Tampilkan postingan dengan label Tajuk. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tajuk. Tampilkan semua postingan

23 November 2012

, ,

Dunia yang Hilang di Masa Lampau

Keterangan tentang masa lampau kita yang bersejarah itu kita kumpulkan dari pengetahuan tidak langsung. Kita telah menggunakan hasil-hasil penggalian, naskah-naskah kuno. Iukisan-lukisan dalam gua, legenda-legenda dan lain sebagainya untuk menyusun suatu hipotesa kerja. Dari semua bahan itu telah dibuat mosaik yang mengesankan dan menarik, Tetapi mosaik itu merupakan produk dari pola pemikiran yang telah dipertimbangkan terlebih dahulu. Bagian-bagiannya selalu dapat kita pasang ke dalam pola itu sekalipun sering sekali harus menggunakan perekat yang terlalu jelas terlihat.

Suatu peristiwa pasti telah terjadi dengan sesuatu cara tertentu. Dan hanya dengan cara tertentu itu sajalah, tidak dengan cara lain. Lihatlah kalau memang itu yang dikehendaki oleh para sarjana memang dengan cara itulah terjadinya peris tiwa tersebut. Kita memang berhak untuk meragukan setiap pola pemikiran yang diterima atau suatu hipotesa kerja, karena jika sesuatu gagasan tidak dipertanyakan, berarti penelitian telah selesai.


Karena itu kebenaran dari masa lampau kita yang bersejarah itu, hanyalah relatif sifatnya. Bila dari masa lampau muncul aspek baru maka betapa pun populernya, hipotesa kerja itu harus diganti dengan yang baru. Kiranya sekarang telah tiba saatnya untuk memperkenalkan suatu hipotesa kerja baru yang akan kita tempatkan di pusat penelitian tentang masa lampau kita.

Pengetahuan baru tentang tatasurya dan alam semesta, tentang makro kosmos dan mikro kosmos, kemajuan-kemajuan hebat dalam teknologi dan pengobatan, dalam biologi dan geologi, awal wisata ruang angkasa dan hal-hal lain; kesemuanya ini sama sekali mengubah gambaran dunia kita hanya dalam waktu kurang dari lima puluh tahun.

Sekarang kita mengetahui bahwa ada kemungkinan untuk membuat pakaian ruang angkasa yang dapat menahan perbedaan walau besar sekali antara panas dan dingin. Sekarang kita mengetahui, bahwa wisata ruang angkasa bukan lagi merupakan gagasan utopis. Kita telah mengenal keajaiban televisi berwarna seperti pengetahuan kita tentang bagaimana mengukur kecepatan cahaya dan menghitung konsekwensi dari teori relativitas. Gambaran dunia kita yang sudah membeku itu sekarang mencair kembali. Hipotesa-hipotesa kerja baru memerlukan norma, memerlukan patokan. Misalnya, di kemudian hari arkeologi kita tidak lagi hanya persoalan penggalinya. Pengumpulan dan penggolongan penemuan-penemuan arkeologis semata, tidak akan memadai. Kalau ingin mendapatkan gambaran yang dapat dipercaya tentang masa silam kita dari arkeologi itu, cabang ilmu pengetahuan lain harus diikut sertakan dalam penelitian.

Mari kita masuki alam mustahil itu dengan pikiran terbuka dan penuh dengan rasa ingin tahu. Mari kita coba untuk mengambil dan menguasai harta peninggalan yang diwariskan oleh para dewa itu. Pada awal abad ke delapan belas, di istana Topkapi Turki, ditemukan peta-peta kuno. Peta itu adalah milik seorang perwira tinggi Angkatan Laut Turki Laksamana Piri Reis. Dua buah atlas yang disimpan di perpustakaan negara di Berlin yang memuat gambar tang tepat dari laut Tengah dan daerah sekitar laut Mati, juga berasal dari Laksamana Piri Reis ini.

Semua peta ini telah diserahkan kepada Arlington H. Mallerey seorang Kartograf Amerika untuk diteliti. Mallerey memperkuat fakta yang luar biasa bahwa semua data geografi terdapat pada peta-peta itu, tetapi tidak digambar pada tempat yang semestinya. Ia minta bantuan dari Walters seorang kartograf dari Biro Hidrografi Angkatan Laut Amerika Serikat. Mallerey dan Walters bersama-sama menyusun suatu skala dan mentransformasikan peta itu menjadi bola dunia. Mereka membuat penemuan yang menggemparkan. Petanya memang cermat, bukan hanya mengenai Laut Tengah dan Laut Mati saja melainkan pantai-pantai Amerika Utara dan Selatan bahkan garis-garis tinggi Permukaan Samudra Antartika pun dilukiskan dengan persis sekali pada peta Piri Reis itu. Peta itu bukan hanya memproduksikan garis besarnya benua-benua melainkan juga topografi dari daerah-daerah pedalaman. Pegunungan, puncak gunung, pulau, sungai dan dataran tinggi; semuanya digambarkan dengan ketepatan yang luar biasa.

Dalam tahun 1957 Tahun Geografis, peta-peta itu diserahkan kepada Bapak Jesnit Lineham, yang menjabat direktur dari Weston Observatory merangkap juru potret pada Angkatan Laut Amerika Serikat. Setelah memeriksanya dengan cermat, Bapak Lineham pun hanya dapat memperkuat ketepatannya yang fantastis itu bahkan sampai mengenai daerah daerah yang di masa sekarang jarang sekali dipelajari. Yang paling menonjol ialah bahwa pegunungan di Antartika yang baru ditemukan pada tahun 1952, dalam peta Reis telah terdapat. Pegunungan itu telah tertutup oleh es beratus-ratus tahun lamanya . Peta kita sekarang dibuat berdasarkan hasil pemetaan dengan menggunakan alat-alat gema suara.

Penyelidikan terakhir yang dilakukan oleh Profesor Charles. H. Hapgood dan akhli matematika Richard W. Strachan telah memberikan informasi yang lebih mengherankan lagi. Setelah diadakan perbandingan dengan hasil pemotretan bulatan dunia kita yang di lakukan secara modern dari satelit, perbandingan itu menunjukkan bahwa peta aslinya dari Piri Reis itu pasti telah dibuat berdasarkan hasil pemotretan dari udara dengan ketinggian yang jauh sekali, Nah! Bagaimana menjelaskan hal demikian itu?

Sebuah kapal ruang angkasa terbang diam di atas Kairo dan membidikkan kameranya lurus ke bawah. Setelah filmnya dicuci maka akan terdapat gambaran ini; segala sesuatu yang ada dalam radius kira-kira 5.000 mil dari Kairo akan direproduksikan secara tepat, karena semuanya ada di bawah lensa. Tetapi negara-negara dan benua-benua di luar radius itu akan berubah reproduksinya dari keadaan sebenarnya. Semakin jauh pandangan kita dari titik pusat gambar, semakin banyak penyimpangan atau perubahan gambarnya. Mengapa ini semua? karena bumi ini berbentuk bulatan, benua-benua yang jauh dari titik pusat “tenggelam ke bawah”.

Amerika Selatan misalnya, tampaknya berubah dengan janggal sekali pada ukuran memanjangnya, persis seperti perubahan pada peta Piri Reis..! Dan juga persis seperti hasil-hasil pemotretan yang dilakukan satelit bukan dari Amerika. Ada satu atau dua pertanyaan yang dapat dijawab dengan cepat. Tak dapat disangsikan, bahwa nenek moyang kita tak pernah membuat peta-peta itu. Namun demikian tak dapat disangsikan pula,bahwa peta-peta itu telah dibuat dengan menggunakan bantuan teknik modern yakni dari udara.

Harus bagaimana kita menerangkan itu? Haruskah kita merasa puas dengan legenda yang di ceritakan oleh seorang dewa kepada seorang pendeta tinggi? Atau tak usah kita perdulikan semua itu dan tak usah mengindahkan keajaiban karena peta-peta itu cocok dengan gambaran dunia mental kita? Atau kita harus berani mengusik sarang tawon dan menyatakan bahwa kartografi dari bola dunia kita itu dibuat dari pesawat udara yang terbang tinggi atau dari suatu kapal ruang angkasa? Diakui bahwa peta milik Laksamana Turki itu tidak originil. Peta itu entah merupakan salinan keberapa kalinya. Namun demikian sekalipun misalnya peta itu telah ada sejak abad ke delapan belas, jadi ketika ditemukan baru saja selesai dibuat, kenyataan-kenyataan ini semua sama saja, tidak dapat dijelaskan. Siapapun yang telah membuatnya, orang itu pasti telah pernah mampu mengudara dan mampu memotret dari udara.

Tidak jauh dari laut, pada punggung gunung Peruvia di Andes, terletak suatu kota kuno Nazca. Di lembah Palpa terdapat sebidang tanah datar yang panjangnya 37 mil, lebar 1 mil bertaburkan batu-batu kecil yang menyerupai besi berkarat. Penduduk setempat menyebut daerah ini “pampa” (=daerah tak berpohon-pohonan), walau tetumbuhan apapun tak mungkin hidup di sana. Jika anda terbang di atas wilayah ini yakni dataran Nazca anda akan dapat melihat garis besar-besar, yang dirancang secara geometris; beberapa diantaranya sejajar sedangkan yang lainnya saling berpotongan atau dikelilingi oleh bidang-bidang trapesoidal.

Para arkeologis menyebut garis-garis ini “Jalan Inca” Gagasan tak masuk akal..! Apa manfaatnya bagi orang Inca jalan yang satu sama lainnya se jajar ini? Apa lagi yang saling berpotongan? Semuanya dirancang di atas tanah datar lalu tiba-tiba buntu? Tentu saja tembikar dan barang-barang keramik lainnya ditemukan juga di sini.

Tetapi menghubung-hubungkan garis yang di susun secara geometris itu dengan kebudayaan Nazca, hanya karena alasan itu saja, sudah tentu merupakan penyederhanaan sesuatu secara berlebih-lebihan. Sampai tahun 1952 tidak ada penggalian yang serius di daerah ini. Tidak ada urutan waktu yang nyata tentang penemuan-penemuan itu. Baru sekarang garis-garis dan bentuk-bentuk geometris itu telah diukur. Hasilnya menetapkan bahwa garis-garis itu telah dirancang sesuai dengan rencana astronomis. Profesor Alden Mason seorang akhli dalam kepurbakalaan Peruvia, menduga bahwa dalam jajaran garis itu terdapat tanda-tanda semacam agama dan juga semacam kalender.

Dilihat dari udara, dataran Nazca yang 37 mil panjangnya itu, kesan saya jelas sekali bagaikan sebuah lapangan terbang. Bagian yang manakah tentang gagasan ini yang tak masuk akal atau yang dibuat-buat? Penelitian tidak mungkin terwujud sebelum obyek yang harus diteliti ditemukan..! Sekali ditemukan, maka barang itu digosok, dipotong dan diratakan pinggir-pinggirnya sampai menjadi batu yang cukup ajaib, cocok dan sesuai dengan mosaik yang telah ada. Arkeologi klasik tidak membenarkan bahwa rakyat pra-Inca pernah mempunyai teknik pengukuran tanah yang sempurna. Dan teori yang mengatakan bahwa di zaman purbakala pernah ada pesawat udara adalah omong kosong belaka. Lalu dalam hal itu, apa gunanya garis-garis di Nazca itu?

Dugaan saya, garis-garis itu mungkin dirancang secara besar-besaran menurut sesuatu model, dan menggunakan suatu sistem koordinator, atau mungkin juga dirancang menurut instruksi yang datang dari sebuah pesawat udara. Untuk mengatakan dengan pasti, bahwa apakah dataran rendah di Nazca itu dulunya adalah sebuah lapangan terbang, juga belum memungkinkan. Jika besi pernah dipergunakan, tentu sudah tak akan ditemukan lagi di sana, karena besi pra sejarah tak dikenal orang. Logam akan berkarat dalam beberapa tahun saja; sedangkan batu tak pernah berkarat. Apakah salah tentang gagasan bahwa garis-garis itu dirancang untuk seolah-olah mengatakan kepada para dewa: “Mendaratlah di sini. Segala sesuatunya telah kami buat sesuai dengan perintahmu?”.

Para pembuat garis berbentuk geometris mungkin tak pernah memahami apa yang mereka lakukan. Tetapi barangkali mereka tahu benar apa yang para dewa butuhkan untuk mendarat. Gambar-gambar besar yang tak dapat disangsikan bahwa semuanya telah dibuat sebagai isyarat bagi makhluk yang melayang-layang di udara, banyak ditemukan di lereng-lereng pegunungan di Peru. Adakah guna lain dari kesemuanya itu? Satu di antara gambar-gambar yang paling aneh ialah yang diukir pada dinding tinggi dari batu karang terjal berwarna merah di Teluk Pisco. Jika anda datang ke tempat itu dengan kapal laut, dari jarak 12 mil lebih anda akan dapat melihat suatu bentuk yang tingginya hampir 820 kaki, dan jika secara main-main anda berkata: “Itu seperti .......” maka reaksi anda ialah bahwa karya pemahat patung ini seperti suatu tangkai kail raksasa atau seperti sebatang tempat lilin raksasa. Seutas tambang yang panjang ditemukan pula pada pilar tengah dari batu ini. Apakah ini dulu digunakan sebagai pendulum?

Secara jujur harus kita akui bahwa bagaikan meraba-raba di dalam kegelapan apa bila kita mencoba menjelaskannnya. Hal ini tak dapat pula dimasukkan ke dalam dogma-dogma yang telah ada. Ini bukan berarti bahwa tidak mungkin ada suatu muslihat yang diperoleh dari cara berpikir arkeologis yang dapat diterima, untuk digunakan oleh para sarjana menyusun phenomena ini ke dalam mosaik besar. Tetapi apa yang mungkin telah mendorong rakyat pra Inca untuk membuat garis-garis fantastis atau landasan-landasan pendaratan itu di Nazca? Otak miring apa yang mendorong mereka untuk menciptakan tanda dari batu setinggi 820 kaki itu pada dinding batu karang merah di Lima Selatan?

Tugas untuk membuat kesemuanya itu akan memakan waktu berpuluh-puluh tahun apabila dilaksanakan tanpa mesin dan peralatan modern. Seluruh kegiatan mereka tidak akan berguna jika hasil dari segala upayanya bukan dimaksudkan sebagai isyarat kepada makhluk yang datang dari langit. Pertanyaan yang masih harus dijawab ialah; Mengapa mereka berbuat demikian, kalau bukan karena mereka mengetahui bahwa makhluk terbang itu benar-benar ada?.

Pengenalan hasil penemuan tidak lagi hanya masalah arkeologi. Suatu dewan yang terdiri dari sarjana-sarjana dari berbagai bidang penelitian pasti dapat membawa kita pada pendekatan pemecahan teka-teki itu. Pertukaran pendapat menghasilkan wawasan yang terang. Oleh karena para sarjana tidak menanggapi persoalan demikian secara serius, maka terdapat bahaya bahwa penelitian tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

Adakah wisatawan ruang angkasa dalam kabut kelabu? Suatu pertanyaan yang tidak dapat diterima bagi para akademisi. Setiap orang yang bertanya demikian perlu minta pertolongan doktor penyakit jiwa. Tetapi pertanyaan tetap pertanyaan dan tetap mengiang di telinga sampai terjawab. Dan pertanyaan yang tak dapat diterima seperti itu masih banyak. Sebagai contoh, apa kiranya yang akan dikatakan orang, kalau ada kalender yang menunjukkan hari atau tanggal di mana siang dan malam sama panjang, menunjukkan musim-musim stronomis, posisi bulan tiap jam dan juga peredaran bulan, bahkan sampai memperhitungkan rotasi bumi?

Pertanyaan itu tidak hanya hipotetis. Kalender semacam ini ada. Kalender ini telah ditemukan dalam lumpur kering di Tiahuanaco. Suatu penemuan yang membingungkan. Penemuan yang mengandung fakta yang tak dapat dibantah, dan membuktikan bahwa makhluk hidup yang membuat, yang menemukan (menciptakan) dan menggunakan kalender itu mempunyai kebudayaan yang lebih tinggi dari pada kita.

Penemuan lain yang fantastis sekali ialah “Berhala Besar”, terbuat dari satu balok tunggal batu pasir yang panjangnya lebih dari 24 kaki, seberat 20 ton. Berhala itu ditemukan di dalam Kuil Tua. Di sinipun dijumpai lagi suatu kontradiksi antara mutu tinggi serta presisi beratus-ratus simbol yang terdapat pada seluruh tubuh berhala itu dengan teknik primitif pembuatan bangunan di mana berhala itu ditempatkan. Memang nama Kuil Tua itu cocok karena teknik pembuatannya yang primitif itu.

H.S. Bellamy dan P. Allan dalam bukunya yang berjudul “The Great Idol Tiahuanaco” telah membuat suatu interpretasi yang cukup beralasan tentang simbol-simbol itu. Mereka berkesimpulan bahwa simbol-simbol itu merupakan catatan kumpulan yang sangat banyak tentang pengetahuan astronomis, yang sebetulnya didasarkan kepada bentuk bumi yang bulat ini. Selanjutnya mereka simpulkan bahwa cacatan itu cocok sekali dengan Teori tentang satelit, karya Hoerbiger yang di terbitkan tahun 1927, lima tahun sebelum patung berhala itu ditemukan. Teori ini mendalilkan bahwa sebuah satelit pernah tertangkap oleh bumi. Karena satelit itu ditarik mendekat ke bumi, maka satelit itu memperlambat perputaran bumi pada sumbunya. Akhirnya satelit itu hancur dan diganti oleh bulan.

Simbol-simbol pada badan berhala itu mencatat dengan tepat phenomena yang dapat sejalan dengan teori ini pada waktu satelit itu sedang mengorbit mengitari bumi sebanyak 425 kali putaran dalam satu tahun yang berumur 288 hari. Mereka terpaksa berkesimpulan bahwa berhala itu mencatat keadaan benda-benda langit pada 27.000 tahun yang lalu. Mereka menulis: “Pada umumnya prasasti pada patung berhala itu memberikan kesan bahwa prasasti itu diciptakan juga sebagai catatan untuk generasi-generasi mendatang. Memang di sini  terdapat suatu benda purbakala yang perlu diterangkan lebih jelas dari pada hanya disebut “Seorang Dewa Kuno”.

Jika interpretasi tentang simbol-simbol ini dapat diperkuat, bila pertanyaan: “Apakah pengetahun tentang astronomi ini benar-benar dikumpulkan oleh rakyat yang masih harus lebih banyak belajar tentang bangunan, ataukah datang dari sumber yang ada di luar bumi ini?”. Bilamana salah satu saja dari ke dua hal itu tergali adanya kumpulan pengetahuan yang cerdik dan rumit pada 27.000 tahun yang lalu itu (yang ditunjukkan baik oleh patung berhala maupun oleh kalender), adalah suatu gagasan yang mengagetkan.

Kota Tiahuanaco itu penuh dengan rahasia. Kota itu terletak pada ketinggian lebih dari 13.000 kaki dan bermil-mil jauhnya dari kota-kota lain. Jika anda berangkat dari Cuzco, Peru, anda akan mencapai kota dan tempat-tempat penggalian itu setelah mengadakan perjalanan beberapa hari dengan kereta api dan kapal laut Dataran tingginya mirip dengan suatu pemandangan di planet yang belum dikenal. Kerja tangan adalah siksaan Wagi siapa saja yang bukan penduduk asli di sana. Tekanan udaranya kira-kira setengah dari tekanan udara di atas permukaan laut dan sehubungan dengan itu kandungan oksigen dalam udaranya sudah tentu sedikit sekali. Namun demikian di atas dataran tinggi ini berdiri suatu kota yang besar sekali. Tidak ada tradisi otentik mengenai Tiahuanaco ini. Dalam hal ini barang kali kita harus merasa gembira bahwa jawaban-jawaban yang dapat diterima tidak dapat dicapai dengan bersandar kepada cara belajar kuno yang turun-temurun itu. Di atas reruntuhan yang sangat tua itu (kita tidak tahu berapa ribu tahun tuanya), mengapunglah kabut masa lampau, kedunguan dari misteri atau kegaiban. Balok-balok batu pasir seberat 100 ton yang ditumpungi dengan balok-balok lain seberat 60 ton dijadikan dinding. Bidang-bidang lain yang bertepi dan bersudut tepat pada persambungan dengan batu-batu persegi lainnya, yang disatukan oleh jepitan yang terbuat dari tembaga. Di samping itu, semua susunan batu itu telah dikerjakan secara rapi sekali. Lubanglubang sedalam 8 kaki yang sampai sekarang belum dijelaskan untuk apa terdapat dalam balok batu yang beratnya 10 ton. Batu ubin yang sudah aus, yang panjangnya 16,5 kaki dan merupakan satu potong batu tanpa sambungan juga tidak membantu memecahkan teka-teki yang terdapat di Tiahuanaco itu. Saluran air yang terbuat dari batu sepanjang 6 kaki dan lebar 1,5 kaki, terdapat bertebaran di atas lantai bagaikan mainan.

Tebaran benda-benda itu pasti disebabkan oleh bencana alam yang dahsyat. Penemuan ini telah mengejutkan kita karena hasil karyanya yang begitu cermat. Apakah nenek moyang kita di Tiahuanaco tidak dapat berbuat sesuatu yang lebih baik dari pada menghabiskan waktu bertahun tahun membuat saluran seperti itu tanpa peralatan sedemikian cermatnya, sehingga kalau dibandingkan maka saluran air kita yang modern dan terbuat dari beton itu seolah-olah hanyalah hasil pekerjaan yang ceroboh belaka?

Di halaman kuil yang sekarang telah dipugar, terdapat sekumpulan patung kepala campur aduk, yang kalau diperhatikan dari dekat adalah merupakan kumpulan dari berbagai ras; karena sebagian mukanya ada yang berbibir tipis, ada yang berbibir tebal; sebagian ada yang berhidung panjang, ada yang berhidung lengkung; sebagian ada yang berkuping tipis bagus, ada yang berkuping tebal; sebagian berwajah lembut, ada yang wajahnya ber sudut-sudut. Dan sebagian dari kepala-kepala itu berhelm aneh. Apakah bentuk-bentuk wajah yang tak dikenal ini dimaksudkan untuk mencoba menyampaikan pesan kepada kita bahwa kita tidak dapat dan tidak akan mengerti karena dicegah oleh sikap kita yang keras kepala dan berprasangka?.

Salah satu keajaiban arkeologi dari Amerika Selatan ialah Gerbang Monolitas Matahari di Tia huanaco yakni suatu patung raksasa yang tingginya hampir 10 kaki, lebarnya 16 ½ kaki, dipahat dari satu balok batu tunggal. Beratnya ditaksir lebih dari 10 ton. Empatpuluh delapan buah bujursangkar yang disusun dalam tiga deretan, mengapit patung yang menggambarkan dewa terbang. Apakah yang diceritakan legenda tentang kota Tiahuanaco yang misterius itu?

Alkisah, dikatakan orang bahwa sebuah kapal ruang angkasa terbuat dari emas pernah datang dari bintang; di dalamnya terdapat seorang wanita yang bernama Oryana, yang akan melaksanakan tugas di bumi ini yakni menjadi Ibu Agung. Oryana hanya mempunyai empat jari yang di sela-selanya berselaput seperti jari-jari kaki bebek. Ibu Agung Oryana melahirkan 70 orang anak bumi, setelah itu ia kembali ke bintang tempat asalnya. Memang di Tiahuanaco ditemukan pahatan-pahatan batu karang yang menggambarkan makhluk hidup yang berjari empat. Abadnya tak dapat di tentukan. Tiada seorang pun dan dari abad mana pun yang telah kita ketahui pernah melihat Tiahuanaco dalam keadaan utuh.

Rahasia apakah yang disembunyikan kota ini? Pesan apakah yang dikirim dari dunia lain, yang menanti pemecahannya pada dataran tinggi di Bolivia itu? Tidak ada penjelasan yang masuk akal mengenai awal dan akhir kebudayaan ini. Hal ini sudah tentu tidak akan menghentikan beberapa arkeologis membuat ketentuan yang berani dan berkeyakinan pribadi menetapkan bahwa tempat re runtuhan itu telah berumur 3.000 tahun.

Mereka menentukan zaman ini berdasarkan beberapa patung yang menggelikan terbuat dari tanah dan yang tak mungkin mempunyai sangkut paut dengan zaman monilit. Para sarjana mempermudah sesuatunya demi kepentingan mereka. Mereka persatukan sejumlah pecahan-pecahan tembikar, men cari dan meneliti kebudayaan dari satu atau dua zaman yang berdekatan, Kemudian label dipasang pada penemuan yang telah dipersatukan tadi, dan dengan demikian cocoklah segala sesuatunya pada pola pemikiran yang telah disetujui. Cara ini nyata sekali lebih mudah dari pada mencoba gagasan tentang adanya suatu keterampilan tehnik yang diperlukan di suatu zaman,atau gagasan tentang adanya wisatawan ruang angkasa dari zaman yang telah lama silam. Percobaan gagasan demikian dianggap hanya akan mempersulit persoalan, tanpa guna.

Kita juga jangan melupakan Sacsahuaman! Di sini saya tidak mengingatkan anda kembali kepada system pertahanan Inca yang fantastis, yang terletak beberapa kaki di atas Cuzco sekarang; juga tidak kepada balokbalok monolit yang berat semuanya lebih dari 100 ton; juga tidak kepada dinding-dinding teras yang panjangnya lebih dari 1.500 kaki, dan lebarnya 54 kaki, yang di depannya sekarang para wisatawan suka membuat foto untuk suvenir. Saya menunjukkan Sacsahuaman yang tidak dikenal, yang terletak hanya setengah mil atau lebih dari benteng Inca yang terkenal itu.

Khayalan kita tak mampu memahami sumber tehnik apa yang telah digunakan nenek moyang kita untuk menambang karang-karang monolit seberat 100 ton lebih sebuah, kemudian mengangkutnya dan mengolahnya di tempat yang jauh dari tambang. Tetapi jika kita dihadapkan kepada suatu balok yang beratnya ditaksir 20.000 ton, maka khayalan kita yang sudah dibuat agak jemu oleh kemajuan teknik zaman sekarang, mendapat kejutan yang paling dahsyat. Pada perjalanan pulang dari pertahanan Sacsahuaman, di dalam suatu kawah gunung, beberapa ratus yard jauhnya dari benteng, pengunjung dapat melihat sesuatu yang bentuknya aneh. Itu adalah suatu balok batu tunggal sebesar rumah bertingkat empat. Balok itu telah dihias sempurna sekali dengan seni yang paling tinggi; mempunyai anak-anak tangga dan jalan-jalan melandai, serta di hiasi dengan spiral-spiral dan lubang-lubang.

Pembentukan balok batu yang belum pernah terjadi sebelumnya sudah tentu tidak hanya sekelumit kegiatan di waktu santai belaka bagi sekelumit orang-orang Inca, bukan? Adakah kemungkinan bahwa kegiatan itu untuk maksud yang belum dapat dijelaskan? Pemecahan teka-teki itu dipersulit lagi oleh kenyataan bahwa balok itu berdiri hanya terbalik alias ter jungkir. Jadi anak-anak tangga itu menurun dari atap; lubang-lubangnya menghadap kejurusan yang berlainan. Bagaikan lekukan-lekukan pada granat. Cekungan-cekungan yang aneh, yang dibentuk seperti kursi kelihatan seperti melayang di udara.

Siapa yang dapat membayangkan bahwa tangan manusia, usaha menusialah yang menggali, mengangkut, lalu membentuk balok batu ini? Kekuatan apakah yang telah menjungkirbalikkannya? Kekuatan raksasa semacam apakah yang dipekerjakan di sini? Dan untuk maksud apa?

Masih dalam keadaan keheran-heranan karena batu yang aneh bentuknya itu, hanya 900 Yard dari sana, pengunjung akan menemukan vitrifikasi karang, yakni perubahan karang menjadi semacam kaca yang hanya mungkin dapat terjadi dengan jalan melabur batu pada suhu yang sangat tinggi. Para pengunjung diberi tahu dengan tepat bahwa batu karang itu diturunkan ke bawah oleh gletsiergletsier. Keterangan ini menggelikan.

Gletsier seperti halnya dapat mengalir, akan mengalir ke bawah hanya ke satu sisi saja. Sifat zat ini hamper tidak mungkin berubah justru pada saat terjadinya vitrifikasi. Bagaimanapun, tak dapat diterima akal, bahwa gletsier mengalir turun ke enam arah yang berbeda-beda di atas areal sekitar 18.000 yard persegi.

Sacsahuaman dan Tiahuanaco menyembunyikan banyak sekali misteri pra sejarah. Keterangan-keterangan yang beredar mengenai misteri itu sangat dangkal dan tidak meyakinkan. Selain itu vitrifikasi pasir terdapat pula di gurun Gobi di sekitar tempat arkeologis tua di Irak. Siapakah yang dapat menjelaskan mengapa vitrifikasi pasir ini sama benar dengan vitrifikasi yang terjadi di Gurun Nevada yang disebabkan oleh ledakan atom?

Bilakah akan dikerjakan sesuatu yang menentukan untuk memberikan jawaban yang meyakinkan kepada teka-teki prasejarah itu? Di Tiahuanaco terdapat bukit-bukit buatan yang penuh tetumbuhan, yang permukaannya rata benar, seluas 4.748 yard persegi. Agaknya sangat mungkin bahwa di bawahnya tersembunyi bangunan-bangunan. Selama belum digali orang parit sepanjang deretan bukit-bukit itu, misteri itu tidak akan terpecahkan. Tak dapat di sangkal bahwa uang adalah kurang. Namun demikian para wisatawan sering melihat prajurit-prajurit dan para perwira yang nyata-nyata tidak mengerti pekerjaan apa yang berguna dan harus dikerjakan. Apa salahnya kalau penggalian dilakukan oleh satu kompi tentara di bawah pengawasan seorang akhli?

Uang tersedia untuk sekian banyak hal lain di dunia. Penelitian sangatlah penting bagi masa depan. Selama masa silam kita belum terungkap maka buku catatan untuk masa depan tetap kosong. Tak dapatkah masa silam menolong kita mencapai pemecahan teknis, di mana untuk pertama kalinya pemecahan itu telah ada di zaman purbakala?

Jika dorongan untuk menemukan masa silam kita tidak cukup merangsang untuk menggerakkan pekerjaan penelitian modern yang mendalam, barangkali mistar hitung dapat digunakan. Sebegitu jauh, pada segala peristiwa belum ada seorang sarjanapun yang pernah diminta supaya menggunakan pesawat terbang modern untuk menyelidiki radiasi di Tiahuanaco, di Sacsahuaman, Sodom yang ada dalam dongeng, atau di Gurun Gobi. Naskah-naskah dongeng, atau yang bertulisan kuno dan lembaran sejarah dari buku tertua tentang manusia; menceriterakan tanpa kecuali tentang para dewa yang mengendarai kapal sorga, para dewa yang datang dari bintang, yang mempunyai senjata yang mengerikan, dan kembali lagi ke bintang asalnya. Mengapa kita tidak mencari “dewa” tua itu? Para astronom radio kita mengirim isyarat-isyarat ke alam semesta untuk mengadakan kontak dengan cendekiawan-cendekiawan yang belum dikenal. Mengapa kita tidak lebih dulu mencari atau tidak sekaligus jejak-jejak dari para cendekiawan yang belum dikenal di bumi kita yang lebih dekat? Bila kita tidak meraba-raba dengan membabi buta dalam kegelapan, jejak-jejak itu dapat dilihat oleh semua orang.

Kira-kira 2.000 tahun sebelum zaman kita, orang-orang Sumeria telah mulai mencatat masa lampau rakyatnya yang gemilang. Sampai sekarang kita masih belum mengetahui dari mana orang ini berasal. Tapi kita mengetahui bahwa orang Sumeria ini membawa kebudayaan yang sudah maju dan tinggi, yang mereka paksakan kepada rakyat Semit yang masih setengah biadab. Kita juga tahu bahwa mereka selalu mencari dewa mereka di puncak-puncak gunung, dan jika tidak ada puncak gunung di daerah itu, mereka menduduki dan mendirikan gunung-gunung buatan pada dataran-dataran rendah. Astronomi mereka telah berkembang luar biasa. Observatorium mereka telah mencapai perkiraan rotasi bulan yang hanya berbeda 0,4 detik dari perkiraan masa sekarang.

Di samping syair kepahlawanan yang menakjubkan dari Gilgamesh, mereka telah meninggalkan sesuatu yang sensasionil sekali. Tentang syair kepahlawanan itu nanti akan saya ceritakan lebih banyak lagi. Di atas bukit Kuyunjik (dahulu Ni niveh) terdapat suatu perhitungan dengan hasil akhirnya yang dalam notasi kita ialah: 195.995.200.000.000. Suatu bilangan terdiri dari lima be las angka. Keturunan dari kebudayaan Barat kita; Junani, yang sering disebut sebagai telah belajar secara intensif, tak pernah meningkat di atas 10.000 selama masa jayanya peradaban mereka. Segala yang di luar itu dengan se derhana dilukiskan sebagai “tak terbatas”.

Tulisan-tulisan kuno memberikan kehormatan secara harafiah dengan jenjang kehidupan yang fantastis kepada orang Sumeria. Jadi, kesepuluh raja permulaan seluruhnya memerintah selama 456.000 tahun, sedangkan kedua puluh raja yang mendapat tugas sulit untuk membangun negara kembali setelah banjir, masih tetap dapat mempertahankan tampuk pimpinan pemerintahan seluruhnya selama 24.510 tahun 3 bulan 3 ½ hari.

Ada masa beberapa tahun yang tak dapat di mengerti oleh cara berpikir kita sekalipun nama-nama dari semua penguasa tercantum pada daftar panjang, dan secara rapi diabadikan pada materai dan mata uang. Apakah yang akan terjadi bila di sini pun kita memberanikan diri membuka tutup mata kita dan melihat pada hal yang tua dengan mata yang segar masa kini?

Mari kita misalkan bahwa astronot-astronot asing telah mengunjungi wilayah orang Sumeria ribuan tahun yang lalu. Misalnya lagi bahwa mereka telah meletakkan dasar-dasar peradaban dan kebudayaan rakyat. Dan kemudian mereka kembali ke planet asal mereka setelah memberikan stimulan untuk perkembangan ini. Selanjutnya mari kita membuat dalil bahwa kepenasaran mendorong mereka kembali kepada pemandangan pekerjaan yang mereka rintis setiap seratus tahun bumi sekali untuk mencek hasil dari eksperimen mereka.

Menurut patokan harapan ke kehidupan kita masa sekarang, para astronot itu dengan mudah sekali dapat lolos dari kepunahan selama 500 tahun bumi lagi. Menurut teori relativitas, para astronot itu selama penerbangan pulang pergi dalam pesawat ruang angkasa yang terbang dengan kecepatan cahaya, hanya mungkin dapat hidup selama empat puluh tahun. Selama abad itu orang-orang Sumeria mungkin telah membangun menara, piramida-piramida, dan rumahrumah dengan segala kelengkapannya; mungkin telah berkorban kepada para dewa mereka dan menantikan kedatangannya kembali. Dan setelah beratus-ratus tahun bumi, para dewa itu betul-betul datang kembali. “Dan kemudian datanglah banjir, dan setelah banjir maka datanglah kapal dewa turun dari langit sekali lagi”, demikian ditulis dalam tulisan kuno bangsa Sumeria.

Dalam bentuk apakah bangsa Sumeria itu mengkhayalkan dan menggambarkan dewa mereka Mitologi bangsa Sumeria dan beberapa lembaran sejarah serta gambaran bangsa Akadia memberikan keterangan tentang ini. “dewa” bangsa Sumeria tidak Antrophormophis dan tiap simbol dari seorang dewa juga ada hubungannya dengan sebuah bintang.

Dalam lembaran sejarah bergambar bangsa Akadia, bintang-bintang dilukiskan seperti yang mungkin akan digambarkan oleh manusia sekarang. Satu-satunya hal yang luar biasa ialah bahwa bintang-bintang ini dikelilingi oleh planet-planet dari berbagai ukuran. Bagaimana bangsa Sumeria yang tidak mempunyai teknik pengamatan langit seperti yang kita miliki sekarang mengetahui bahwa sebuah bintang yang tak berubah tempatnya mempunyai sejumlah planet? Banyak terdapat corat-coret yang menggambarkan orang dengan bintang di kepalanya, sedangkan yang lainnya meng gambarkan orang sedang mengendarai bola bersayap.

Ada pula suatu gambar yang seketika akan mengingatkan orang pada suatu model dari atom yakni suatu lingkaran terdiri dari bola-bola yang disusun berdekatan dengan yang lain yang memancar, tetapi tidak dikitari oleh sinar.

Jika kita melihat pusaka dari bangsa Sumeria dengan “mata ruang angkasa”, pusaka itu penuh dengan pernyataan dan teka-teki; di samping itu, bagian-bagian yang dalam dan yang aneh-aneh dari langit semakin berkurang artinya.

Berikut ini adalah sebagian dari yang aneh-aneh pada bidang geografi yang sama.
1. Gambar-gambar Spiral dari 6.000 tahun yang lalu di Geoy Tepe, suatu hal yang jarang terjadi.
2. Suatu industri batu api, yang dipercaya telah berumur 40.000 tahun di Gar Kobeh.
3. Penemuan-penemuan serupa di Baradostian ditaksir sudah berumur 30.000 tahun.
4. Benda-benda dari batu, pusara-pusara dan perlengkapan-perlengkapan dari batu di Tepe Asiab dari 13.000 tahun yang lalu.
5. Kotoran yang telah membatu. mungkin bukan kotoran manusia, ditemukan di tempat yang sama.
6. Alat-alat dan pengukir-pengukir batu ditemukan di Karim, Shahir.

Senjatasenjata, geretan dan alat lain ditemukan dari galian diBarda Balka. Kerangka-kerangka orang dewasa dan kanak-kanak ditemukan dalam gua di Shandiar. Kerangka-kerangka ini ditetapkan dengan metoda (-14) berasal kira-kira dari 45.000 sebelum masehi.

Daftar itu dapat diperluas lagi, dan tiap fakta mungkin memperkuat penentuan bahwa di wilayah geografis Tumer kira-kira 40.000 tahun yang lalu pernah hidup suatu campuran orang-orang primitif. Tetapi tiba-tiba dengan alasan yang sampai saat ini tak dapat dijelaskan, bangsa Sumeria muncul di sana dengan astronominya, dengan kebudayaannya dan teknologinya. Kesimpulan yang dapat ditarik dari kehadiran para pengunjung yang tidak dikenal sebelumnya, yang dating dari langit masih bersifat spekulatif. Kita dapat mengkhayalkan bahwa para “dewa ini mengumpulkan orangorang yang setengah biadab di Tumer itu, di sekitar para dewa, dan memindahkan pengetahuannya kepada mereka.

Patung kecil maupun besar di musium menunjukkan adanya campuran ras, ada yang bermata terbelalak, ada yang dahinya menonjol, ada yang bibirnya tipis, ada yang hidungnya panjang dan lurus. Suatu gambaran yang sukar sekali untuk di cocokkan ke dalam sistem pemikiran yang skematis, dan konsepsinya tentang orangorang primitif. Para pengunjung dari langit di zaman pur bakala yang baru saja silam?

Di Libanon terdapat batu karang yang mirip kaca, yang disebut tekstite, di mana telah ditemukan isotop alumunium yang radioaktif.

Di Mesir dan Irak ditemukan lensa-lensa kristal yang telah dipotong, yang kalau sekarang hanya mungkin dilakukan dengan menggunakan oksida sesium; dengan perkataan lain suatu oksida yang harus dibuat dengan proses kimia elektrolitis.

Di Helwan terdapat sehelai kain, suatu tenunan yang sedemikian halusnya sehingga kalau sekarang hanya mungkin bisa ditenun oleh suatu pabrik tekstil yang mempunyai kecakapan teknis dan pengalaman.

Batere-batere kering, yang bekerja berdasarkan prinsip-prinsip galiano dipamerkan di Museum Baghdad. Di tempat itu juga pengunjung dapat melihat elemen-elemen listrik dengan elektroda-elektroda dan elektrolit yang tak dikenal.

Di daerah pegunungan Kohistan di Asia, suatu lukisan dalam gua, menggambarkan posisi bintang bintang yang tepat, seperti keadaannya pada 1.000 tahun yang lalu. Venus dan bumi dihubung kan dengan beberapa garis.

Perhiasan-perhiasan terbuat dari platina yang dilebur ditemukan di dataran tinggi Peruvia. Bagian-bagian dari sabuk yang dibuat dari alumunium terdapat di sebuah makam di Fung Yen Cina. Di Delhi terdapat pilar kuno terbuat dari besi, tetapi tidak rusak oleh phosphat, belerang, atau oleh efek cuaca.

Urutan-urutan aneh dari “kemustahilan “ ini seharusnya membuat kita menjadi penasaran dan gelisah. Dengan alat dan intuisi apa penghuni gua yang masih primitif itu dapat menggambarkan bintang-bintang dalam posisinya yang tepat itu? Di bengkel presisi manakah lensa itu di potong? Bagaimana orang pada waktu itu dapat melebur dan mencetak platina, yang bertitik lebur 1.800º C itu? Dan bagaimana orang-orang Cina kuno dapat membuat alumunium, sejenis logam yang harus diekstraksikan dari bauxite dengan tek nik kimiawi yang sangat rumit. Pertanyaan-pertanyaan yang mustahil, tetapi apakah ini berarti bahwa kita tidak perlu menanyakannya?

Oleh karena kita tidak bersedia untuk menerima atau membenarkan bahwa sebelum teknologi dan kebudayaan kita sendiri pernah ada teknologi dan kebudayaan yang lebih tinggi dan lebih sempurna, maka yang tertinggal hanyalah tentang kunjungan dari angkasa luar. Selama arkeologi disalurkan seperti yang telah dijalankan sampai sekarang, kita tidak akan pernah mendapat kesempatan untuk menemukan apakah masa lampau kita yang samar-samar itu benar-benar samar ataukah cerah sekali.

Suatu tahun arkeologi utopi telah tiba saatnya di mana para arkeologis, para akhli fisika, para kimiawan, para geologis, para akhli metalurgi; para akhli dari segala cabang ilmu pengetahuan ini harus memusatkan daya upaya kepada satu-satunya pertanyaan : “Benarkah nenek moyang kita pernah menerima kunjungan dari angkasa luar?”. Sebagai contoh misalnya, seorang akhli metalurgi mungkin dapat menerangkan dengan cepat dan singkat betapa rumitnya memproduksikan alumunium. Apakah tidak masuk di akal bahwa seorang akhli fisika dapat segera mengenali suatu rumus dalam suatu lukisan pada batu karang? Seorang kimiawan dengan perkakas-perkakasnya yang sangat sempurna mungkin dapat memperkuat asumsi bahwa tugu dibuat dari batu karang dengan jalan membasahi seratan-seratan kayu atau menggunakan asam-asam yang tak dikenal.

Para geologis harus menjawab sederetan pertanyaan-pertanyaan tentang hal apa yang penting dari endapanendapan pada Abad Es. Team bagi tahun arkeologis utopia, selayaknya pula meliputi sekelompok penyelam yang akan menyelidiki Laut Mati, apakah di dasarnya terdapat bekas-bekas ledakan atom yang radioaktif di atas Sodom dan Gommorah.

Mengapa perpustakaan tertua itu malah adanya dalam perpustakaan rahasia dunia? Apakah sebenarnya yang ditakuti orang? Apakah mereka cemas akan kebenaran yang sampai sekarang masih dilindungi dan ditutupi selama beribu-ribu tahun akhirnya terungkap?

Penelitian dan kemajuan tak akan dapat di tarik mundur. Selama 4.000 tahun orang Mesir menganggap dewa mereka sebagai makhluk hidup yang sebenarnya. Dalam Abad pertengahan, kita telah memberantas “Sihir” dari semangat ideologi kita yang menyala-nyala. Kepercayaan orang Yunani bahwa mereka dapat meramalkan masa depan dari isi perut angsa, sekarang sudah sama kunonya dengan keyakinan dari orang yang ultrakonservatif bahwa nasionalisme masih mempunyai arti yang paling penting.

Kita harus memperbaiki seribu satu macam kesalahan tentang masa lampau. Keyakinan diri sendiri yang sudah usang itu, sebenarnya hanyalah suatu penyakit kepala batu yang sudah parah sekali. Di meja konferensi,para sarjana ortodoks masih diliputi oleh khayalan bahwa sesuatu harus dibuktikan sebelum orang yang serius dapat atau boleh memperhatikannya.

Di masa lampau siapa saja yang mengajukan suatu pendapat baru yang orisinil pasti menerima hinaan dan siksaan batin dari gereja dan rekan-rekannya. Orang mengira bahwa sesuatu akan menjadi mudah dengan sendirinya. Sekarang sudah tidak ada lagi kutukan, dan api pada tiang penyiksa sudah tidak dijalankan. Yang menjadi halangan sekarang hanyalah tinggal caranya, yakni cara yang tidak spektakuler, sekalipun hamper tidak begitu menghalangi kemampuan. Sekarang segala sesuatunya sudah agak “beradab” tidak “cerewet” seperti dulu-dulu. Teori-teori yang terlalu berani dan gagasan yang tak dapat ditolelir, segera dibungkam atau diberangus oleh ungkapan-ungkapan seperti:

1. Bertentangan dengan peraturan ! (selalu yang baik).
2. Kurang klasik (harus berkesan).
3. Terlalu revolusioner !(tidak ada duanya dalam efek menghambatnya).
4. Universitas-Universitas tak akan sependapat! (bersifat menghukum).
5. Orang lain sudah pernah mencobanya !(tetapi apakah berhasil).
6. Kita dapat melihat manfaatnya ! (justru itulah adanya).
7. Itu belum pernah dibuktikan !(itulah yang justru harus dibuktikan).

Lima ratus tahun yang lalu seorang sarjana berteriak di dalam sidang peradilan: “Hanya orang gila yang mengatakan bahwa dunia itu mungkin bentuknya bulat. Sebab kalau demikian segala apa yang ada di belahan bawahnya akan berjatuhan ke dalam ruang kekosongan, kehampaan!”. Sedangkan yang lain memperkuatnya dengan mengatakan: “Tidak ada disebut dalam Injil, bahwa bumi berputar mengelilingi matahari! Karena itu setiap ketetapan demikian, pasti perbuatan setan!”.

Agaknya sudah merupakan ciri khas zaman itu, bahwa setiap gagasan baru dihadapi dengan kepicikan. Tetapi di ambang abad ke duapuluh satu mendatang ini pekerja penelitian harus sudah siap dengan kenyataan, dengan realitas. Ia harus berkeinginan kuat untuk mengubah hukum dan pengetahuan yang sudah berabadabad lamanya dianggap sangat keramat. Tetapi oleh pengetahuan baru disangsikan kebenarannya sekalipun ada sepasukan tentara yang berusaha menggagalkannya.Dunia baru harus ditundukkan demi kebenaran dan realitas.

Dua puluh tahun yang lalu setiap orang dari kalangan ilmiawan membicarakan satelit, kelihatannya bagaikan sedang melakukan bunuh diri dalam arti akademis. Sekarang sudah tidak terhitung ba nyaknya satelit buatan manusia yang mengitari planet-planet lain, mengitari matahari bersama-sama planet alamiah, mendarat di bulan; memotret planet venus, mars; dan dengan radio mengirimkan potret-potret yang prima ke bumi, tentang pemandangan yang belum pernah kita lihat sebelumnya. Ketika potret-potret itu dikirim ke bumi dalam tahun 1958, tenaga yang dibutuhkan untuk itu hanyalah 0,000,000,000,000,000,01watt Suatu jumlah yang tak terkatakan lagi kecilnya.

Sekarang semua itu sudah tidak dianggap luar biasa. Kata “mustahil” sekarang harus secara harafiah mustahil ada, dengan perkataan lain para sarjana harus tidak mengenal “mustahil”. Setiap orang yang sekarang tidak mau menerima kenyataan ini besok akan tergilas oleh kenyataan itu sendiri. Oleh karena itu mari kita berpegang teguh kepada teori yang menetapkan bahwa beribu-ribu tahun yang lalu, bumi kita pernah dikunjungi oleh astronot-astronot dari planet lain yang jauh sekali.

Kita mengetahui bahwa nenek moyang kita yang dungu dan primitif itu tidak mengetahui apa yang harus mereka lakukan dengan teknologi yang hebat yang dibawa oleh para astronot itu.Para astronot itu dianggap “dewa” yang datang dari bintang-bintang lain dan disembahnya. Para astronot itu tak dapat berbuat lain, kecuali menerima saja dengan sabar pendewaan itu. Para astronot itu di planetnya sendiri barangkali sekalisekali mau menerima penghormatan yang berupa sanjungan itu.

Sebagian bumi kita masih dihuni oleh orang-orang yang masih primitif yang masih menganggap senapan mesin sebagai senjata setan. Sedangkan pesawat udara jet sebaliknya. Mungkin mereka anggap sebagai kendaraan malaikat. Suara yang ke luar dari pesawat penerima radio mungkin dianggapnya suara dewa.

Orang-orang primitif terakhir ini pun akan mewariskan kesan-kesan mereka secara turun-temurun dalam hikayatnya, tentang kemajuan teknik yang kita sendiri mengganggapnya sebagai sesuatu yang sudah seharusnya demikian. Mereka masih menggambarkan dewa mereka dan kapal-kapal ajaib yang datang dari langit dengan corat coret pada batu karang di dinding gua. Dengan cara ini mereka telah menyimpan apa yang kita capai sekarang. Gambar-gambar dalam gua di Kohistan Perancis, di Sahara dan Peru, di Amerika Utara, dan Rhodesia Selatan maupun yang di Chili; semuanya membenarkan teori kita.

Henry Lhote seorang sarjana Perancis, menemukan beberapa ribu lukisan dinding dengan cat di Tassili-Zahara, yaitu mengenai bintang dan orang yang diantaranya ada orang berpakaian indah tetapi pendek. Orang itu dilukis membawa tongkat yang diujungnya terdapat kotak yang sukar dijelaskan. Berdekatan dengan gambar bintang-bintang terdapat makhluk yang memakai semacam pakaian menyelam. Makhluk ini yang oleh Lhote di sebut dewa Mars, tingginya 18 kaki. Kalau semua gambar-gambar itu harus cocok dengan pola pemikiran kuno, maka orang-orang yang mewariskan gambar-gambar itu kepada kita tidak mungkin keadaannya seprimitif yang kita duga. Tetapi bagaimana pun juga, untuk membuat gambar setinggi 18 kaki itu orang pasti telah menggunakan peran cah, sebab tanah di dalam gua itu dalam jutaan tahun terakhir ini tidak ada tanda-tanda pernah di garuk atau digali.

Tanpa melebih-lebihi khayalan, saya mendapat kesan bahwa dewa Mars itu telah dibuat dengan menggunakan pakaian menyelam (jadi waktu itu gua dan sekitarnya masih terendam dalam air) atau dengan menggunakan pakaian terbang. Di pundaknya, dewa Mars itu memikul semacam helm yang dihubungkan dengan batang tubuhnya oleh semacam penyambung. Pada helm itu terdapat banyak lubang atau celah seperti lubang hidung atau lubang mulut. Gambar ini memang unik tetapi gambar-gambar yang aneh seperti ini banyak pula terdapat di Tassili.

Di tempat-tempat lain seperti Amerika Serikat, di Tulare suatu daerah di California, terdapat pula gambargambar serupa. Saya juga ingin percaya bahwa seniman-seniman primitif itu tidak teram pil dan bahwa hanya cara itulah yang dapat mereka lakukan dalam menggambarkan makhluk-makhluk atau benda-benda. Tetapi dalam hal dewa Mars itu bagaimana mungkin bagi penghuni gua yang masih setengah beradab itu untuk menggambarkan manusia sesempurna itu. Jadi mungkin gambar itu telah dibuat oleh seniman-seniman yang cukup cakap untuk melukiskan apa yang benar-benar telah mereka lihat, bukan khayalan. Di propinsi Inyo di California, terdapat gambar suatu bentuk geometris yang menyerupai mistar hitung berangka ganda. Para arkeologis berpendapat bahwa gambar itu melukiskan angka-angka dari para dewa. Di Siyak, Perancis, pada jambangan tembikar terdapat gambar binatang yang tak diketahui orang dari jenis apa yang mempunyai tanduk tegak lurus dan besar sekali. Betapa tidak aneh binatang itu? Ke dua tanduknya mempunyai spiralspiral yang menuju ke kiri dan kanan. Kalau anda ingin mengetahui bagaimana gambar itu rupanya, bayangkan saja dua batang logam yang dibungkus dengan isolasi pos lain seperti yang sering kita lihat di gardu-gardu PLN. Apakah yang dikatakan para arkeologis tentang itu? Dengan mudahnya mereka mengatakan bahwa gambar itu adalah simbol dari pada dewa.

Dewa-dewa itu tinggi nilainya. Orang lain menerangkan bahwa sebagian besar mungkin segala yang tidak diketahuinya benar-benar dilakukan dengan cara menghubungkannya dengan yang gaib-gaib saja. Di alam yang serba gaib ini orang mendapatkan ketentraman batin dan dapat hidup damai. Setiap patung kecil, setiap benda hasil budaya yang terkumpulkan, setiap benda hasil penyatuan pecahan-pecahan barang purbakala, selalu mereka hubungkan-hubungkan dengan sesuatu kepercayaan atau sebangsanya. Tetapi kalau ada sesuatu benda yang tidak cocok dengan ketentuan agama yang ada, sekalipun dengan paksa dicocokcocokkan, maka disulaplah suatu cara pemujaan orang sinting, seperti halnya tukang sulap menyulap kelinci dari dalam kayu. Maka terpecahlah persoalannya.

Tetapi bagaimana kalau gambar-gambar dinding di Tassili, atau di Amerika Serikat atau di Perancis benarbenar mereproduksikan apa yang pernah dilihat orang-orang primitif? Apa yang harus kita ka takan, jika spiral pada tanduk dewa Mars itu benar-benar menggambarkan antena, tepat seperti apa yang dilihat orang-orang primitif pada dewa yang tidak dikenalnya? Apakah tidak mungkin bahwa apa yang seharusnya tidak ada, kenyataannya memang pernah ada?

Jadi, seorang semi beradab yang namun cukup terampil untuk membuat lukisan-lukisan dinding, sebenarnya tak mungkin setengah beradab. Gambar dinding yang melukiskan wanita putih di Brandenberg, Afrika Selatan,mungkin gambar dari abad ke duapuluh ini. Wanita itu bercelana ketat, memakai sarung tangan tali, kaos kaki dan selop. Wanita itu tidak sendirian, di belakangnya ada seorang lelaki kurus membawa tongkat berduri, ia memakai helm yang berkelap menadah sinar matahari. Dengan mudah gambar ini dianggap gambar modern, tetapi yang menjadi persoalan ialah bahwa gambar itu terdapat dalam gua. Semua dewa yang digambarkan pada lukisan dalam gua di Swedia dan Norwegia berkepala sama dan aneh. Para arkeologis menyebutnva kepala binatang. Tetapi apakah tidak menggelikan kalau ada umat yang menyembah kepala binatang. Dan apakah tidak menggelikan kalau ada umat yang me nyembah makhluk yang juga mereka sembelih untuk dimakan? Kita sering melihat kapal terbang dan lebih sering lagi yang berantena khas.

Patung-patung berpakaian berat terdapat lagi di Val Camonica, Brescia Itali. Patung-patung itu juga bertanduk. Saya bukan hendak bersikeras menyatakan bahwa para penghuni gua Itali itu bepergian pulang pergi antara Itali dan Amerika Utara atau Swedia, atau antara Sahara dan Spanyol untuk mengajarkan pembawaan dan daya cipta mereka. Namun demikian pertanyaan tetap mengiang di telinga : “Mengapa manusia primitif di berbagai tempat yang berjauhan satu sama lain dan masing-masing bebas dari satu sama lain, membuat patung-patung yang serupa ; yakni makhluk berpakaian berat dan berantena di kepalanya. Kalau patungpatung demikian itu hanya terdapat di suatu tempat, saya tidak akan membuang-buang waktu untuk mempersoalkannya. Tetapi, seperti dikatakan di atas, benda-benda ganjil dan aneh itu terdapat hamper dimana-mana.

Setelah kita melihat jauh ke belakang ke masa silam kita dengan pandangan zaman sekarang dan menggunakan fantasi zaman teknologi sekarang untuk mengisi jurang pemisah antara kedua zaman itu, maka kerudung yang menyelubungi kegelapan mulailah tersingkap.

(Erich von Däniken)
Continue reading Dunia yang Hilang di Masa Lampau