Keterangan tentang masa lampau kita yang
bersejarah itu kita kumpulkan dari pengetahuan tidak langsung. Kita telah
menggunakan hasil-hasil penggalian, naskah-naskah kuno. Iukisan-lukisan dalam
gua, legenda-legenda dan lain sebagainya untuk menyusun suatu hipotesa kerja.
Dari semua bahan itu telah dibuat mosaik yang mengesankan dan menarik, Tetapi
mosaik itu merupakan produk dari pola pemikiran yang telah dipertimbangkan
terlebih dahulu. Bagian-bagiannya selalu dapat kita pasang ke dalam pola itu
sekalipun sering sekali harus menggunakan perekat yang terlalu jelas terlihat.
Karena itu kebenaran dari masa lampau kita yang bersejarah itu, hanyalah relatif sifatnya. Bila dari masa lampau muncul aspek baru maka betapa pun populernya, hipotesa kerja itu harus diganti dengan yang baru. Kiranya sekarang telah tiba saatnya untuk memperkenalkan suatu hipotesa kerja baru yang akan kita tempatkan di pusat penelitian tentang masa lampau kita.
Continue reading Dunia yang Hilang di Masa Lampau
Suatu peristiwa pasti telah terjadi
dengan sesuatu cara tertentu. Dan hanya dengan cara tertentu itu sajalah, tidak
dengan cara lain. Lihatlah kalau memang itu yang dikehendaki oleh para sarjana
memang dengan cara itulah terjadinya peris tiwa tersebut. Kita memang berhak
untuk meragukan setiap pola pemikiran yang diterima atau suatu hipotesa kerja,
karena jika sesuatu gagasan tidak dipertanyakan, berarti penelitian telah
selesai.
Karena itu kebenaran dari masa lampau kita yang bersejarah itu, hanyalah relatif sifatnya. Bila dari masa lampau muncul aspek baru maka betapa pun populernya, hipotesa kerja itu harus diganti dengan yang baru. Kiranya sekarang telah tiba saatnya untuk memperkenalkan suatu hipotesa kerja baru yang akan kita tempatkan di pusat penelitian tentang masa lampau kita.
Pengetahuan baru tentang tatasurya dan
alam semesta, tentang makro kosmos
dan mikro kosmos, kemajuan-kemajuan hebat
dalam teknologi dan pengobatan, dalam biologi dan geologi, awal wisata ruang
angkasa dan hal-hal lain; kesemuanya ini sama sekali mengubah gambaran dunia
kita hanya dalam waktu kurang dari lima puluh tahun.
Sekarang kita mengetahui bahwa ada kemungkinan
untuk membuat pakaian ruang angkasa yang dapat menahan perbedaan walau besar
sekali antara panas dan dingin. Sekarang kita mengetahui, bahwa wisata ruang
angkasa bukan lagi merupakan gagasan utopis. Kita telah mengenal keajaiban
televisi berwarna seperti pengetahuan kita tentang bagaimana mengukur kecepatan
cahaya dan menghitung konsekwensi dari teori relativitas. Gambaran dunia kita
yang sudah membeku itu sekarang mencair kembali. Hipotesa-hipotesa kerja baru memerlukan
norma, memerlukan patokan. Misalnya, di kemudian hari arkeologi kita tidak lagi
hanya persoalan penggalinya. Pengumpulan dan penggolongan penemuan-penemuan
arkeologis semata, tidak akan memadai. Kalau ingin mendapatkan gambaran yang
dapat dipercaya tentang masa silam kita dari arkeologi itu, cabang ilmu
pengetahuan lain harus diikut sertakan dalam penelitian.
Mari kita masuki alam mustahil itu dengan
pikiran terbuka dan penuh dengan rasa ingin tahu. Mari kita coba untuk
mengambil dan menguasai harta peninggalan yang diwariskan oleh para dewa itu. Pada
awal abad ke delapan belas, di istana Topkapi Turki, ditemukan peta-peta kuno.
Peta itu adalah milik seorang perwira tinggi Angkatan Laut Turki Laksamana Piri Reis. Dua buah atlas yang disimpan
di perpustakaan negara di Berlin yang memuat gambar tang tepat dari laut Tengah
dan daerah sekitar laut Mati, juga berasal dari Laksamana Piri Reis ini.
Semua peta ini telah diserahkan kepada Arlington H. Mallerey seorang Kartograf
Amerika untuk diteliti. Mallerey memperkuat fakta yang luar biasa bahwa semua
data geografi terdapat pada peta-peta itu, tetapi tidak digambar pada tempat
yang semestinya. Ia minta bantuan dari Walters
seorang kartograf dari Biro Hidrografi Angkatan Laut Amerika Serikat. Mallerey
dan Walters bersama-sama menyusun suatu skala dan mentransformasikan peta itu
menjadi bola dunia. Mereka membuat penemuan yang menggemparkan. Petanya memang
cermat, bukan hanya mengenai Laut Tengah dan Laut Mati saja melainkan
pantai-pantai Amerika Utara dan Selatan bahkan garis-garis tinggi Permukaan
Samudra Antartika pun dilukiskan dengan persis sekali pada peta Piri Reis itu.
Peta itu bukan hanya memproduksikan garis besarnya benua-benua melainkan juga topografi
dari daerah-daerah pedalaman. Pegunungan, puncak gunung, pulau, sungai dan dataran
tinggi; semuanya digambarkan dengan ketepatan yang luar biasa.
Dalam tahun 1957 Tahun Geografis,
peta-peta itu diserahkan kepada Bapak Jesnit
Lineham, yang menjabat direktur dari Weston Observatory merangkap juru
potret pada Angkatan Laut Amerika Serikat. Setelah memeriksanya dengan cermat,
Bapak Lineham pun hanya dapat memperkuat ketepatannya yang fantastis itu bahkan
sampai mengenai daerah daerah yang di masa sekarang jarang sekali dipelajari.
Yang paling menonjol ialah bahwa pegunungan di Antartika yang baru ditemukan
pada tahun 1952, dalam peta Reis telah terdapat. Pegunungan itu telah tertutup
oleh es beratus-ratus tahun lamanya . Peta kita sekarang dibuat berdasarkan
hasil pemetaan dengan menggunakan alat-alat gema suara.
Penyelidikan terakhir yang dilakukan oleh
Profesor Charles. H. Hapgood dan
akhli matematika Richard W. Strachan
telah memberikan informasi yang lebih mengherankan lagi. Setelah diadakan
perbandingan dengan hasil pemotretan bulatan dunia kita yang di lakukan secara
modern dari satelit, perbandingan itu menunjukkan bahwa peta aslinya dari Piri
Reis itu pasti telah dibuat berdasarkan hasil pemotretan dari udara dengan
ketinggian yang jauh sekali, Nah! Bagaimana menjelaskan hal demikian itu?
Sebuah kapal ruang angkasa terbang diam
di atas Kairo dan membidikkan kameranya lurus ke bawah. Setelah filmnya dicuci
maka akan terdapat gambaran ini; segala sesuatu yang ada dalam radius kira-kira
5.000 mil dari Kairo akan direproduksikan secara tepat, karena semuanya ada di
bawah lensa. Tetapi negara-negara dan benua-benua di luar radius itu akan
berubah reproduksinya dari keadaan sebenarnya. Semakin jauh pandangan kita dari
titik pusat gambar, semakin banyak penyimpangan atau perubahan gambarnya.
Mengapa ini semua? karena bumi ini berbentuk bulatan, benua-benua yang jauh
dari titik pusat “tenggelam ke bawah”.
Amerika Selatan misalnya, tampaknya
berubah dengan janggal sekali pada ukuran memanjangnya, persis seperti
perubahan pada peta Piri Reis..! Dan juga persis seperti hasil-hasil pemotretan
yang dilakukan satelit bukan dari Amerika. Ada satu atau dua pertanyaan yang
dapat dijawab dengan cepat. Tak dapat disangsikan, bahwa nenek moyang kita tak
pernah membuat peta-peta itu. Namun demikian tak dapat disangsikan pula,bahwa
peta-peta itu telah dibuat dengan menggunakan bantuan teknik modern yakni dari
udara.
Harus bagaimana kita menerangkan itu?
Haruskah kita merasa puas dengan legenda yang di ceritakan oleh seorang dewa
kepada seorang pendeta tinggi? Atau tak usah kita perdulikan semua itu dan tak
usah mengindahkan keajaiban karena peta-peta itu cocok dengan gambaran dunia
mental kita? Atau kita harus berani mengusik sarang tawon dan menyatakan bahwa
kartografi dari bola dunia kita itu dibuat dari pesawat udara yang terbang
tinggi atau dari suatu kapal ruang angkasa? Diakui bahwa peta milik Laksamana
Turki itu tidak originil. Peta itu entah merupakan salinan keberapa kalinya.
Namun demikian sekalipun misalnya peta itu telah ada sejak abad ke delapan
belas, jadi ketika ditemukan baru saja selesai dibuat, kenyataan-kenyataan ini semua
sama saja, tidak dapat dijelaskan. Siapapun yang telah membuatnya, orang itu
pasti telah pernah mampu mengudara dan mampu memotret dari udara.
Tidak jauh dari laut, pada punggung
gunung Peruvia di Andes, terletak suatu kota kuno Nazca. Di lembah Palpa
terdapat sebidang tanah datar yang panjangnya 37 mil, lebar 1 mil bertaburkan
batu-batu kecil yang menyerupai besi berkarat. Penduduk setempat menyebut
daerah ini “pampa” (=daerah tak berpohon-pohonan), walau tetumbuhan apapun tak
mungkin hidup di sana. Jika anda terbang di atas wilayah ini yakni dataran
Nazca anda akan dapat melihat garis besar-besar, yang dirancang secara
geometris; beberapa diantaranya sejajar sedangkan yang lainnya saling
berpotongan atau dikelilingi oleh bidang-bidang trapesoidal.
Para arkeologis menyebut garis-garis ini
“Jalan
Inca” Gagasan tak masuk akal..! Apa manfaatnya bagi orang Inca jalan
yang satu sama lainnya se jajar ini? Apa lagi yang saling berpotongan? Semuanya
dirancang di atas tanah datar lalu tiba-tiba buntu? Tentu saja tembikar dan
barang-barang keramik lainnya ditemukan juga di sini.
Tetapi menghubung-hubungkan garis yang di
susun secara geometris itu dengan kebudayaan Nazca, hanya karena alasan itu
saja, sudah tentu merupakan penyederhanaan sesuatu secara berlebih-lebihan. Sampai
tahun 1952 tidak ada penggalian yang serius di daerah ini. Tidak ada urutan
waktu yang nyata tentang penemuan-penemuan itu. Baru sekarang garis-garis dan
bentuk-bentuk geometris itu telah diukur. Hasilnya menetapkan bahwa garis-garis
itu telah dirancang sesuai dengan rencana astronomis. Profesor Alden Mason seorang akhli dalam kepurbakalaan Peruvia,
menduga bahwa dalam jajaran garis itu terdapat tanda-tanda semacam agama dan
juga semacam kalender.
Dilihat dari udara, dataran Nazca yang 37
mil panjangnya itu, kesan saya jelas sekali bagaikan sebuah lapangan terbang. Bagian
yang manakah tentang gagasan ini yang tak masuk akal atau yang dibuat-buat?
Penelitian tidak mungkin terwujud sebelum obyek yang harus diteliti ditemukan..!
Sekali ditemukan, maka barang itu digosok, dipotong dan diratakan
pinggir-pinggirnya sampai menjadi batu yang cukup ajaib, cocok dan sesuai
dengan mosaik yang telah ada. Arkeologi klasik tidak membenarkan bahwa rakyat
pra-Inca pernah mempunyai teknik pengukuran tanah yang sempurna. Dan teori yang
mengatakan bahwa di zaman purbakala pernah ada pesawat udara adalah omong
kosong belaka. Lalu dalam hal itu, apa gunanya garis-garis di Nazca itu?
Dugaan saya, garis-garis itu mungkin
dirancang secara besar-besaran menurut sesuatu model, dan menggunakan suatu
sistem koordinator, atau mungkin juga dirancang menurut instruksi yang datang
dari sebuah pesawat udara. Untuk mengatakan dengan pasti, bahwa apakah dataran
rendah di Nazca itu dulunya adalah sebuah lapangan terbang, juga belum
memungkinkan. Jika besi pernah dipergunakan, tentu sudah tak akan ditemukan lagi
di sana, karena besi pra sejarah tak dikenal orang. Logam akan berkarat dalam
beberapa tahun saja; sedangkan batu tak pernah berkarat. Apakah salah tentang
gagasan bahwa garis-garis itu dirancang untuk seolah-olah mengatakan kepada
para dewa: “Mendaratlah di sini. Segala sesuatunya telah kami buat sesuai
dengan perintahmu?”.
Para pembuat garis berbentuk geometris
mungkin tak pernah memahami apa yang mereka lakukan. Tetapi barangkali mereka
tahu benar apa yang para dewa butuhkan untuk mendarat. Gambar-gambar besar yang
tak dapat disangsikan bahwa semuanya telah dibuat sebagai isyarat bagi makhluk yang
melayang-layang di udara, banyak ditemukan di lereng-lereng pegunungan di Peru.
Adakah guna lain dari kesemuanya itu? Satu di antara gambar-gambar yang paling
aneh ialah yang diukir pada dinding tinggi dari batu karang terjal berwarna
merah di Teluk Pisco. Jika anda datang ke tempat itu dengan kapal laut, dari jarak
12 mil lebih anda akan dapat melihat suatu bentuk yang tingginya hampir 820
kaki, dan jika secara main-main anda berkata: “Itu seperti .......” maka reaksi anda ialah bahwa karya pemahat
patung ini seperti suatu tangkai kail raksasa atau seperti sebatang tempat
lilin raksasa. Seutas tambang yang panjang ditemukan pula pada pilar tengah
dari batu ini. Apakah ini dulu digunakan sebagai pendulum?
Secara jujur harus kita akui bahwa
bagaikan meraba-raba di dalam kegelapan apa bila kita mencoba menjelaskannnya.
Hal ini tak dapat pula dimasukkan ke dalam dogma-dogma yang telah ada. Ini
bukan berarti bahwa tidak mungkin ada suatu muslihat yang diperoleh dari cara
berpikir arkeologis yang dapat diterima, untuk digunakan oleh para sarjana
menyusun phenomena ini ke dalam mosaik besar. Tetapi apa yang mungkin telah
mendorong rakyat pra Inca untuk membuat garis-garis fantastis atau
landasan-landasan pendaratan itu di Nazca? Otak miring apa yang mendorong
mereka untuk menciptakan tanda dari batu setinggi 820 kaki itu pada dinding
batu karang merah di Lima Selatan?
Tugas untuk membuat kesemuanya itu akan
memakan waktu berpuluh-puluh tahun apabila dilaksanakan tanpa mesin dan
peralatan modern. Seluruh kegiatan mereka tidak akan berguna jika hasil dari
segala upayanya bukan dimaksudkan sebagai isyarat kepada makhluk yang datang
dari langit. Pertanyaan yang masih harus dijawab ialah; Mengapa mereka berbuat
demikian, kalau bukan karena mereka mengetahui bahwa makhluk terbang itu
benar-benar ada?.
Pengenalan hasil penemuan tidak lagi
hanya masalah arkeologi. Suatu dewan yang terdiri dari sarjana-sarjana dari
berbagai bidang penelitian pasti dapat membawa kita pada pendekatan pemecahan
teka-teki itu. Pertukaran pendapat menghasilkan wawasan yang terang. Oleh
karena para sarjana tidak menanggapi persoalan demikian secara serius, maka
terdapat bahaya bahwa penelitian tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.
Adakah wisatawan ruang angkasa dalam
kabut kelabu? Suatu pertanyaan yang tidak dapat diterima bagi para akademisi.
Setiap orang yang bertanya demikian perlu minta pertolongan doktor penyakit
jiwa. Tetapi pertanyaan tetap pertanyaan dan tetap mengiang di telinga sampai
terjawab. Dan pertanyaan yang tak dapat diterima seperti itu masih banyak.
Sebagai contoh, apa kiranya yang akan dikatakan orang, kalau ada kalender yang
menunjukkan hari atau tanggal di mana siang dan malam sama panjang, menunjukkan
musim-musim stronomis, posisi bulan tiap jam dan juga peredaran bulan, bahkan
sampai memperhitungkan rotasi bumi?
Pertanyaan itu tidak hanya hipotetis.
Kalender semacam ini ada. Kalender ini telah ditemukan dalam lumpur kering di Tiahuanaco. Suatu penemuan yang
membingungkan. Penemuan yang mengandung fakta yang tak dapat dibantah, dan
membuktikan bahwa makhluk hidup yang membuat, yang menemukan (menciptakan) dan
menggunakan kalender itu mempunyai kebudayaan yang lebih tinggi dari pada kita.
Penemuan lain yang fantastis sekali ialah
“Berhala
Besar”, terbuat dari satu balok tunggal batu pasir yang panjangnya
lebih dari 24 kaki, seberat 20 ton. Berhala itu ditemukan di dalam Kuil Tua. Di
sinipun dijumpai lagi suatu kontradiksi antara mutu tinggi serta presisi
beratus-ratus simbol yang terdapat pada seluruh tubuh berhala itu dengan teknik
primitif pembuatan bangunan di mana berhala itu ditempatkan. Memang nama Kuil Tua
itu cocok karena teknik pembuatannya yang primitif itu.
H.S.
Bellamy dan P. Allan dalam bukunya yang berjudul “The
Great Idol Tiahuanaco” telah membuat suatu interpretasi yang cukup
beralasan tentang simbol-simbol itu. Mereka berkesimpulan bahwa simbol-simbol
itu merupakan catatan kumpulan yang sangat banyak tentang pengetahuan
astronomis, yang sebetulnya didasarkan kepada bentuk bumi yang bulat ini.
Selanjutnya mereka simpulkan bahwa cacatan itu cocok sekali dengan Teori
tentang satelit, karya Hoerbiger yang di terbitkan tahun 1927, lima tahun
sebelum patung berhala itu ditemukan. Teori ini mendalilkan bahwa sebuah
satelit pernah tertangkap oleh bumi. Karena satelit itu ditarik mendekat ke
bumi, maka satelit itu memperlambat perputaran bumi pada sumbunya. Akhirnya
satelit itu hancur dan diganti oleh bulan.
Simbol-simbol pada badan berhala itu
mencatat dengan tepat phenomena yang dapat sejalan dengan teori ini pada waktu
satelit itu sedang mengorbit mengitari bumi sebanyak 425 kali putaran dalam
satu tahun yang berumur 288 hari. Mereka terpaksa berkesimpulan bahwa berhala
itu mencatat keadaan benda-benda langit pada 27.000 tahun yang lalu. Mereka
menulis: “Pada umumnya prasasti pada
patung berhala itu memberikan kesan bahwa prasasti itu diciptakan juga sebagai
catatan untuk generasi-generasi mendatang. Memang di sini terdapat suatu benda purbakala yang perlu
diterangkan lebih jelas dari pada hanya disebut “Seorang Dewa Kuno”.
Jika interpretasi tentang simbol-simbol
ini dapat diperkuat, bila pertanyaan: “Apakah
pengetahun tentang astronomi ini benar-benar dikumpulkan oleh rakyat yang masih
harus lebih banyak belajar tentang bangunan, ataukah datang dari sumber yang
ada di luar bumi ini?”. Bilamana salah satu saja dari ke dua hal itu tergali
adanya kumpulan pengetahuan yang cerdik dan rumit pada 27.000 tahun yang lalu itu
(yang ditunjukkan baik oleh patung berhala maupun oleh kalender), adalah suatu
gagasan yang mengagetkan.
Kota
Tiahuanaco itu penuh dengan rahasia. Kota itu terletak pada ketinggian lebih dari 13.000 kaki dan bermil-mil
jauhnya dari kota-kota lain. Jika anda berangkat dari Cuzco, Peru, anda akan
mencapai kota dan tempat-tempat penggalian itu setelah mengadakan perjalanan
beberapa hari dengan kereta api dan kapal laut Dataran tingginya mirip dengan
suatu pemandangan di planet yang belum dikenal. Kerja tangan adalah siksaan
Wagi siapa saja yang bukan penduduk asli di sana. Tekanan udaranya kira-kira
setengah dari tekanan udara di atas permukaan laut dan sehubungan dengan itu
kandungan oksigen dalam udaranya sudah tentu sedikit sekali. Namun demikian di
atas dataran tinggi ini berdiri suatu kota yang besar sekali. Tidak ada tradisi
otentik mengenai Tiahuanaco ini. Dalam hal ini barang kali kita harus merasa
gembira bahwa jawaban-jawaban yang dapat diterima tidak dapat dicapai dengan
bersandar kepada cara belajar kuno yang turun-temurun itu. Di atas reruntuhan
yang sangat tua itu (kita tidak tahu berapa ribu tahun tuanya), mengapunglah
kabut masa lampau, kedunguan dari misteri atau kegaiban. Balok-balok batu pasir
seberat 100 ton yang ditumpungi dengan balok-balok lain seberat 60 ton
dijadikan dinding. Bidang-bidang lain yang bertepi dan bersudut tepat pada
persambungan dengan batu-batu persegi lainnya, yang disatukan oleh jepitan yang
terbuat dari tembaga. Di samping itu, semua susunan batu itu telah dikerjakan
secara rapi sekali. Lubanglubang sedalam 8 kaki yang sampai sekarang belum
dijelaskan untuk apa terdapat dalam balok batu yang beratnya 10 ton. Batu ubin
yang sudah aus, yang panjangnya 16,5 kaki dan merupakan satu potong batu tanpa
sambungan juga tidak membantu memecahkan teka-teki yang terdapat di Tiahuanaco
itu. Saluran air yang terbuat dari batu sepanjang 6 kaki dan lebar 1,5 kaki,
terdapat bertebaran di atas lantai bagaikan mainan.
Tebaran benda-benda itu pasti
disebabkan oleh bencana alam yang dahsyat. Penemuan ini telah mengejutkan kita
karena hasil karyanya yang begitu cermat. Apakah nenek moyang kita di
Tiahuanaco tidak dapat berbuat sesuatu yang lebih baik dari pada menghabiskan
waktu bertahun tahun membuat saluran seperti itu tanpa peralatan sedemikian
cermatnya, sehingga kalau dibandingkan maka saluran air kita yang modern dan
terbuat dari beton itu seolah-olah hanyalah hasil pekerjaan yang ceroboh
belaka?
Di halaman kuil yang sekarang telah
dipugar, terdapat sekumpulan patung kepala campur aduk, yang kalau diperhatikan
dari dekat adalah merupakan kumpulan dari berbagai ras; karena sebagian mukanya
ada yang berbibir tipis, ada yang berbibir tebal; sebagian ada yang berhidung
panjang, ada yang berhidung lengkung; sebagian ada yang berkuping tipis bagus,
ada yang berkuping tebal; sebagian berwajah lembut, ada yang wajahnya ber
sudut-sudut. Dan sebagian dari kepala-kepala itu berhelm aneh. Apakah
bentuk-bentuk wajah yang tak dikenal ini dimaksudkan untuk mencoba menyampaikan
pesan kepada kita bahwa kita tidak dapat dan tidak akan mengerti karena dicegah
oleh sikap kita yang keras kepala dan berprasangka?.
Salah satu keajaiban arkeologi dari
Amerika Selatan ialah Gerbang Monolitas Matahari di Tia huanaco yakni suatu
patung raksasa yang tingginya hampir 10 kaki, lebarnya 16 ½ kaki, dipahat dari
satu balok batu tunggal. Beratnya ditaksir lebih dari 10 ton. Empatpuluh
delapan buah bujursangkar yang disusun dalam tiga deretan, mengapit patung yang
menggambarkan dewa terbang. Apakah yang diceritakan legenda tentang kota Tiahuanaco
yang misterius itu?
Alkisah, dikatakan orang bahwa sebuah
kapal ruang angkasa terbuat dari emas pernah datang dari bintang; di dalamnya
terdapat seorang wanita yang bernama Oryana, yang akan melaksanakan tugas di
bumi ini yakni menjadi Ibu Agung. Oryana hanya mempunyai empat jari yang di
sela-selanya berselaput seperti jari-jari kaki bebek. Ibu Agung Oryana
melahirkan 70 orang anak bumi, setelah itu ia kembali ke bintang tempat
asalnya. Memang di Tiahuanaco ditemukan pahatan-pahatan batu karang yang
menggambarkan makhluk hidup yang berjari empat. Abadnya tak dapat di tentukan.
Tiada seorang pun dan dari abad mana pun yang telah kita ketahui pernah melihat
Tiahuanaco dalam keadaan utuh.
Rahasia apakah yang disembunyikan kota
ini? Pesan apakah yang dikirim dari dunia lain, yang menanti pemecahannya pada
dataran tinggi di Bolivia itu? Tidak ada penjelasan yang masuk akal mengenai
awal dan akhir kebudayaan ini. Hal ini sudah tentu tidak akan menghentikan beberapa
arkeologis membuat ketentuan yang berani dan berkeyakinan pribadi menetapkan
bahwa tempat re runtuhan itu telah berumur 3.000 tahun.
Mereka menentukan zaman ini berdasarkan
beberapa patung yang menggelikan terbuat dari tanah dan yang tak mungkin mempunyai
sangkut paut dengan zaman monilit. Para sarjana mempermudah sesuatunya demi kepentingan
mereka. Mereka persatukan sejumlah pecahan-pecahan tembikar, men cari dan
meneliti kebudayaan dari satu atau dua zaman yang berdekatan, Kemudian label
dipasang pada penemuan yang telah dipersatukan tadi, dan dengan demikian
cocoklah segala sesuatunya pada pola pemikiran yang telah disetujui. Cara ini
nyata sekali lebih mudah dari pada mencoba gagasan tentang adanya suatu
keterampilan tehnik yang diperlukan di suatu zaman,atau gagasan tentang adanya
wisatawan ruang angkasa dari zaman yang telah lama silam. Percobaan gagasan
demikian dianggap hanya akan mempersulit persoalan, tanpa guna.
Kita juga jangan melupakan Sacsahuaman!
Di sini saya tidak mengingatkan anda kembali kepada system pertahanan Inca yang
fantastis, yang terletak beberapa kaki di atas Cuzco sekarang; juga tidak
kepada balokbalok monolit yang berat semuanya lebih dari 100 ton; juga tidak
kepada dinding-dinding teras yang panjangnya lebih dari 1.500 kaki, dan
lebarnya 54 kaki, yang di depannya sekarang para wisatawan suka membuat foto
untuk suvenir. Saya menunjukkan Sacsahuaman yang tidak dikenal, yang terletak
hanya setengah mil atau lebih dari benteng Inca yang terkenal itu.
Khayalan kita tak mampu memahami sumber
tehnik apa yang telah digunakan nenek moyang kita untuk menambang karang-karang
monolit seberat 100 ton lebih sebuah, kemudian mengangkutnya dan mengolahnya di
tempat yang jauh dari tambang. Tetapi jika kita dihadapkan kepada suatu balok yang
beratnya ditaksir 20.000 ton, maka khayalan kita yang sudah dibuat agak jemu
oleh kemajuan teknik zaman sekarang, mendapat kejutan yang paling dahsyat. Pada
perjalanan pulang dari pertahanan Sacsahuaman, di dalam suatu kawah gunung,
beberapa ratus yard jauhnya dari benteng, pengunjung dapat melihat sesuatu yang
bentuknya aneh. Itu adalah suatu balok batu tunggal sebesar rumah bertingkat
empat. Balok itu telah dihias sempurna sekali dengan seni yang paling tinggi; mempunyai
anak-anak tangga dan jalan-jalan melandai, serta di hiasi dengan spiral-spiral
dan lubang-lubang.
Pembentukan balok batu yang belum pernah
terjadi sebelumnya sudah tentu tidak hanya sekelumit kegiatan di waktu santai
belaka bagi sekelumit orang-orang Inca, bukan? Adakah kemungkinan bahwa
kegiatan itu untuk maksud yang belum dapat dijelaskan? Pemecahan teka-teki itu
dipersulit lagi oleh kenyataan bahwa balok itu berdiri hanya terbalik alias ter
jungkir. Jadi anak-anak tangga itu menurun dari atap; lubang-lubangnya
menghadap kejurusan yang berlainan. Bagaikan lekukan-lekukan pada granat.
Cekungan-cekungan yang aneh, yang dibentuk seperti kursi kelihatan seperti
melayang di udara.
Siapa yang dapat membayangkan bahwa
tangan manusia, usaha menusialah yang menggali, mengangkut, lalu membentuk
balok batu ini? Kekuatan apakah yang telah menjungkirbalikkannya? Kekuatan
raksasa semacam apakah yang dipekerjakan di sini? Dan untuk maksud apa?
Masih dalam keadaan keheran-heranan
karena batu yang aneh bentuknya itu, hanya 900 Yard dari sana, pengunjung akan
menemukan vitrifikasi karang, yakni perubahan karang menjadi semacam kaca yang
hanya mungkin dapat terjadi dengan jalan melabur batu pada suhu yang sangat
tinggi. Para pengunjung diberi tahu dengan tepat bahwa batu karang itu
diturunkan ke bawah oleh gletsiergletsier. Keterangan ini menggelikan.
Gletsier seperti halnya dapat mengalir,
akan mengalir ke bawah hanya ke satu sisi saja. Sifat zat ini hamper tidak
mungkin berubah justru pada saat terjadinya vitrifikasi. Bagaimanapun, tak
dapat diterima akal, bahwa gletsier mengalir turun ke enam arah yang
berbeda-beda di atas areal sekitar 18.000 yard persegi.
Sacsahuaman dan Tiahuanaco menyembunyikan
banyak sekali misteri pra sejarah. Keterangan-keterangan yang beredar mengenai
misteri itu sangat dangkal dan tidak meyakinkan. Selain itu vitrifikasi pasir
terdapat pula di gurun Gobi di sekitar tempat arkeologis tua di Irak. Siapakah
yang dapat menjelaskan mengapa vitrifikasi pasir ini sama benar dengan
vitrifikasi yang terjadi di Gurun Nevada yang disebabkan oleh ledakan atom?
Bilakah akan dikerjakan sesuatu yang
menentukan untuk memberikan jawaban yang meyakinkan kepada teka-teki prasejarah
itu? Di Tiahuanaco terdapat bukit-bukit buatan yang penuh tetumbuhan, yang permukaannya
rata benar, seluas 4.748 yard persegi. Agaknya sangat mungkin bahwa di bawahnya
tersembunyi bangunan-bangunan. Selama belum digali orang parit sepanjang
deretan bukit-bukit itu, misteri itu tidak akan terpecahkan. Tak dapat di
sangkal bahwa uang adalah kurang. Namun demikian para wisatawan sering melihat
prajurit-prajurit dan para perwira yang nyata-nyata tidak mengerti pekerjaan
apa yang berguna dan harus dikerjakan. Apa salahnya kalau penggalian dilakukan
oleh satu kompi tentara di bawah pengawasan seorang akhli?
Uang tersedia untuk sekian banyak hal
lain di dunia. Penelitian sangatlah penting bagi masa depan. Selama masa silam
kita belum terungkap maka buku catatan untuk masa depan tetap kosong. Tak
dapatkah masa silam menolong kita mencapai pemecahan teknis, di mana untuk pertama
kalinya pemecahan itu telah ada di zaman purbakala?
Jika dorongan untuk menemukan masa silam
kita tidak cukup merangsang untuk menggerakkan pekerjaan penelitian modern yang
mendalam, barangkali mistar hitung dapat digunakan. Sebegitu jauh, pada segala peristiwa
belum ada seorang sarjanapun yang pernah diminta supaya menggunakan pesawat
terbang modern untuk menyelidiki radiasi di Tiahuanaco, di Sacsahuaman, Sodom
yang ada dalam dongeng, atau di Gurun Gobi. Naskah-naskah dongeng, atau yang
bertulisan kuno dan lembaran sejarah dari buku tertua tentang manusia;
menceriterakan tanpa kecuali tentang para dewa yang mengendarai kapal sorga,
para dewa yang datang dari bintang, yang mempunyai senjata yang mengerikan, dan
kembali lagi ke bintang asalnya. Mengapa kita tidak mencari “dewa” tua itu?
Para astronom radio kita mengirim isyarat-isyarat ke alam semesta untuk mengadakan
kontak dengan cendekiawan-cendekiawan yang belum dikenal. Mengapa kita tidak
lebih dulu mencari atau tidak sekaligus jejak-jejak dari para cendekiawan yang
belum dikenal di bumi kita yang lebih dekat? Bila kita tidak meraba-raba dengan
membabi buta dalam kegelapan, jejak-jejak itu dapat dilihat oleh semua orang.
Kira-kira 2.000 tahun sebelum zaman kita,
orang-orang Sumeria telah mulai mencatat masa lampau rakyatnya yang gemilang.
Sampai sekarang kita masih belum mengetahui dari mana orang ini berasal. Tapi
kita mengetahui bahwa orang Sumeria ini membawa kebudayaan yang sudah maju dan
tinggi, yang mereka paksakan kepada rakyat Semit yang masih setengah biadab.
Kita juga tahu bahwa mereka selalu mencari dewa mereka di puncak-puncak gunung,
dan jika tidak ada puncak gunung di daerah itu, mereka menduduki dan mendirikan
gunung-gunung buatan pada dataran-dataran rendah. Astronomi mereka telah berkembang
luar biasa. Observatorium mereka telah mencapai perkiraan rotasi bulan yang
hanya berbeda 0,4 detik dari perkiraan masa sekarang.
Di samping syair kepahlawanan yang
menakjubkan dari Gilgamesh, mereka telah meninggalkan sesuatu yang sensasionil sekali.
Tentang syair kepahlawanan itu nanti akan saya ceritakan lebih banyak lagi. Di
atas bukit Kuyunjik (dahulu Ni niveh) terdapat suatu perhitungan dengan hasil
akhirnya yang dalam notasi kita ialah: 195.995.200.000.000. Suatu bilangan
terdiri dari lima be las angka. Keturunan dari kebudayaan Barat kita; Junani,
yang sering disebut sebagai telah belajar secara intensif, tak pernah meningkat
di atas 10.000 selama masa jayanya peradaban mereka. Segala yang di luar itu
dengan se derhana dilukiskan sebagai “tak terbatas”.
Tulisan-tulisan kuno memberikan
kehormatan secara harafiah dengan jenjang kehidupan yang fantastis kepada orang
Sumeria. Jadi, kesepuluh raja permulaan seluruhnya memerintah selama 456.000
tahun, sedangkan kedua puluh raja yang mendapat tugas sulit untuk membangun
negara kembali setelah banjir, masih tetap dapat mempertahankan tampuk pimpinan
pemerintahan seluruhnya selama 24.510 tahun 3 bulan 3 ½ hari.
Ada masa beberapa tahun yang tak dapat di
mengerti oleh cara berpikir kita sekalipun nama-nama dari semua penguasa
tercantum pada daftar panjang, dan secara rapi diabadikan pada materai dan mata
uang. Apakah yang akan terjadi bila di sini pun kita memberanikan diri membuka
tutup mata kita dan melihat pada hal yang tua dengan mata yang segar masa kini?
Mari kita misalkan bahwa
astronot-astronot asing telah mengunjungi wilayah orang Sumeria ribuan tahun
yang lalu. Misalnya lagi bahwa mereka telah meletakkan dasar-dasar peradaban
dan kebudayaan rakyat. Dan kemudian mereka kembali ke planet asal mereka
setelah memberikan stimulan untuk perkembangan ini. Selanjutnya mari kita
membuat dalil bahwa kepenasaran mendorong mereka kembali kepada pemandangan pekerjaan
yang mereka rintis setiap seratus tahun bumi sekali untuk mencek hasil dari
eksperimen mereka.
Menurut patokan harapan ke kehidupan kita
masa sekarang, para astronot itu dengan mudah sekali dapat lolos dari kepunahan
selama 500 tahun bumi lagi. Menurut teori relativitas, para astronot itu selama
penerbangan pulang pergi dalam pesawat ruang angkasa yang terbang dengan
kecepatan cahaya, hanya mungkin dapat hidup selama empat puluh tahun. Selama
abad itu orang-orang Sumeria mungkin telah membangun menara, piramida-piramida,
dan rumahrumah dengan segala kelengkapannya; mungkin telah berkorban kepada
para dewa mereka dan menantikan kedatangannya kembali. Dan setelah
beratus-ratus tahun bumi, para dewa itu betul-betul datang kembali. “Dan
kemudian datanglah banjir, dan setelah banjir maka datanglah kapal dewa turun
dari langit sekali lagi”, demikian ditulis dalam tulisan kuno bangsa Sumeria.
Dalam bentuk apakah bangsa Sumeria itu
mengkhayalkan dan menggambarkan dewa mereka Mitologi bangsa Sumeria dan
beberapa lembaran sejarah serta gambaran bangsa Akadia memberikan keterangan tentang
ini. “dewa” bangsa Sumeria tidak Antrophormophis dan tiap simbol dari seorang
dewa juga ada hubungannya dengan sebuah bintang.
Dalam lembaran sejarah bergambar bangsa
Akadia, bintang-bintang dilukiskan seperti yang mungkin akan digambarkan oleh
manusia sekarang. Satu-satunya hal yang luar biasa ialah bahwa bintang-bintang
ini dikelilingi oleh planet-planet dari berbagai ukuran. Bagaimana bangsa
Sumeria yang tidak mempunyai teknik pengamatan langit seperti yang kita miliki
sekarang mengetahui bahwa sebuah bintang yang tak berubah tempatnya mempunyai
sejumlah planet? Banyak terdapat corat-coret yang menggambarkan orang dengan bintang
di kepalanya, sedangkan yang lainnya meng gambarkan orang sedang mengendarai
bola bersayap.
Ada pula suatu gambar yang seketika akan
mengingatkan orang pada suatu model dari atom yakni suatu lingkaran terdiri
dari bola-bola yang disusun berdekatan dengan yang lain yang memancar, tetapi
tidak dikitari oleh sinar.
Jika kita melihat pusaka dari bangsa
Sumeria dengan “mata ruang angkasa”, pusaka itu penuh dengan pernyataan dan
teka-teki; di samping itu, bagian-bagian yang dalam dan yang aneh-aneh dari
langit semakin berkurang artinya.
Berikut ini adalah sebagian dari yang
aneh-aneh pada bidang geografi yang sama.
1. Gambar-gambar Spiral dari 6.000 tahun
yang lalu di Geoy Tepe, suatu hal yang jarang terjadi.
2. Suatu industri batu api, yang
dipercaya telah berumur 40.000 tahun di Gar Kobeh.
3. Penemuan-penemuan serupa di
Baradostian ditaksir sudah berumur 30.000 tahun.
4. Benda-benda dari batu, pusara-pusara
dan perlengkapan-perlengkapan dari batu di Tepe Asiab dari 13.000 tahun yang
lalu.
5. Kotoran yang telah membatu. mungkin
bukan kotoran manusia, ditemukan di tempat yang sama.
6. Alat-alat dan pengukir-pengukir batu
ditemukan di Karim, Shahir.
Senjatasenjata, geretan dan alat lain ditemukan
dari galian diBarda Balka. Kerangka-kerangka orang dewasa dan kanak-kanak
ditemukan dalam gua di Shandiar. Kerangka-kerangka ini ditetapkan dengan metoda
(-14) berasal kira-kira dari 45.000 sebelum masehi.
Daftar itu dapat diperluas lagi, dan tiap
fakta mungkin memperkuat penentuan bahwa di wilayah geografis Tumer kira-kira
40.000 tahun yang lalu pernah hidup suatu campuran orang-orang primitif. Tetapi
tiba-tiba dengan alasan yang sampai saat ini tak dapat dijelaskan, bangsa
Sumeria muncul di sana dengan astronominya, dengan kebudayaannya dan
teknologinya. Kesimpulan yang dapat ditarik dari kehadiran para pengunjung yang
tidak dikenal sebelumnya, yang dating dari langit masih bersifat spekulatif.
Kita dapat mengkhayalkan bahwa para “dewa ini mengumpulkan orangorang yang
setengah biadab di Tumer itu, di sekitar para dewa, dan memindahkan
pengetahuannya kepada mereka.
Patung kecil maupun besar di musium
menunjukkan adanya campuran ras, ada yang bermata terbelalak, ada yang dahinya
menonjol, ada yang bibirnya tipis, ada yang hidungnya panjang dan lurus. Suatu
gambaran yang sukar sekali untuk di cocokkan ke dalam sistem pemikiran yang
skematis, dan konsepsinya tentang orangorang primitif. Para pengunjung dari langit
di zaman pur bakala yang baru saja silam?
Di Libanon terdapat batu karang yang
mirip kaca, yang disebut tekstite, di mana telah ditemukan isotop alumunium
yang radioaktif.
Di Mesir dan Irak ditemukan lensa-lensa
kristal yang telah dipotong, yang kalau sekarang hanya mungkin dilakukan dengan
menggunakan oksida sesium; dengan perkataan lain suatu oksida yang harus dibuat
dengan proses kimia elektrolitis.
Di Helwan terdapat sehelai kain, suatu
tenunan yang sedemikian halusnya sehingga kalau sekarang hanya mungkin bisa
ditenun oleh suatu pabrik tekstil yang mempunyai kecakapan teknis dan
pengalaman.
Batere-batere kering, yang bekerja
berdasarkan prinsip-prinsip galiano dipamerkan di Museum Baghdad. Di tempat itu
juga pengunjung dapat melihat elemen-elemen listrik dengan elektroda-elektroda
dan elektrolit yang tak dikenal.
Di daerah pegunungan Kohistan di Asia,
suatu lukisan dalam gua, menggambarkan posisi bintang bintang yang tepat,
seperti keadaannya pada 1.000 tahun yang lalu. Venus dan bumi dihubung kan
dengan beberapa garis.
Perhiasan-perhiasan terbuat dari platina
yang dilebur ditemukan di dataran tinggi Peruvia. Bagian-bagian dari sabuk yang
dibuat dari alumunium terdapat di sebuah makam di Fung Yen Cina. Di Delhi
terdapat pilar kuno terbuat dari besi, tetapi tidak rusak oleh phosphat,
belerang, atau oleh efek cuaca.
Urutan-urutan aneh dari “kemustahilan “
ini seharusnya membuat kita menjadi penasaran dan gelisah. Dengan alat dan
intuisi apa penghuni gua yang masih primitif itu dapat menggambarkan
bintang-bintang dalam posisinya yang tepat itu? Di bengkel presisi manakah
lensa itu di potong? Bagaimana orang pada waktu itu dapat melebur dan mencetak
platina, yang bertitik lebur 1.800º C itu? Dan bagaimana orang-orang Cina kuno dapat
membuat alumunium, sejenis logam yang harus diekstraksikan dari bauxite dengan
tek nik kimiawi yang sangat rumit. Pertanyaan-pertanyaan yang mustahil, tetapi
apakah ini berarti bahwa kita tidak perlu menanyakannya?
Oleh karena kita tidak bersedia untuk
menerima atau membenarkan bahwa sebelum teknologi dan kebudayaan kita sendiri
pernah ada teknologi dan kebudayaan yang lebih tinggi dan lebih sempurna, maka yang
tertinggal hanyalah tentang kunjungan dari angkasa luar. Selama arkeologi
disalurkan seperti yang telah dijalankan sampai sekarang, kita tidak akan
pernah mendapat kesempatan untuk menemukan apakah masa lampau kita yang
samar-samar itu benar-benar samar ataukah cerah sekali.
Suatu tahun arkeologi utopi telah tiba
saatnya di mana para arkeologis, para akhli fisika, para kimiawan, para geologis,
para akhli metalurgi; para akhli dari segala cabang ilmu pengetahuan ini harus
memusatkan daya upaya kepada satu-satunya pertanyaan : “Benarkah nenek moyang
kita pernah menerima kunjungan dari angkasa luar?”. Sebagai contoh misalnya,
seorang akhli metalurgi mungkin dapat menerangkan dengan cepat dan singkat
betapa rumitnya memproduksikan alumunium. Apakah tidak masuk di akal bahwa
seorang akhli fisika dapat segera mengenali suatu rumus dalam suatu lukisan
pada batu karang? Seorang kimiawan dengan perkakas-perkakasnya yang sangat
sempurna mungkin dapat memperkuat asumsi bahwa tugu dibuat dari batu karang
dengan jalan membasahi seratan-seratan kayu atau menggunakan asam-asam yang tak
dikenal.
Para geologis harus menjawab sederetan
pertanyaan-pertanyaan tentang hal apa yang penting dari endapanendapan pada
Abad Es. Team bagi tahun arkeologis utopia, selayaknya pula meliputi sekelompok
penyelam yang akan menyelidiki Laut Mati, apakah di dasarnya terdapat
bekas-bekas ledakan atom yang radioaktif di atas Sodom dan Gommorah.
Mengapa perpustakaan tertua itu malah
adanya dalam perpustakaan rahasia dunia? Apakah sebenarnya yang ditakuti orang?
Apakah mereka cemas akan kebenaran yang sampai sekarang masih dilindungi dan
ditutupi selama beribu-ribu tahun akhirnya terungkap?
Penelitian dan kemajuan tak akan dapat di
tarik mundur. Selama 4.000 tahun orang Mesir menganggap dewa mereka sebagai
makhluk hidup yang sebenarnya. Dalam Abad pertengahan, kita telah memberantas
“Sihir” dari semangat ideologi kita yang menyala-nyala. Kepercayaan orang
Yunani bahwa mereka dapat meramalkan masa depan dari isi perut angsa, sekarang
sudah sama kunonya dengan keyakinan dari orang yang ultrakonservatif bahwa
nasionalisme masih mempunyai arti yang paling penting.
Kita harus memperbaiki seribu satu macam
kesalahan tentang masa lampau. Keyakinan diri sendiri yang sudah usang itu,
sebenarnya hanyalah suatu penyakit kepala batu yang sudah parah sekali. Di meja
konferensi,para sarjana ortodoks masih diliputi oleh khayalan bahwa sesuatu
harus dibuktikan sebelum orang yang serius dapat atau boleh memperhatikannya.
Di masa lampau siapa saja yang mengajukan
suatu pendapat baru yang orisinil pasti menerima hinaan dan siksaan batin dari
gereja dan rekan-rekannya. Orang mengira bahwa sesuatu akan menjadi mudah
dengan sendirinya. Sekarang sudah tidak ada lagi kutukan, dan api pada tiang
penyiksa sudah tidak dijalankan. Yang menjadi halangan sekarang hanyalah
tinggal caranya, yakni cara yang tidak spektakuler, sekalipun hamper tidak
begitu menghalangi kemampuan. Sekarang segala sesuatunya sudah agak “beradab”
tidak “cerewet” seperti dulu-dulu. Teori-teori yang terlalu berani dan gagasan
yang tak dapat ditolelir, segera dibungkam atau diberangus oleh
ungkapan-ungkapan seperti:
1. Bertentangan dengan peraturan !
(selalu yang baik).
2. Kurang klasik (harus berkesan).
3. Terlalu revolusioner !(tidak ada
duanya dalam efek menghambatnya).
4. Universitas-Universitas tak akan sependapat!
(bersifat menghukum).
5. Orang lain sudah pernah mencobanya
!(tetapi apakah berhasil).
6. Kita dapat melihat manfaatnya !
(justru itulah adanya).
7. Itu belum pernah dibuktikan !(itulah
yang justru harus dibuktikan).
Lima ratus tahun yang lalu seorang
sarjana berteriak di dalam sidang peradilan: “Hanya orang gila yang mengatakan
bahwa dunia itu mungkin bentuknya bulat. Sebab kalau demikian segala apa yang
ada di belahan bawahnya akan berjatuhan ke dalam ruang kekosongan, kehampaan!”.
Sedangkan yang lain memperkuatnya dengan mengatakan: “Tidak ada disebut dalam
Injil, bahwa bumi berputar mengelilingi matahari! Karena itu setiap ketetapan
demikian, pasti perbuatan setan!”.
Agaknya sudah merupakan ciri khas zaman
itu, bahwa setiap gagasan baru dihadapi dengan kepicikan. Tetapi di ambang abad
ke duapuluh satu mendatang ini pekerja penelitian harus sudah siap dengan
kenyataan, dengan realitas. Ia harus berkeinginan kuat untuk mengubah hukum dan
pengetahuan yang sudah berabadabad lamanya dianggap sangat keramat. Tetapi oleh
pengetahuan baru disangsikan kebenarannya sekalipun ada sepasukan tentara yang
berusaha menggagalkannya.Dunia baru harus ditundukkan demi kebenaran dan
realitas.
Dua puluh tahun yang lalu setiap orang
dari kalangan ilmiawan membicarakan satelit, kelihatannya bagaikan sedang
melakukan bunuh diri dalam arti akademis. Sekarang sudah tidak terhitung ba
nyaknya satelit buatan manusia yang mengitari planet-planet lain, mengitari
matahari bersama-sama planet alamiah, mendarat di bulan; memotret planet venus,
mars; dan dengan radio mengirimkan potret-potret yang prima ke bumi, tentang pemandangan
yang belum pernah kita lihat sebelumnya. Ketika potret-potret itu dikirim ke
bumi dalam tahun 1958, tenaga yang dibutuhkan untuk itu hanyalah 0,000,000,000,000,000,01watt
Suatu jumlah yang tak terkatakan lagi kecilnya.
Sekarang semua itu sudah tidak dianggap
luar biasa. Kata “mustahil” sekarang harus secara harafiah mustahil ada, dengan
perkataan lain para sarjana harus tidak mengenal “mustahil”. Setiap orang yang
sekarang tidak mau menerima kenyataan ini besok akan tergilas oleh kenyataan
itu sendiri. Oleh karena itu mari kita berpegang teguh kepada teori yang
menetapkan bahwa beribu-ribu tahun yang lalu, bumi kita pernah dikunjungi oleh
astronot-astronot dari planet lain yang jauh sekali.
Kita mengetahui bahwa nenek moyang kita
yang dungu dan primitif itu tidak mengetahui apa yang harus mereka lakukan
dengan teknologi yang hebat yang dibawa oleh para astronot itu.Para astronot
itu dianggap “dewa” yang datang dari bintang-bintang lain dan disembahnya. Para
astronot itu tak dapat berbuat lain, kecuali menerima saja dengan sabar
pendewaan itu. Para astronot itu di planetnya sendiri barangkali sekalisekali mau
menerima penghormatan yang berupa sanjungan itu.
Sebagian bumi kita masih dihuni oleh
orang-orang yang masih primitif yang masih menganggap senapan mesin sebagai
senjata setan. Sedangkan pesawat udara jet sebaliknya. Mungkin mereka anggap
sebagai kendaraan malaikat. Suara yang ke luar dari pesawat penerima radio
mungkin dianggapnya suara dewa.
Orang-orang primitif terakhir ini pun
akan mewariskan kesan-kesan mereka secara turun-temurun dalam hikayatnya,
tentang kemajuan teknik yang kita sendiri mengganggapnya sebagai sesuatu yang
sudah seharusnya demikian. Mereka masih menggambarkan dewa mereka dan
kapal-kapal ajaib yang datang dari langit dengan corat coret pada batu karang
di dinding gua. Dengan cara ini mereka telah menyimpan apa yang kita capai
sekarang. Gambar-gambar dalam gua di Kohistan Perancis, di Sahara dan Peru, di
Amerika Utara, dan Rhodesia Selatan maupun yang di Chili; semuanya membenarkan
teori kita.
Henry Lhote seorang sarjana Perancis,
menemukan beberapa ribu lukisan dinding dengan cat di Tassili-Zahara, yaitu
mengenai bintang dan orang yang diantaranya ada orang berpakaian indah tetapi
pendek. Orang itu dilukis membawa tongkat yang diujungnya terdapat kotak yang
sukar dijelaskan. Berdekatan dengan gambar bintang-bintang terdapat makhluk
yang memakai semacam pakaian menyelam. Makhluk ini yang oleh Lhote di sebut
dewa Mars, tingginya 18 kaki. Kalau semua gambar-gambar itu harus cocok dengan
pola pemikiran kuno, maka orang-orang yang mewariskan gambar-gambar itu kepada
kita tidak mungkin keadaannya seprimitif yang kita duga. Tetapi bagaimana pun
juga, untuk membuat gambar setinggi 18 kaki itu orang pasti telah menggunakan
peran cah, sebab tanah di dalam gua itu dalam jutaan tahun terakhir ini tidak ada
tanda-tanda pernah di garuk atau digali.
Tanpa melebih-lebihi khayalan, saya mendapat
kesan bahwa dewa Mars itu telah dibuat dengan menggunakan pakaian menyelam
(jadi waktu itu gua dan sekitarnya masih terendam dalam air) atau dengan menggunakan
pakaian terbang. Di pundaknya, dewa Mars itu memikul semacam helm yang
dihubungkan dengan batang tubuhnya oleh semacam penyambung. Pada helm itu
terdapat banyak lubang atau celah seperti lubang hidung atau lubang mulut.
Gambar ini memang unik tetapi gambar-gambar yang aneh seperti ini banyak pula
terdapat di Tassili.
Di tempat-tempat lain seperti Amerika
Serikat, di Tulare suatu daerah di California, terdapat pula gambargambar serupa.
Saya juga ingin percaya bahwa seniman-seniman primitif itu tidak teram pil dan
bahwa hanya cara itulah yang dapat mereka lakukan dalam menggambarkan
makhluk-makhluk atau benda-benda. Tetapi dalam hal dewa Mars itu bagaimana
mungkin bagi penghuni gua yang masih setengah beradab itu untuk menggambarkan
manusia sesempurna itu. Jadi mungkin gambar itu telah dibuat oleh
seniman-seniman yang cukup cakap untuk melukiskan apa yang benar-benar telah
mereka lihat, bukan khayalan. Di propinsi Inyo di California, terdapat gambar
suatu bentuk geometris yang menyerupai mistar hitung berangka ganda. Para arkeologis
berpendapat bahwa gambar itu melukiskan angka-angka dari para dewa. Di Siyak,
Perancis, pada jambangan tembikar terdapat gambar binatang yang tak diketahui
orang dari jenis apa yang mempunyai tanduk tegak lurus dan besar sekali. Betapa
tidak aneh binatang itu? Ke dua tanduknya mempunyai spiralspiral yang menuju ke
kiri dan kanan. Kalau anda ingin mengetahui bagaimana gambar itu rupanya, bayangkan
saja dua batang logam yang dibungkus dengan isolasi pos lain seperti yang
sering kita lihat di gardu-gardu PLN. Apakah yang dikatakan para arkeologis
tentang itu? Dengan mudahnya mereka mengatakan bahwa gambar itu adalah simbol
dari pada dewa.
Dewa-dewa itu tinggi nilainya. Orang lain
menerangkan bahwa sebagian besar mungkin segala yang tidak diketahuinya
benar-benar dilakukan dengan cara menghubungkannya dengan yang gaib-gaib saja.
Di alam yang serba gaib ini orang mendapatkan ketentraman batin dan dapat hidup
damai. Setiap patung kecil, setiap benda hasil budaya yang terkumpulkan, setiap
benda hasil penyatuan pecahan-pecahan barang purbakala, selalu mereka
hubungkan-hubungkan dengan sesuatu kepercayaan atau sebangsanya. Tetapi kalau
ada sesuatu benda yang tidak cocok dengan ketentuan agama yang ada, sekalipun
dengan paksa dicocokcocokkan, maka disulaplah suatu cara pemujaan orang
sinting, seperti halnya tukang sulap menyulap kelinci dari dalam kayu. Maka
terpecahlah persoalannya.
Tetapi bagaimana kalau gambar-gambar
dinding di Tassili, atau di Amerika Serikat atau di Perancis benarbenar mereproduksikan
apa yang pernah dilihat orang-orang primitif? Apa yang harus kita ka takan,
jika spiral pada tanduk dewa Mars itu benar-benar menggambarkan antena, tepat
seperti apa yang dilihat orang-orang primitif pada dewa yang tidak dikenalnya?
Apakah tidak mungkin bahwa apa yang seharusnya tidak ada, kenyataannya memang
pernah ada?
Jadi, seorang semi beradab yang namun
cukup terampil untuk membuat lukisan-lukisan dinding, sebenarnya tak mungkin
setengah beradab. Gambar dinding yang melukiskan wanita putih di Brandenberg,
Afrika Selatan,mungkin gambar dari abad ke duapuluh ini. Wanita itu bercelana
ketat, memakai sarung tangan tali, kaos kaki dan selop. Wanita itu tidak sendirian,
di belakangnya ada seorang lelaki kurus membawa tongkat berduri, ia memakai
helm yang berkelap menadah sinar matahari. Dengan mudah gambar ini dianggap
gambar modern, tetapi yang menjadi persoalan ialah bahwa gambar itu terdapat
dalam gua. Semua dewa yang digambarkan pada lukisan dalam gua di Swedia dan
Norwegia berkepala sama dan aneh. Para arkeologis menyebutnva kepala binatang.
Tetapi apakah tidak menggelikan kalau ada umat yang menyembah kepala binatang.
Dan apakah tidak menggelikan kalau ada umat yang me nyembah makhluk yang juga
mereka sembelih untuk dimakan? Kita sering melihat kapal terbang dan lebih
sering lagi yang berantena khas.
Patung-patung berpakaian berat terdapat
lagi di Val Camonica, Brescia Itali. Patung-patung itu juga bertanduk. Saya
bukan hendak bersikeras menyatakan bahwa para penghuni gua Itali itu bepergian
pulang pergi antara Itali dan Amerika Utara atau Swedia, atau antara Sahara dan
Spanyol untuk mengajarkan pembawaan dan daya cipta mereka. Namun demikian
pertanyaan tetap mengiang di telinga : “Mengapa manusia primitif di berbagai
tempat yang berjauhan satu sama lain dan masing-masing bebas dari satu sama
lain, membuat patung-patung yang serupa ; yakni makhluk berpakaian berat dan
berantena di kepalanya. Kalau patungpatung demikian itu hanya terdapat di suatu
tempat, saya tidak akan membuang-buang waktu untuk mempersoalkannya. Tetapi,
seperti dikatakan di atas, benda-benda ganjil dan aneh itu terdapat hamper dimana-mana.
Setelah kita melihat jauh ke belakang ke
masa silam kita dengan pandangan zaman sekarang dan menggunakan fantasi zaman
teknologi sekarang untuk mengisi jurang pemisah antara kedua zaman itu, maka kerudung
yang menyelubungi kegelapan mulailah tersingkap.
(Erich von Däniken)