzma Mirza-e Shirazi. Setelah bertahun-tahun menuntut ilmu agama di kota suci Najaf dan berhasil meraih gelar mujtahid, Ayatollah Sayid Mostafa Musavi kembali ke Iran dan menetap di Khomein.

Di kota kecil inilah beliau mendermakan umurnya untuk mengabdi kepada masyarakat dan menjadi pembimbing mereka dalam urusan agama. Hanya selang 5 bulan setelah kelahiran Imam Khomeini, Ayatollah Sayid Mostafa Musavi, gugur syahid akibat serangan teror pembunuh bayaran para tuan tanah Khomein di waktu itu. Beliau meneguk manisnya madu syahadah setelah peluruh panas bersarang ke tubuhnya saat menempuh perjalanan dari kota Khomein menuju Arak. Di masa itu, ayah Imam Khomeini memang dikenal sebagai seorang pejuang yang senantiasa menentang kezaliman para penguasa. Tak lama kemudian, sanak famili Ayatollah Musavi bertandang ke pemerintah pusat Tehran, guna menuntut diterapkannya hukum Qishash terhadap para pelaku teror.

Sejak kecil Imam Khomeini memang sudah terbiasa dengan derita anak yatim dan mengenal arti syahid. Di masa kecil dan remajanya, Imam Khomeini berada di bawah asuhan ibunya, bernama Hajar. Ibunya sendiri adalah putri keluarga ulama. Ia adalah cucu Al-Marhum Ayatollah Khounsari, penulis kitab Zubdah Al-Tasanif. Bersama ibunya, Imam Khomeini juga diasuh oleh bibinya yang dikenal sebagai seorang perempuan pejuang, bernama Sahebah. Namun menginjak usia 15 tahun, Imam Khomeini pun kehilangan belaian kasih ibu dan bibinya.

Hijrah ke Qom. Tak lama setelah kepindahan Ayatollah Al-Udzma Haj Syeikh Abdul Karim Hairi Yazdi, ke Qom pada Rajab 1340 H (Sekitar bulan Maret 1921), Imam Khomeini pun akhirnya turut hijrah ke Hauzah Ilmiah Qom dan dengan segera ia menyelesaikan pendidikan tingkat akhirnya di sana. Imam Khomeini mempelajari bagian akhir kitab Al-Muthawwal di bidang ilmu ma’ani dan bayan (sastra Arab) di bawah bimbingan Agha Mirza Muhammad Ali Adib Tehrani. Sebagian besar pelajaran tingkat menengah hauzahnya ia tamatkan di bawah asuhan Ayatollah Sayid Ali Yatsribi Kashani, dan juga Ayatollah Sayid Muhammad Taqi Khounsari. Sementara pelajaran Fiqih dan Ushul Fiqih beliau pelajari dari Ayatollah Al-Udzma Haj Syeikh Abdul Karim Hairi Yazdi, pendiri Hauzah Ilmiah Qom. Setelah wafatnya Ayatollah Hairi Yazdi, berkat upaya Imam Khomeini dan para ulama besar Hauzah Ilmiah Qom lainnya, Ayatollah Al-Udzma Boroujerdi akhirnya dikukuhkan sebagai pengasuh Hauzah Ilmiah Qom. Di masa itu, Imam Khomeini terpilih sebagai salah satu pengajar Hauzah dan dikenal sebagai mujtahid di bidang Fiqih, Ushul Fiqih, Filsafat, Irfan, dan Akhlak. Selama bertahun-tahun menjadi pengajar di Hauzah, Imam Khomeini mengajar di madrasah Faiziyah, masjid A’zam, masjid Muhammadiyah, madrasah Haj Molla Shadiq, masjid Salmasi dan beberapa tempat lainnya. Sementara itu, selama 14 tahun di Hauzah Ilmiah Najaf, Irak, Imam Khomeini mengajar ilmu-ilmu Ahlul Bait as dan fiqih pada peringkat tertinggi Hauzah, di masjid Syeikh A’zam Ansari. Di kota Najaf inilah, Imam Khomeini untuk pertama kalinya mengungkapkan dasar-dasar teori pemerintahan Islam dalam rangkaian pelajaran wilayatul-faqihnya.

Perjuangan dan Kebangkitan Imam Khomeini Semangat perjuangan dan jihad Imam Khomeini, berakar pada pandangan akidah, pendidikan, lingkungan keluarga, dan situasi politik dan sosial di sepanjang masa hidupnya. Perjuangan beliau dimulai sejak masa remajanya, lantas berkembang kian matang seiring dengan perkembangan psikologis dan ilmiah Imam Khomeini di satu sisi, dan transformasi politik dan sosial di Iran dan dunia Islam di sisi lain.

Pada tahun 1340 hingga 1341 HS (1961-1962), rezim Pahlevi mengesahkan aturan yang dikenal dengan nama Anjomanha-ye Eyalati va Velayati (Lembaga Lokal dan Federasi). Peristiwa ini merupakan kesempatan bagi Imam Khomeini untuk memimpin kebangkitan para ulama. Sehingga kebangkitan massal para ulama dan rakyat Iran pada tanggal 15 Khordad 1342 HS (5 Juni 1963) meletus. Kebangkitan 15 Khordad memiliki dua ciri utama: kepemimpinan tunggal Imam Khomeini dan keIslaman motif, tujuan, dan slogan kebangkitan. Kebangkitan ini merupakan babak baru perjuangan bangsa Iran yang kemudian dikenal sebagai Revolusi Islam.

Dalam waktu yang relatif singkat, Imam Khomeini pun lantas dikenal sebagai ulama terkemuka di bidang irfan, filsafat, fiqih, dan ushul fiqih. Dengan wafatnya Ayatollah Al-Udzma Hairi Yazdi, pada tanggal 10 Bahman 1315 (30 Januari 1937), Hauzah Ilmiah Qom yang baru saja didirikan terancam bubar. Namun demikian, para ulama Hauzah pun segera mencari solusi. Selama delapan tahun, Hauzah Ilmiah Qom diasuh oleh Ayatollah Al-Udzma Sayid Mohammad Hojjat, Ayatollah Al-Udzma Sadruddin Sadr, dan Ayatollah Al-Udzma Sayid Muhammad Taqi Khounsari. Selang masa itu, khususnya setelah tumbangnya Reza Khan, situasi untuk memunculkan marjaiyat yang besar mulai terbuka. Ayatollah Al-Udzma Boroujerdi, merupakan figur ulama besar, yang layak untuk menggantikan posisi Al-Marhum Ayatollah Al-Udzma Hairi Yazdi. Karena itu para murid Ayatollah Hairi Yazdi termasuk Imam Khomeini segera mengusulkan untuk memilih Ayatollah Boroujerdi sebagai pengasuh Hauzah Ilmiah Qom. Dengan penuh kesungguhan, Imam Khomeini mengundang Ayatollah Boroujerdi untuk berhijrah ke Qom dan menerima tanggung jawab besar sebagai pengasuh Hauzah Ilmiah di kota ini. 

Dengan begitu teliti dan cermat, Imam Khomeini selalu memantau situasi politik Iran dan kondisi Hauzah. Pelbagai informasi dan data beliau peroleh lewat telaah tak kenal lelah buku-buku sejarah kontemporer, beragam majalah, dan koran. Imam Khomeini juga kerap pergi ke Tehran dan berhubungan dengan para tokoh politik Islam, seperti Ayatollah Modarres. Imam Khomeini melihat bahwa satu-satunya harapan untuk melepaskan bangsa Iran dari jeratan penguasa diktator dan konspirasi asing, pasca kegagalan Revolusi Konstitusional dan berkuasanya Reza Khan adalah kebangkitan para ulama Hauzah. Tentu saja sebelum kebangkitan itu dilancarkan, upaya menjamin keberadaan Hauzah Ilmiah dan hubungan spritual masyarakat dengan ulama harus terealisasikan terlebih dahulu. Guna mencapai tujuan luhurnya, pada tahun 1328 HS (1949), Imam Khomeini bersama Ayatollah Morteza Hairi merancang program reformasi mendasar struktur Hauzah Ilmiah dan mengusulkannya kepada Ayatollah Al-Udzma Boroujerdi. Usulan tersebut mendapat sambutan positif dan dukungan para ulama dan pelajar Hauzah yang berpikiran reformis.

Di sisi lain, politik rezim Syah mengalami kegagalan. Rancangan Anjomanha-ye Eyalati va Velayati yang mencabut syarat status keislaman, sumpah dengan Al-Quran, dan berjenis kelamin pria bagi para pemilih dan kandidat pemilihan umum, disahkan oleh kabinet PM Amir Asadollah Alam pada tanggal 16 Mehr 1341 HS (8 Oktober 1962). Kebebasan memilih bagi perempuan, sejatinya merupakan kedok untuk menyembunyikan agenda tersembunyi rezim Syah. Penghapusan dan perubahan dua syarat pertama di atas merupakan upaya untuk melegalkan kehadiran oknum-oknum Bahaism di pemerintahan.

Sejatinya, rahasia pengaruh besar pesan dan pernyataan Imam Khomeini terhadap jiwa pendengarnya hingga mereka rela berkorban, terletak pada kemurnian pemikiran, kekuatan pandangan, dan kejujuran Imam Khomeini kepada masyarakat. Tahun 1342 HS (1963) diawali dengan boikot pesta perayaan tahun baru tradisional (Nouruz) Iran dan peristiwa berdarah di madrasah Faiziyah Qom.

Pada tanggal 14 Farvardin 1342 (3 April 1963), Ayatollah Al-Udzma Hakim di Najaf, Irak, mengirim telegram kepada para ulama dan maraji Iran yang berisi ajakan untuk hijrah ke Najaf secara massal. Usulan ini merupakan upaya untuk menyelamatkan para ulama dan tokoh hauzah. Namun demikian, tanpa mempedulikan ancaman dan tekanan Syah, Imam Khomeini membalas telegram Ayatollah Hakim. Dalam telegramnya itu, Imam Khomeini menilai bukan maslahat jika para ulama hijrah secara massal ke Najaf dan membiarkan Hauzah Ilmiah Qom dalam keadaan kosong.

Imam Khomeini dalam pesannya tertanggal 12 Ordibehesht 1342 HS (2 Mei 1963) memperingati 40 hari terjadinya tragedi Faiziyah menegaskan perlunya ulama dan rakyat Iran untuk bersama-sama mendukung para pemimpin negara-negara Islam dan pemerintahan Arab menentang rezim zionis Israel serta mengutuk persekutuan Syah dengan rezim zionis. Kebangkitan 15 Khordad Bulan Muharram datang bersamaan dengan bulan Khordad 1342 HS. Imam Khomeini memanfaatkan moment tersebut untuk menggerakkan rakyat Iran bangkit melawan rezim diktator Syah Pahlevi. Pada sore Asyura 13 Khordad 1342 HS (3 Juni 1963) Imam Khomeini menyampaikan pidato bersejarahnya di madrasah Faiziyah Qom. Pidato ini merupakan titik awal kebangkitan 15 Khordad.

Pada pukul 3 pagi, 15 Khordad 1342 HS (5 Juni 1963), ratusan tentara Syah mengepung rumah Imam Khomeini. Mereka menangkap Imam saat beliau sedang menjalankan shalat malam dan segera membawanya ke Tehran. Beliau dijebloskan di penjara Bashgah-e Afsaran. Sore harinya, beliau dipindahkan ke penjara Ghasr. Pagi tanggal 15 Khordad berita penangkapan Imam Khomeini pun menyebar ke kota-kota besar Iran, seperti Qom, Tehran, Mashhad, Shiraz, dan kota-kota lainnya.

Imam Khomeini akhirnya dibebaskan dan dipindahkan ke Qom. Kabar pembebasan Imam pun menyebar luas dan disambut gembira oleh rakyat. Peringatan tahun pertama hari Kebangkitan 15 Khordad pada tahun 1343 HS (5 Juni 1964) diperingati dengan dirilisnya statemen bersama Imam Khomeini dan para marji taqlid lainnya serta pernyataan terpisah Hauzah Ilmiah. Hari itu dinyatakan sebagai hari duka.

Anehnya, seperti tahun sebelumnya, Imam ditangkap saat beliau tengah menunaikan shalat malam. Imam pun ditangkap dan langsung di bawa menuju bandara Mehrabad, Tehran. Di bawah kawalan ketat pihak keamanan Imam diboyong ke Ankara, Turki.  Pengasingan Imam khomeini di Turki berlangsung selama 11 bulan. Selang masa itu, rezim syah dengan otoriternya berusaha menumpas total gerakan kebangkitan rakyat Iran yang masih tersisa dan dengan segera menerapkan rencana reformasi sebagaimana yang dirancang oleh AS. Masa pengasingan Imam Khomeini di Turki merupakan juga kesempatan bagi beliau untuk memulai penulisan buku Tahrirul-Wasilah.

Pengasingan Imam Khomeini dari Turki ke Irak Tanggal 13 Mehr 1343 (5 Oktober 1965) Imam Khomeini bersama putranya, Ayatollah Haj Agha Mostafa dipindahkan dari Turki dan diasingkan ke Irak. Setelah memasuki Baghdad, Imam Khomeini segera memanfaatkan waktu yang ada untuk berziarah ke makam para Imam Ahlul Bait as seperti di Kadzimain, Samarra, dan Karbala. Seminggu setelahnya, Imam pergi ke tempat pengasingannya di Najaf. Meski selama di Irak, Imam Khomeini relatif lebih bebas ketimbang di Iran atau Turki, namun masa pengasingan di Najaf selama 13 tahun dimulai dengan maraknya penentangan, hasutan, dan fitnah musuh-musuh Imam, bahkan beliau juga mendapat penentangan keras dari kalangan yang berkedok ulama. Imam bahkan menyebut masa pengasingan di Irak sebagai babak perjuangan yang begitu pahit. Namun begitu, beliau tetap sabar menghadapi segala tantangan yang ada dan terus melanjutkan perjuangannya.

Di bawah tekanan para penentangnya, Imam Khomeini mulai mengajar rangkaian pelajaran fiqih tingkat tingginya di masjid Syeikh Anshari, Najaf pada bulan Aban 1344 HS (sekitar November 1965). Kegiatan mengajar tersebut beliau lanjutkan hingga akhirnya beliau pindah ke Paris. Pelajaran fiqih Imam terkenal sebagai salah satu kelas Hauzah Ilmiah Najaf paling berbobot dan diminati. Hubungan Imam Khomeini dengan kawan-kawan seperjuangannya di Iran masih beliau jalin lewat pengiriman surat dan utusan. Imam Khomeini selalu memandu mereka dan mengajak mereka untuk tetap bertahan memperjuangkan cita-cita Kebangkitan 15 Khordad. Di masa-masa pasca pengasingan, Imam Khomeini tak pernah menyerah untuk berhenti berjuang meski didera berbagai tekanan dan ancaman. Ceramah-ceramah dan pesan-pesan tertulis Imam Khomeini selalu mengobarkan harapan kemenangan di hati setiap rakyat Iran.

Akhirnya pada tahun 1348 HS (1969) Imam Khomeini tidak hanya berhasil menjaring dukungan dari dalam negeri Iran, tapi juga berhasil menarik dukungan masyarakat muslim lainnya seperti dari Irak, Lebanon dan negara-negara Islam yang lain. Paradigma perjuangan Imam Khomeini mereka jadikan sebagai model perjuangan mereka. Perjuangan Tak Kenal Menyerah Imam Khomeini (1350-1356 HS) Paruh kedua tahun 1350 (menjelang akhir tahun 1971), perselisihan antara rezim Ba’ast Irak dan Syah Iran makin memanas. Perselisihan itu diikuti dengan diusirnya warga Iran yang bermukim di Irak. Dalam telegramnya kepada Presiden Irak di masa itu, Imam Khomeini mengecam keras aksi pengusiran tersebut. Dalam situasi semacam itu, Imam Khomeini bertekad untuk segera keluar dari Irak. Namun pemerintah Baghad tanggap dengan dampak dari keluarnya Imam Khomeini dari Irak sehingga Imam pun dilarang meninggalkan Irak.

Gugur syahidnya, putra Imam Khomeini, Ayatollah Haj Agha Mostafa Khomeini, pada awal bulan Aban 1356 HS (23 Oktober 1977) merupakan titik tolak gerakan kebangkitan kembali komunitas Hauzah dan masyarakat muslim Iran. Imam Khomeini bahkan menyebut peristiwa itu sebagai anugrah tersembunyi ilahi.

Pada tanggal 12 Mehr 1357 HS (4 Oktober 1978), Imam Khomeini berencana meninggalkan Najaf menuju perbatasan Kuwait. Namun pemerintah Kuwait atas desakan rezim Syah menolak Imam Khomeini memasuki negara ini. Rencana hijrah ke Lebanon dan Syria pun sempat dibicarakan, namun setelah bermusyawarah dengan putranya, Hojjatul Islam Haj Sayed Ahmad Khomeini, Imam khomeini akhirnya memutuskan untuk hijrah ke Paris. Tanggal 14 Mehr 1357 HS (6 Oktober 1978), Imam Khomeini memasuki Paris. Dua hari setelahnya, Imam Khomeini tinggal di kediaman salah seorang warga Iran mukim Perancis di Nofel Loshato, sebuah kota kecil di pinggiran Paris.

Pada bulan Dey 1357 HS (Januari 1979), Imam Khomeini membentuk Dewan Revolusi Islam. Sementara Syah Iran kabur meninggalkan Iran pada tanggal 26 Dey 1357 HS (16 Januari 1979) setelah terbentuknya Dewan Kerajaan dan pengambilan mosi kepercayaan atas kabinet PM Bakhtiar. Berita kepergian Syah pun menyebar ke Tehran dan akhirnya ke seluruh pelosok negeri. Berita pun ini disambut dengan suka cita oleh seluruh rakyat Iran. Imam Khomeini Kembali ke Iran Awal bulan Bahman 1357 HS (akhir Januari 1979), kabar tentang keputusan Imam Khomeini untuk kembali ke tanah airnya tersebar luas. Bagi rakyat Iran, kabar tersebut merupakan berita gembira yang paling dinanti-nantikan. Sekitar 14 tahun rakyat Iran merindukan kembalinya Imam Khomeini ke negerinya.

Akhirnya pagi 12 Bahman 1357 (1 Februari 1979) setelah 14 tahun hidup di pengasingan, Imam Khomeini kembali ke tanah air tercintannya. Rakyat Iran menyambut kedatangan Imam Khomeini secara besar-besaran dan penuh suka cita. Menurut pengakuan media-media Barat, warga yang menyambut kedatangan Imam Khomeini di jalan-jalan kota Tehran mencapai sekitar 4 sampai 6 juta orang. Selamat Jalan Imam! Imam Khomeini telah menyampaikan seluruh tujuan dan cita-cita perjuangan yang mesti diungkapkan. Dalam prakteknya pun, beliau mengerahkan seluruh daya dan upaya yang dimilikinya untuk merealisasikan cita-cita tersebut. Kini menjelang paruh kedua bulan Khordad 1368 (Juni 1989), Imam Khomeini seakan tengah mempersiapkan dirinya untuk menemui Sang Kekasih, Dzat Maha Suci yang selama ini seluruh perjuangan Imam senantiasa ditujukan untuk mengabdi kepada-Nya. Seluruh rintihan dan puisi sufistik Imam Khomeini merupakan jelmaan dari derita perpisahannya dengan Sang Kekasih dan kerinduannya untuk bertemu dengan Dia. Dan kini, saat-saat perpisahan Imam Khomeini dengan rakyatnya pun telah tiba. Dalam surat wasiatnya beliau menulis, “Dengan hati yang damai, kalbu yang tenang, jiwa yang bahagia dan diri yang penuh harapan kepada karunia ilahi, saya mohon pamit kepada Saudari dan Saudara sekalian menempuh perjalanan menuju tempat keabadian. Saya sangat memerlukan doa baik kalian. Kepada Tuhan yang maha pengasih dan penyayang saya meminta maaf atas segala kekurangan dan kesalahan saya dalam berkhidmat. Saya juga berharap bangsa Iran bisa menerima maaf saya atas segala kekurangan dan kesalahan yang ada. Saya berharap bangsa Iran bisa terus melangkah maju dengan teguh, tekad, dan kehendak”.

Yang menakjubkan beberapa tahun sebelum beliau wafat, Imam Khomeini dalam salah satu puisinya pernah menuturkan: Aku menanti datangnya anugrah ilahi di paruh Khordad Tahun demi tahun berlalu Peristiwa demi peristiwa berganti Sabtu 13 Khordad 1367 HS, pukul 22.20 adalah saat-saat perpisahan. Sebuah jantung yang menghidupkan jutaan jantung-jantung lainnya dengan sinaran ilahi dan spiritualitas, berhenti berdetak. Lewat kamera tersembunyi yang terpasang di ruang perawatan Imam Khomeini, di sebuah rumah sakit di Tehran, masa-masa operasi jantung dan detik-detik kepergian sang pemimpin revolusi, seluruhnya terekam sebagai dokumen sejarah.

Menjelang masa-masa akhir, kondisi ruhani dan jasmani Imam Khomeini ditayangkan lewat televisi. Tangis dan duka rakyat Iran pun tak bisa ditahan. Bibir Imam Khomeini selalu mengisyaratkan rangkaian dzikir yang tak putus-putusnya. Di malam terakhir hidupnya, setelah menjalani operasi jantung yang sangat berat dan melelahkan di usianya yang ke-87 tahun, beliau masih menyempatkan diri untuk menunaikan ibadah shalat malam meski kedua tangannya masih dipenuhi serum dan infus. Beliau masih meluangkan dirinya untuk membaca kalam suci Al-Quran.

Saat detik-detik akhir mulai menjelang, raut muka Imam Khomeini terlihat seperti diliputi aura ketenangan dan penuh damai. Lidahnya tak pernah putus mengucap syahadat atas keesaan Allah dan risalah Rasulullah. Dalam suasana yang begitu pekat dengan cahaya surgawi inilah, jiwa Imam Khomeini terbang menuju keharibaan ilahi. Iran seakan terguncang hebat, saat berita wafatnya Imam Khomeini diumumkan. Seantero Iran dan seluruh sudut dunia yang mengenal pesan dan perjuangan Imam Khomeini tenggelam dalam duka. Tak ada ungkapan dan tulisan yang bisa melukiskan betapa sedihnya rakyat dan umat revolusioner saat melepas kepergian sang Imam, pemimpin agung yang berhasil melepaskan negerinya dari jeratan kezaliman penguasa yang diktator dan campur tangan asing, sosok yang berhasil menghidupkan kembali Islam, mengembalikan kemuliaan umat Islam, mendirikan Republik Islam, seorang ulama besar yang tak gentar menghadapi dua kekuatan adidaya dunia, Timur dan Barat.

Mungkin tak ada siapapun yang kuasa untuk menafsirkan perpisahan ini, ketika mereka mendengar betapa banyak pecinta Imam Khomeini yang meninggal dunia lantaran tak mampu menahan pedihnya perpisahan, ketika mereka melihat betapa banyak rakyat yang kehilangan kesadarannya saat melihat jenazah Imam Khomeini disemayamkan, dan ketika menyaksikan jutaan pengagum sang pemimpin revolusi tenggelam dalam tangis dan duka yang mendalam. Namun bagi mereka yang pernah merasakan manisnya cinta, tentu mudah memahami hakikat semua ini. Benar, rakyat Iran sungguh jatuh cinta kepada Imam Khomeini.

Dalam selarik puisi yang begitu indah, rakyat Iran menuturkan, “Cinta kepada Khomeini adalah cinta kepada seluruh kebaikan”. Tanggal 14 Khordad 1368 HS (4 Juni 1989), Dewan Ahli Kepemimpinan Revolusi Islam menggelar sidang. Setelah dibacakannya wasiat Imam Khomeini oleh Ayatollah Ali Khamenei yang berlangsung selama dua setengah jam, pembahasan mengenai calon pengganti Imam Khomeini dan pemimpin tertinggi revolusi dimulai. Setelah beberapa jam berlalu, presiden Iran saat itu, Ayatollah Sayid Ali Khamenei terpilih sebagai pemimpin tertinggi revolusi Islam. Beliau adalah salah satu murid dekat Imam Khomeini, tokoh terkemuka pejuang revolusi, dan sahabat seperjuangan yang selalu menyertai Imam di segala keadaaan.

Dari kejauhan terlihat jenazah Imam yang terbaring damai di tengah lautan pecintanya yang berduka. Setiap orang berbicara kepada Imamnya dengan bahasa masing-masing sembari menetaskan air mata. Seluruh jalanan yang menuju Mushalla Besar Tehran penuh dengan lautan manusia berbusana hitam, yang mengisyaratkan betapa pedihnya sebuah perpisahan. Bendera-bendera tanda duka terpasang di sudut-sudut kota, lantunan kalam suci Al-Quran terdengar bersahutan di masjid-masjid, rumah-rumah dan perkantoran. Saat malam tiba, ribuan lilin di sekeliling Mushalla Besar Tehran dinyalakan untuk mengenang kobaran revolusi yang dinyalakan Imam. Malam itu, mata seluruh rakyat yang berduka menatapi nyala lilin, seakan mengenang seluruh pengorbanan yang diberikan Imam Khomeini kepada bangsanya. Teriakan “Ya…Husein” para pecinta Imam Khomeini yang merasa menjadi yatim, mengubah malam penuh duka itu menjadi seperti malam-malam Asyura, malam yang begitu tragis saat Imam Husein as, cucu Rasulullah saw dibantai di padang Karbala oleh para durjana. Mereka sadar, suara lembut Imam Khomeini tak akan terdengar lagi di Huseiniyeh Jamaran, tempat di mana Imam biasa mengutarakan cermah-ceramahnya kepada rakyat Iran. Rakyat terus mendampingi jenazah Imam hingga pagi tiba.

Awal pagi 16 Khordad 1368 HS (6 Juni 1989), sembari meneteskan air mata jutaan manusia menggelar shalat jenazah yang diimami oleh Ayatollah Al-Udzma Golpaygani. Lautan manusia di saat itu mengingatkan kembali pada peristiwa penyambutan besar-besaran rakyat Iran yang menyambut kedatangan Imam Khomeini dari pengasingan pada tanggal 12 Bahman 1357 HS (1 Februari 1979). Dua peristiwa besar yang akan senantiasa diingat oleh sejarah. Media-media massa dunia memperkirakan, lautan pelayat Imam Khomeini saat itu sekitar 9 juta orang, sementara pada peristiwa penyambutan 12 Bahman, diperkirakan sekitar 6 juta orang.

Generasi hasil didikan ideologi ilahi Imam Khomeini benar-benar memegang teguh ajaran beliau yang berbunyi, “Beban menahan kerja keras, kesusahan, pengorbanan, kesyahidan, dan derita di dunia sebanding dengan besarnya tujuan, kebernilaian dan ketinggian peringkat tersebut”. Setelah melihat bahwa prosesi pemakaman tak mungkin dilanjutkan di tengah emosi penuh duka rakyat Iran, pemerintah mengumumkan untuk menunda pemakaman dan meminta para pelayat kembali ke rumahnya masing-masing sampai pengumuman berikutnya. Namun di sisi lain, mengingat bahwa penundaan prosesi pemakaman bisa menambah jumlah pelayat yang makin banyak berdatangan dari kota-kota lainnya, maka pemerintah pun memutuskan untuk mengebumikan jenazah Imam Khomeini selepas dzuhur hari itu juga. Prosesi pemakaman pun berlangsung di tengah himpitan lautan manusia yang tenggelam dalam tangis dan duka. Lewat siaran pelbagai media massa, seluruh dunia juga turut menyaksikan prosesi pemakaman seorang pemimpin agung Revolusi Islam ini. Dengan demikian seperti halnya masa-masa hidup Imam Khomeini yang menjadi sumber perjuangan dan kebangkitan, saat-saat kepergian beliau pun seperti itu juga. Semoga abadilah dia. Karena dia adalah hakikat dan hakikat akan senantiasa abadi dan tak kenal fana.
Continue reading Imam Khomeini

09 Juli 2012

In Memoriam Jim Morrison, 1943-1971: Rider On The Storm

Tepat pada tanggal 3 Juli 1971, di Paris, Perancis, jenazah dari penyanyi rock legendaris, sekaligus motor dari salah satu band terbesar di jagat musik rock The Doors, Jim Morrison, ditemukan oleh sang kekasih, Pamella Courson, di dalam bak mandi di apartemennya.
Tidak pernah dilakukan otopsi bagi jenazah Jim, sehingga penyebab kematian nya simpang siur hingga kini. Ada sumber yang menyebutkan dirinya meninggal karena serangan jantung, dan ada juga yang menyebutkan over dosis karena pemakaian obat-obat terlarang lah yang menyebabkan nyawa nya melayang.

Terlahir dengan nama James Douglas Morrison, pada tanggal 8 December 1943, dari pasangan keturunan Skotlandia, dan Irlandia, Clara Clarke Morrison dan George Stephen Morrison, Jim, merupakan anak tertua dari tiga bersaudara pasangan itu, dua orang saudara kandung nya, Anne Robin (lahir pada 1947), dan Andrew “Andy” Lee (lahir pada 1948).

Jim, yang sangat tertarik pada dunia perfilman, memuruskan untuk mendalami dunia perfilman, dengan masuk ke fakultas film di University of California (UCLA), dan menamatkan pendidikan nya pada tahun 1965.

Setelah tamat dari UCLA, Jim, bertemu dengan Ray manzarek, seorang pemain keyboard yang sangat handal, dan juga seorang mahasiswa di UCLA. Kemudian bersama, John Densmore (drum), dan Robby Krieger (gitar), mereka membentuk group band rock, The Doors, pada tahun 1965.

Bersama The Doors, nama Jim, langsung meroket, sebagai seorang rocker, yang juga handal menulis puisi. Hampir seluruh lyric lagu The Doors, adalah hasil karya nya.

Karya-karya fenomenal nya, seperti, “Light My Fire”, “Roadhouse BLues”, “Love Me Two Time”, dll, kala itu memang menjadi suatu hal yang sama sekali baru. Eksplorasi pada alat-alat musik yang menghasilkan bunyi-bunyian aneh, dan lyric-lyric yang kelam, membuat media menyebut musik The Doors, sebagai Rock Psychedelic. Sebuah nama yang bisa menggambarkan musik The Doors, yang jauh berada di depan jaman nya.

Selain kemampuannya dalam menulis lyric indah, dan suara vocal nya yang berat, aksi panggung dari Jim, juga sering menimbulkan kontroversi. Salah satunya ketika The Doors, tampil di Dinner Key Auditorium, Miami, pada tahun 1969. Jim, kala itu seperti nya sudah diluar kontrol akibat minuman keras, dan obat-obatan, dirinya menunjukan bagian tubuh vulgarnya pada para penonton.

Tetapi memang dirinya memiliki kharisma yang sangat dibutuhkan oleh seorang Rock Star. Keberadaan sahabat-sahabat dekatnya di The Doors, juga sangat mendukung. Manzarek, seorang keyboardis handal, yang masih susah di cari tandingannya. Begitu juga dengan Robby Krieger, dan John Densmore, hanya sayang alat musik yang kala itu masih sangat sederhana kurang mendukung eksperimen yang dilakukan oleh band ini.

Faktor keterbatasan alat-alat yang kurang mendukung itulah yang juga di percaya menjadi salah satu faktor, yang membuat Jim, semakin tertekan, karena ide-ide nya kala itu sangat melampaui jamannya.

Pengakuan untuk kemampuan bernyanyinya datang dari berbagai pihak. Salah satunya dari majalah Rollingstone, yang menempatkannya pada tangga ke 47, “100 Penyanyi Terbesar Sepanjang Masa”. Juga dirinya diakui sebagai seorang ikon di dunia musik rock, yang menjadi panutan bagi banyak musisi rock.

Jim, yang ketika meninggal berusia 27 tahun, juga merupakan anggota klub “Forever 27″, bersama Jimmy Hendrix, Janis Joplin, Brian Jones, dan Kurt Cobain. Sebuah klub yang beranggotakan musisi rock yang meninggal pada usia 27.

The Doors, sendiri dimasukan pada Rock n Rool Hall Of Fame, pada tahun 1993. Begitu juga dengan lagu, “Light My Fire”, yang masuk pada Grammy Hall Of Fame, pada tahun 1998, sebagai lagu rock sepanjang masa.

Kontroversi Tewasnya Jim Morrison

IA dijuluki "politisi erotis" yang bercelana kulit, sebelum mengalami depresi berat pada tahun 1971 yang akhirnya memaksanya menyerah kepada kematian.

Versi, yang paling ekstrem menyebutkan bahwa Jim, sebenarnya tidak meninggal, tetapi dirinya sengaja membuat berita kalau dirinya meninggal, untuk menghindari popularitas, dan keramaian, yang memang tidak disukai nya.

Belum ada orang yang tahu apa yang sebenarnya terjadi di lantai empat apartemen di 17 Rue Beautrellis pada pagi hari 3 Juli 1971. Dua orang selain Jim, Pamela dan De Breteuil, waktu itu ada dan tak lama kemudian juga meninggal dunia.

Menurut dokter, Jim meninggal dunia karena serangan jantung. Pamela mempunyai tiga versi berbeda mengenai penyebab kematian Jim: versi kepada polisi, versi kepada teman-teman Jim di Paris, dan satu lagi versi kepada keluarga dan sahabat Jim di AS. Sementara Breteuil kabur ke Maroko tiga hari setelah kematian Jim.

Seorang wartawan musik Perancis, Harve Muller, dalam laporannya mengindikasikan bahwa Jim sudah mati di toilet diskotek Rock And Roll Circus satu atau dua hari sebelum 3 Juli. Apa pun, versi mana pun, penyebab kematian Jim akan sulit direka-reka sampai kapan pun.

Tanggal 2 Juli malam, menurut pengakuan Pamela, mereka pergi ke bioskop, mampir di restoran China, dan pulang ketika hari memasuki tanggal 3 Juli sekitar pukul 01.00. Jim gelisah dan terus menenggak wiski untuk mengurangi rasa sakit.

Ia coba menulis, tetapi tidak pernah fokus. Mereka berdua akhirnya mengonsumsi heroin sembari menyaksikan film delapan milimeter yang mereka buat saat liburan ke Spanyol, Maroko, dan Corsica. Setelah itu Jim memutar lagu-lagu The Doors, termasuk The End yang menjadi hit besar.

Menurut Pamela, sekitar pukul 03.00 Jim batuk-batuk lagi tiada henti-hentinya. Mereka kemudian kembali mengonsumsi heroin. Dan satu jam kemudian, Pamela terbangun karena Jim tiba-tiba bersuara seperti tercekik atau tersumbat oleh sesuatu.

Pamela berusaha membangunkan Jim, namun gagal. Ia menampar muka dan mendudukkan Jim, tetapi ia tidak bangun juga. Akhirnya Pamela mengeluarkan tenaga sekuat-kuatnya memukuli Jim, barulah pacar kesayangannya itu terbangun.

Jim yang kesakitan segera pergi ke toilet. Di bak mandi, Jim berendam. Pamela menganggap Jim sudah tenang. Namun, sekitar fajar Pamela tidak lagi mendengar suara apa pun dari kamar mandi itu.

Ketika ia memasuki kamar mandi, wajah Jim tenang. Ia seperti tidak menderita walaupun mulut dan hidungnya berdarah. Pamela sempat panik, namun belakangan sadar sepenuhnya bahwa Jim telah tiada.

Kepada polisi Pamela berbohong karena semua narkotika di apartemen itu dibuang ke toilet. Dokter yang datang bersama polisi heran bukan main Jim bisa tewas karena tubuhnya relatif sehat, kuat, dan tidak mengalami penyiksaan.

De Breteuil yang ditelepon Pamela sebelum polisi datang ketakutan dan langsung kabur ke Maroko. Pasalnya, ia khawatir narkotika yang dikonsumsi Jim akan berhasil dilacak polisi karena ia yang menjual barang haram itu.
Singkat cerita, tidak ada yang tahu apa penyebab kematian Jim. Belakangan banyak penggemar yang baru sadar bahwa Jim bisa jadi tewas karena overdosis setelah Pamela mengalami nasib yang serupa tahun 1974.

Ada pula spekulasi yang menyebar luas yang mengatakan bahwa Jim dibunuh di kamar mandi tatkala Pamela tertidur pulas. Pembunuhan itu dikaitkan dengan De Breteuil, mantan pacar Pamela, yang mungkin cemburu kepada Jim.

Apakah agen rahasia AS yang melenyapkan nyawa Jim, yang dianggap sebagai penyebar kebencian terhadap Presiden Richard Nixon? Semua tahu, bintang-bintang rock besar seperti Jim atau John Lennon ketika itu memang diintai habis oleh FBI dan CIA.

Kini setelah 41 tahun, Jim, meninggalkan dunia ini, para fans nya tetap memperingati hari kematiannya dengan berkumpul di pemakaman Pere-Lachaise, Paris, tempat jasad nya di semayamkan. Meskipun dirinya telah meninggalkan dunia, seluruh karya, dan juga kharisma dari seorang Jim Morrison, tidak akan pernah mati untuk selamanya.

Apa lagu The Doors yang paling kamu suka…?
Light My Fire…?
Kalau saya The End, simak liriknya Gan…..

The Doors

This is the end
Beautiful friend
This is the end
My only friend, the end

Of our elaborate plans, the end
Of everything that stands, the end
No safety or surprise, the end
I'll never look into your eyes...again

Can you picture what will be
So limitless and free
Desperately in need...of some...stranger's hand
In a...desperate land

Lost in a Roman...wilderness of pain
And all the children are insane
All the children are insane
Waiting for the summer rain, yeah

There's danger on the edge of town
Ride the King's highway, baby
Weird scenes inside the gold mine
Ride the highway west, baby

Ride the snake, ride the snake
To the lake, the ancient lake, baby
The snake is long, seven miles
Ride the snake...he's old, and his skin is cold

The west is the best
The west is the best
Get here, and we'll do the rest

The blue bus is callin' us
The blue bus is callin' us
Driver, where you taken' us

The killer awoke before dawn, he put his boots on
He took a face from the ancient gallery
And he walked on down the hall
He went into the room where his sister lived, and...then he
Paid a visit to his brother, and then he
He walked on down the hall, and
And he came to a door...and he looked inside
Father, yes son, I want to kill you
Mother...I want to...f*** you

C'mon baby, take a chance with us
C'mon baby, take a chance with us
C'mon baby, take a chance with us
And meet me at the back of the blue bus
Doin' a blue rock
On a blue bus
Doin' a blue rock
C'mon, yeah

Kill, kill, kill, kill, kill, kill

This is the end
Beautiful friend
This is the end
My only friend, the end

It hurts to set you free
But you'll never follow me
The end of laughter and soft lies
The end of nights we tried to die

This is the end

Continue reading In Memoriam Jim Morrison, 1943-1971: Rider On The Storm