Tampilkan postingan dengan label Piramid. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Piramid. Tampilkan semua postingan

29 Juli 2012

,

Piramida Kuno di Dasar Laut Jepang

Sejumlah piramida dan bangunan batu raksasa ditemukan di dasar laut lepas pantai Jepang. Peradaban maju itu tidak ada hubungannya dengan peradaban Jepang sekarang ini.

Selama ini, orang menganggap piramida hanya terdapat di Mesir. Padahal di berbagai wilayah lainnya di dunia juga secara berturut-turut telah ditemukan piramida zaman prasejarah. Seperti misalnya peradaban bangsa Maya di Amerika Selatan, peradaban bangsa Yunani di Eropa, wilayah Asia dan lain-lain, telah ditemukan piramida yang bentuk dan besar kecilnya tidak sama. Artikel ini memperkenalkan sebagian piramida yang ditemukan di Jepang, piramida-piramida ini sepertinya tidak ada hubungan apa pun dengan bangsa Jepang modern, mungkin dibuat oleh manusia prasejarah yang jauh sebelum adanya sejarah.

Sejak tahun 1950-an, di berbagai wilayah Jepang secara berturut-turut telah ditemukan peninggalan piramida dalam jumlah besar dan bangunan batu raksasa, dari masa sejarah yang sangat lama, diantaranya beberapa piramida karena permukaannya tertutup oleh debu dan tanah, serta dipenuhi dengan berbagai macam tumbuh-tumbuhan, bagian luar tampak seperti sebuah gunung yang tinggi. Orang Jepang Jiujing Shengjun bahkan menemukan adanya hubungan tertentu antara bangsa Jepang dengan bangsa Yahudi pada zaman dahulu.

Tidak hanya demikian, pada tahun-tahun terakhir ini di dasar laut lepas pantai Jepang telah ditemukan banyak sekali peninggalan peradaban zaman purbakala. Sejak Maret 1995, penyelam menemukan 8 tempat peninggalan yang tersebar di sekitar Hiroshima hingga lautan Pulau Yonaguni. Tempat peninggalan pertama adalah sebuah konstruksi persegi empat yang sangat menarik, namun tidak begitu jelas dan ditutupi oleh karang sehingga bagian buatan manusianya tidak bisa dipastikan. Setelah itu, seorang atlet penyelam di musim panas tahun 1996 di luar dugaan menemukan sebuah teras beruncing raksasa di kedalaman 40 kaki di bawah permukaan laut Oklahoma Selatan, dipastikan merupakan hasil buatan manusia. Dan melalui pencarian lebih lanjut, tim penyelam lainnya menemukan lagi sebuah monumen lain dan lebih banyak lagi bangunan buatan manusia. Mereka mendapati jalan yang panjang dan luas, tangga dan pintu lengkung yang tinggi dan megah, serta batu raksasa yang dipotong dengan sempurna. Semua ini dipersatukan selaras dengan gaya bangunan berbentuk garis lurus yang belum pernah ditemukan sebelumnya.

Dalam beberapa bulan selanjutnya, kalangan arkeologi Jepang ikut serta dalam penggalian yang membangkitkan semangat ini. Tidak lama kemudian, mereka menemukan lagi sebuah konstruksi yang berbentuk piramida yang sangat besar di kedalaman 100 kaki di bawah permukaan laut tidak jauh dari pegunungan Sinaguni yang berjarak 300 mil dari Hiroshima. Benda raksasa ini terletak di sebuah kawasan luas yang kelihatannya digunakan untuk penyelenggaraan upacara, pada kedua sisinya terdapat pintu menara raksasa, bangunan ini panjang 240 kaki, lebar 600 kaki, dan tinggi 90 kaki, dan sejarahnya dapat dilacak kembali minimal 8.000 tahun SM.

Oleh karena visibilitas normal adalah 100 kaki di bawah permukaan laut, maka tingkat kejernihan pandang peninggalan ini cukup untuk pengambilan foto dan rekaman video. Gambar-gambar tersebut muncul dalam berita utama di koran-koran Jepang melebihi satu tahun lamanya, arkeolog berpendapat, bahwa ini mungkin adalah sebuah bukti awal adanya peradaban zaman batu yang masih belum diketahui orang. Ahli geologi, Profesor Masaki Kimura dari Universitas Hiroshima, yang pertama-tama mengadakan penelitian ini dan mengambil kesimpulan bahwa bangunan yang mempunyai lima tingkat konstruksi ini adalah buatan manusia. Dia mengatakan: “Bahwa bangunan ini bukan benda hasil alamiah. Jika hasil alamiah, seharusnya pecahan yang terbentuk melalui korosi bertumpuk di atasnya, namun tidak ditemukan pecahan batu seperti ini.” Dia menambahkan, “bahwa sekeliling bangunan terdapat suatu yang mirip jalanan, dan ini semakin membuktikan bahwa ia adalah buatan manusia.

Profesor ilmu geologi Universitas Boston Robert Sketche menyelam dan memeriksa bangunan tersebut. Dia mengatakan, “Jika diamati, bangunan itu seperti serentetan tangga raksasa, setiap tangga tingginya kurang lebih 1 meter. Esensial penampang bangunannya mirip dengan piramida model tangga. Ini merupakan sebuah struktur yang sangat menarik. Pengikisan air yang alami ditambah lagi dengan proses perpecahan batu berkemungkinan menghasilkan struktur seperti ini, namun kami masih belum menemukan proses yang bagaimana dapat menghasilkan penampang tangga yang begitu tajam.”

Bukti selanjutnya yang dapat membuktikan bahwa bangunan tersebut adalah buatan manusia adalah beberapa tumpukan kecil dari batu yang ditemukan di sekitarnya. Mirip dengan bangunan utama, piramida-piramida mini ini dibentuk dari batu hampar berbentuk tangga yang disatukan, lebarnya 10 meter dan tinggi 2 meter. Profesor Kimura berpendapat, bahwa masih terlalu pagi jika ingin mengetahui siapa yang telah membuat monumen tersebut atau apa tujuannya. Dia mengatakan, “Bangunan ini mungkin adalah sebuah istana dewa dari agama zaman dahulu, digunakan untuk memuja-muji dewa tertentu, sama seperti penduduk Hiroshima yang percaya pada dewa Nirai-Kanai yang dapat mendatangkan kesejahteraan dari laut kepada mereka. Oleh karena berdasarkan catatan, 10 ribu tahun lampau tidak ada manusia yang mampu membuat monumen seperti ini, maka ini mungkin adalah sebuah bukti peradaban manusia yang tidak diketahui orang.”

“Hanya manusia yang memiliki teknologi tingkat tinggi baru mampu menyelesaikan proyek seperti ini, dan sangat mungkin berasal dari daratan Asia yang mengandung peradaban manusia paling kuno. Bangunan yang demikian raksasa harus menggunakan mesin tertentu baru dapat menyelesaikannya,” lanjut Profesor Kimura. Masa peradaban Jepang sekarang ini berawal dari zaman batu baru sekitar tahun 9000 SM. Penghidupan orang-orang pada zaman itu adalah berburu dan mengumpulkan makanan. Tidak mungkin ada teknologi maju untuk membuat bangunan seperti piramida raksasa tersebut. Dapat disimpulkan bahwa sebelum peradaban Jepang kali ini, di kawasan Jepang ini, pernah ada peradaban manusia yang sangat maju, dan ia dengan bangsa Jepang sekarang tidak mempunyai hubungan apa pun.
Continue reading Piramida Kuno di Dasar Laut Jepang

13 Juli 2012

, , ,

Firaun, UFO dan Alien

Laporan tercatat yang cukup tua mengenai kehidupan di langit lain ialah berasal dari abad ke-15 sebelum masehi, yang tertera pada buku harian Thutmosis III (Firaun Mesir kuno dinasti ke-18, 1504-1450 SM). Laporan yang ditulis dalam papirus (tulisan kuno) yang diketemukan oleh Alberto Siliotti, berbunyi demikian:

"Dalam tahun dua puluh dua, dalam bulan ketiga musim dingin, pada jam keenam hari itu....para penulis dari Rumah Kehidupan melihat adanya sebuah lingkaran api yang muncul di angkasa. Dia tidak memiliki kepala dan nafasnya berbau busuk. Panjangnya 1 rod, lebarnya 1 rod (5m). Dia tidak bersuara. Karena kebingungan mereka bertiarap... Mereka menghadap Firaun untuk melaporkan apa yang telah mereka lihat. Baginda Raja merenungkan dan memikir-mikirkan persoalan itu. Sementara... beberapa hari kemudian, benda-benda itu bertambah banyak di angkasa... Angkatan perang Firaun terus mengawasi benda-benda itu tatkala Baginda Raja berada di tengah-tengah mereka. Waktu itu adalah waktu setelah makan malam. Lingkaran-lingkaran api itu kemudian tambah naik lebih tinggi di angkasa, menuju ke selatan. Ikan dan itik berjatuhan dari udara. Dan Firaun menyuruh mengambil kemenyan, kemudian dibakarnya untuk mendapatkan keamanan dan ketenteraman dalam kehidupan rakyatnya..."

Firaun Thumosis III (atau Thutmose III) ini diperkirakan hidup di jaman yang sama dengan Musa, yang memimpin Israel keluar (eksodus) dari tanah Mesir ke tanah Kanaan. Laporan adanya ikan dan itik yang berjatuhan dari udara memang menarik untuk dikaji. Apakah ini ada kaitannya dengan "tulah-tulah" dari Yahweh yang ditujukan kepada bangsa Mesir?


Firaun yang sama, Thutmose III diperkirakan turut membangun Kuil Abydos. Dan dikuil itu terdapat ukiran hyroglip yang cukup unik, di mana gambar-gambar yang ada bisa ditafsirkan sebagai bentuk pesawat terbang, helikopter, dan lain-lain.
Continue reading Firaun, UFO dan Alien

12 Juli 2012

, ,

Piramid Teotihuacan

Sekitar 1500 Masehi, Bangsa Aztec menguasai Meksiko. Bangsa ini memang dikenal kejam, para prajurit memburu manusia untuk dikuliti dan dikorbankan kepada para Dewa mereka. Satu hal yang menarik dari sejarah bangsa ini ialah adanya legenda mengenai suatu kota yang hilang. Kota kuno misterius yang fantastis dengan dipenuhi arsitektur-arsitektur luar biasa bernama Teotihuacan.

Kota misterius yang hancur itu begitu besarnya, hingga saat suku Aztec menemukannya, mereka percaya pastilah itu tempat yang paling suci di seluruh alam semesta. Bangsa Aztec menamainya Teotihuacan yang memiliki arti tempat dewa-dewa. Kota kuno ini begitu menakjubkan, jaringan jalan-jalan panjang dan piramida-piramida besar berdiri di kota tersebut. Kota tersebut memiliki luas keseluruhan 12,8 km persegi, area yang lebih besar dari Kekaisaran Roma. Suku Aztec menyebut jalan utamanya sebagai jalan kematian dan mereka menamai 2 piramida terbesar sebagai Piramida Matahari dan Piramida Bulan. Dari bangkitnya sekitar tahun 1 Masehi hingga keruntuhannya 7 abad kemudian, Teotihuacan merupakan kota terbesar dibelahan bumi barat. Bangsa Aztec bahkan tidak pernah tahu siapa yang membangun kota besar ini dan mengapa mereka meninggalkannya. Dan hingga hari ini masih menjadi teka-teki membingungkan. Sesuatu hal yang mengerikan pastilah pernah terjadi di sini, hingga seluruh penduduknya lenyap tak berbekas sehingga mengubah kota besar tersebut menjadi sebuah kota hantu tak berpenghuni.

Di Kebudayaan kuno Afrika, Asia, Eropa dan Benua Amerika kita mengetahui alasan utama piramida-piramida besar dibangun, sebagian besar sebagai makam bagi keluarga kerajaan, adapula sebagai altar untuk melangsungkan upacara dan doa. Tapi Piramida di Teotihuacan adalah misteri. Tujuan utama dari pembangunan piramida di sini telah hilang ditelan waktu, karena para pembangun piramida hampir tak meninggalakan informasi apa-apa bagi kita. Kita tak tahu, mereka menyebut diri mereka sebagai bangsa apa? Bahasa apakah yang mereka tuturkan atau dimana para penguasa dikubur? Mereka tak meninggalkan buku, sistem tulisan, sejarah tertulis masa lalu. Selama hampir seabad, ahli purbakala telah mengumpulkan banyak petunjuk. Lebih dari 900 ribu pecahan tembikar telah dianalisa, dinomori, dan dikemas. Makna dari beberapa artifak masih banyak diperdebatkan, namun penggalian belum lama ini mengungkap kisah tentang hidup dan mati dari kota piramida ini.

Walaupun merupakan sebuah kota besar, namun sebenarnya Teotihuacan merupakan suatu tempat yang terpencil di wilayah utara yang disebut Mesoamerika. Di awal mula millenium pertama Masehi, tempat tersebut hanyalah wilayah tandus dan gersang, lebih banyak kaktus daripada manusia. Lalu, mendadak hampir dalam semalam, populasi manusia meladak hingga pulahan ribu di kota itu. Bagaimana bisa tempat terpencil berdebu ini mendadak berubah menjadi kota terbesar se-Amerika? Satu teori menyebutkan bahwa orang-orang kabur dari api para dewa, yaitu letusan gunung berapi mengerikan. Gunung mendadak meletus dan lava membanjiri lerengnya. Seluruh kota terkubur dan sungai-sungai terbendung. Lahan-lahan pertanian musnah dan mengalami kehancuran total. Saat mencari tempat aman, orang-orang yang selamat berhamburan menuju tempat yang akan dikenal sebagai Teotihuacan. Tapi kota itu adalah misteri di dalam misteri. Mengapa semua orang berlari ke tempat yang tandus ini? Padahal terdapat situs lain yang lebih jauh dari gunung berapi, dengan tanah yang lebih subur dan lebih banyak hujan.

Para pengungsi pasti tertarik ke lokasi ini karena ada sesuatu. Atau mungkin ada pemimpin berwibawa yang mengatur populasi pengungsi ini menjadi tatan baru, keharmonisan baru dengan semesta dan kosmos. Orang yang hubungannya sangat kuat pada kekuatan suci yang disukai para dewa. Pemimpin berwibawa itu kemudian berencana membuat persembahan besar untuk para dewa dari gunung berapi. Dimana unsur-unsur bangunan persembahan terdiri dari unsur yang membunuh keluarga mereka dan menghancurkan kota mereka dulu. Mereka akan membangun gunung berapi buatan manusia yaitu piramida. Kemudian sebuah kota dan cara hidup baru pun telah lahir. Piramida-piramida menghantarkan jaman baru, masa dengan tatanan dan harapan masa depan. Piramida-piramida raksasa yang masih tersisa hingga hari ini hanyalah merupakan suatu saksi bisu dari kejayaan di Teotihuacan. Para wisatawan datang dari mana-mana ke tempat yang luar biasa ini. Teotihuacan merupakan adikuasa pertama di Benua Amerika, keajaiban dunia kuno yang lahir dari bencana, dan dibangun oleh sejumlah pengungsi. Selama berabad-abad, keberhasilan mereka menarik orang untuk hidup dalam bayang-bayang piramida. Hingga bencana misterius lainnya entah bagaimana menghancurkan mimpi itu.

Apakah yang sebenarnya terjadi di Teotihuacan dimasa lalu sehingga penduduknya bisa lenyap tak berbekas seperti itu? Rahasianya terletak di jantung piramida-piramida itu sendiri. Di Puncak abad 4 M, tak ada tempat di bumi seperti Teotihuacan. Pada masa itu, Kerajaan Besar di Mesir sudah lama runtuh, Peradaban Klasik di Yunani telah memudar, Kekaisaran Roma sudah lama dijatuhkan kaum Bar-bar. Namun di belahan dunia lain, Teotihuacan sedang mencapai puncak kejayaannya. Beberapa hal penting yang terjadi di bumi, terjadi di Teotihuacan ini. Populasi saat itu membengkak dan mencapai 200 ribu jiwa, ini menjadikan Teotihuacan tak ada tandingannya di Mesoamerika maupun di dunia. Kota ini mengendalikan rute niaga dari Arizona sekarang hingga El Salvador, kekuasaanya membentang di seluruh Mesoamerika. Untuk membandingkan bagaimana keramaian Teotihuacan pada masa silam maka bandingkanlah dengan beberapa kota modern masa kini seperti New York, London, dll. Teotihuacan bisa digambarkan sebagai kota modern masa silam, imigran beruduyung-duyung datang untuk mencari penghidupan baru. Bisa dikatakan, orang dari seluruh Mesoamerika datang untuk hidup di kota piramida ini. Piramida-piramida diibaratkan sebagai pencakar langit yang mengisyaratkan kekuasaan dan dominasi.

Tafsiran Arkeologis menyebutkan bahwa kemungkinan terbesar mengapa kota itu ditinggalkan adalah adanya penemuan-penemuan mengerikan di jantung setiap piramida. Nantinya, tulang-belulang yang berserakan di dalamnya akan menyibak sifat asli dari Kota Besar ini. Mungkin merupakan kunci mengapa mega kota yang begitu kuat dan mulia ini akan ditinggalkan oleh orang-orang yang membangunnya. Jauh di dalam kota terdapat bukti akan sisi lain dari Teotihuacan yang amat berbeda. Mungkin juga penuh kekerasan seperti Suku Maya atau Aztec, Teotihuacan juga punya masa lalu kelam dan berdarah. Saburo Sugiyama, Seorang Arkeologi yang telah bertahun-tauhn meneliti Artifak di Teotihuacan mendapatkan penemuan aneh jauh di dalam Piramida Bulan. Tulang belulang manusia berserakan muncul dari dalam tanah dan nampaknya tempat tersebut bukan merupakan penguburan normal. Kerangka-kerangka manusia itu terpenggal, lengan-lengan mereka diikat di punggung. Sesuatu yang keras, kelam dan mengerikan tentulah pernah terjadi disini. Ahli antropologi forensik, Michael Spence, yakin bahwa ia bisa tahu kisah sebenarnya orang-orang itu meninggal. Kerangka-kerangka manusia itu dulunya adalah koraban persembahan. Mereka mengorbankannya dengan mengikat lalu memukulinya minimal dua kali. Untuk menjaga kemakmuran kota piramida, nyawa mereka dipersembahkan untuk para dewa. Teotihuacan sebenarnya juga bukanlah merupaklan kota yang damai dan harmonis, mata uangnya adalah darah manusia. Teotihuacan juga dikatakan sering berperang, dan mereka memuaskan dewa-dewa mereka dengan darah para tawanan perang.

Tapi entah kenapa, di puncak kejayaannya dan pengaruhnya ada yang tak beres. Darah saja tak cukup, para dewa mengkhianati kota piramida. Selama lebih dari 5 abad kota ini berkembang, lalu disekitar abad 6 ia runtuh dan pusat kota yang suci itupun ditinggalkan. Sangat sulit dibayangkan mendadak kota ramai seperti New York misalnya ditinggalkan para penduduknya dalam waktu yang sangat cepat, begitupula Teotihuacan. Hilangnya para pembangun piramida ini adalah misteri besar yang bisa diselesaikan dengan petunjuk terkecil. Bukan dari piramidanya tapi dari gigi yang dikumpulkan dari kuburan kuno, sebab gigi termasuk cara terbaik memahami kesehatan seseorang. Gigi yang kuat menandakan kesehatan yang bagus, namun gigi yang ditemukan disini menunjukkan semuanya tidak baik. Di tahun-tahun terakhir kemansyuran kota itu, kesehatan penduduk tak sebaik sebelumnya. Sebab dari penurunan kesehatan ialah popularitas piramida itu sendiri. Terlalu banyak orang datang untuk hidup dalam bayangan perlindungannya. Kota ini menjadi sekumpulan jalanan padat, rawan penyakit dan bau buangan kotoran. Tak ada cukup makanan atau air minum sehingga menjadikan manusia hidup tidaklah panjang di Teotihuacan. Piramia-piramida itu terlalu sukses sehingga tidak menyadari bahwa kota ini tumbuh menuju titik kehancuran. Tumbuh perpecahan antara orang kaya dan miskin. Jalan utama kota saat itu menjadi wilayah terlarang bagi rakyat jelata. Lalu ada bencana terakhir yang tak bisa dicegah yaitu kekeringan. Kebutuhan akan hujan sangat mendesak, para pendeta bahkan membunuh bayi-bayi di kota itu dengan harapan air mata bayi dapat mendatangkan hujan.

Para ilmuwan dulu percaya saat runtuh dari dalam, kota itu juga diserang dan dimusnahkan oleh bangsa lain. Tapi ada sedikit bukti kekuasaan yang cukup besar diwilayah itu untuk menyerang dan mengalahkan kota selemah Teotihuacan. Teotihuacan pasti menghancurkan diri, lahir dari ketakutan akan gunung berapi, kota ini akan mati dalam api. Hampir 15 abad kemudian, bukti masih terlihat di dinding piramida dan kuil yaitu tanda-tanda pembakaran. Apinya begitu panas hingga menghanguskan batu. Mungkin terjadi secara spontan pada suatu malam, saat ritual suci pengorbanan memohon hujan atau makanan. Menurut suatu teori, warga kota bangkit memberontak dan membakar lambang kejayaan mereka dulu. Dan mereka percaya, dari seluruh penderitaan mereka bersumber pada piramida-piramida yang terletak di kota mereka. Petunjuk menarik mendukung teori ini, yaitu bukti samar kerusakan akibat api di 2000 kompleks apartemen di Teotihuacan.

Tapi teori lain jauh lebih aneh dan bahkan lebih menakutkan. Para arkeologis mendapati bukti tumpukan kayu hangus di reruntuhan kuil. Sisa-sisa api unggun besar dan bukan disebabkan oleh sebuah kekacauan, tapi sesuatu yang direncanakan. Pelakunya mungkin para pendeta yang melayani para dewa dan piramida. Mereka menganggap kejayaan Teotihuacan sudah berlalu, sehingga kediaman kekuasaan suci, lahan suci dari jalan kematian harus dibasmi. Mereka membakar kuil yang ada di puncak piramida, dan menghancurkan pahatan dewa-dewa mereka. Para pendeta merusak ikatan suci antara kota dan kosmos selamanya. Bak gunung berapi membara, kuil di puncak piramida terbakar. Pesan terakhir bagi para dewa, Teotihuacan sudah mati. Seiring waktu berjalan, para penduduk dengan cepat pula meninggalkan kota besar yang telah "sekarat" tersebut.
Continue reading Piramid Teotihuacan

27 Juni 2012

, ,

Piramid Mesir

Piramida raksasa Mesir merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia saat ini, sejak dulu dipandang sebagai bangunan yang misterius dan megah oleh orang-orang. Namun, meskipun telah berlalu berapa tahun lamanya, setelah sarjana dan ahli menggunakan sejumlah besar alat peneliti yang akurat dan canggih, masih belum diketahui, siapakah sebenarnya yang telah membuat bangunan raksasa yang tinggi dan megah itu? Dan berasal dari kecerdasan manusia manakah prestasi yang tidak dapat dibayangkan di atas bangunan itu? Serta apa tujuannya membuat bangunan tersebut? Dan pada waktu itu ia memiliki kegunaan yang bagaimana atau apa artinya?

 Teka-teki yang terus berputar di dalam benak semua orang selama ribuan tahun, dari awal hingga akhir merupakan misteri yang tidak dapat dijelaskan. Meskipun sejarawan mengatakan ia didirikan pada tahun 2000 lebih SM, namun pendapat yang demikian malah tidak bisa menjelaskan kebimbangan yang diinisiasikan oleh sejumlah besar penemuan hasil penelitian.

Sejarah, Mitos dan Temuan Arkeologi
Sejak abad ke-6 SM, Mesir merupakan tempat pelarian kerajaan Poshi, yang kehilangan kedudukannya setelah berdiri lebih dari 2.000 tahun, menerima kekuasaan yang berasal dari luar yaitu kerajaan Yunani, Roma, kerajaan Islam serta kekuasaan bangsa lain. Semasa itu sejumlah besar karya terkenal zaman Firaun dihancurkan, aksara dan kepercayaan agama bangsa Mesir sendiri secara berangsur-angsur digantikan oleh budaya lain, sehingga kebudayaan Mesir kuno menjadi surut dan hancur, generasi belakangan juga kehilangan sejumlah besar peninggalan yang dapat menguraikan petunjuk yang ditinggalkan oleh para pendahulu.

Tahun 450 SM, setelah seorang sejarawan Yunani berkeliling dan tiba di Mesir, membubuhkan tulisan: Cheops, (aksara Yunani Khufu), konon katanya, hancur setelah 50 tahun. Dalam batas tertentu sejarawan Yunani tersebut menggunakan kalimat "konon katanya", maksudnya bahwa kebenarannya perlu dibuktikan lagi. Namun, sejak itu pendapat sejarawan Yunani tersebut malah menjadi kutipan generasi belakangan sebagai bukti penting bahwa piramida didirikan pada dinasti kerajaan ke-4.

Selama ini, para sejarawan menganggap bahwa piramida adalah makam raja. Dengan demikian, begitu membicarakan piramida, yang terbayang dalam benak secara tanpa disadari adalah perhiasan dan barang-barang yang gemerlap. Dan, pada tahun 820 M, ketika gubernur jenderal Islam Kairo yaitu Khalifah Al-Ma'mun memimpin pasukan, pertama kali menggali jalan rahasia dan masuk ke piramida, dan ketika dengan tidak sabar masuk ke ruangan, pemandangan yang terlihat malah membuatnya sangat kecewa. Bukan saja tidak ada satu pun benda yang biasanya dikubur bersama mayat, seperti mutiara, maupun ukiran, bahkan sekeping serpihan pecah belah pun tidak ada, yang ada hanya sebuah peti batu kosong yang tidak ada penutupnya. Sedangkan tembok pun hanya bidang yang bersih kosong, juga tak ada sedikit pun ukiran tulisan.

Kesimpulan para sejarawan terhadap prestasi pertama kali memasuki piramida ini adalah "mengalami perampokan benda-benda dalam makam". Namun, hasil penyelidikan nyata menunjukkan, kemungkinan pencuri makam masuk ke piramida melalui jalan lainnya adalah sangat kecil sekali. Di bawah kondisi biasa, pencuri makam juga tidak mungkin dapat mencuri tanpa meninggalkan jejak sedikit pun, dan lebih tidak mungkin lagi menghapus seluruh prasasti Firaun yang dilukiskan di atas tembok. Dibanding dengan makam-makam lain yang umumnya dipenuhi perhiasan-perhiasan dan harta karun yang berlimpah ruah, piramida raksasa yang dibangun untuk memperingati keagungan raja Firaun menjadi sangat berbeda.

Selain itu, dalam catatan "Inventory Stela" yang disimpan di dalam museum Kairo, pernah disinggung bahwa piramida telah ada sejak awal sebelum Khufu meneruskan takhta kerajaan. Namun, oleh karena catatan pada batu prasasti tersebut secara keras menantang pandangan tradisional, terdapat masalah antara hasil penelitian para ahli dan cara penulisan pada buku, selanjutnya secara keras mengecam nilai penelitiannya. Sebenarnya dalam keterbatasan catatan sejarah yang bisa diperoleh, jika karena pandangan tertentu lalu mengesampingkan sebagian bukti sejarah, tanpa disadari telah menghambat kita secara obyektif dalam memandang kedudukan sejarah yang sebenarnya.

Teknik Bangunan yang Luar Biasa
Di Mesir, terdapat begitu banyak piramida berbagai macam ukuran, standarnya bukan saja jauh lebih kecil, strukturnya pun kasar. Di antaranya piramida yang didirikan pada masa kerajaan ke-5 dan 6, banyak yang sudah rusak dan hancur, menjadi timbunan puing, seperti misalnya piramida Raja Menkaure. Kemudian, piramida besar yang dibangun pada masa yang lebih awal, dalam sebuah gempa bumi dahsyat pada abad ke-13, di mana sebagian batu ditembok sebelah luar telah hancur, namun karena bagian dalam ditunjang oleh tembok penyangga, sehingga seluruh strukturnya tetap sangat kuat. Karenanya, ketika membangun piramida raksasa, bukan hanya secara sederhana menyusun 3 juta batu menjadi bentuk kerucut, jika terdapat kekurangan pada rancangan konstruksi yang khusus ini, sebagian saja yang rusak, maka bisa mengakibatkan seluruhnya ambruk karena beratnya beban yang ditopang.

Lagi pula, bagaimanakah proyek bangunan piramida raksasa itu dikerjakan, tetap merupakan topik yang membuat pusing para sarjana. Selain mempertimbangkan sejumlah besar batu dan tenaga yang diperlukan, faktor terpenting adalah titik puncak piramida harus berada di bidang dasar tepat di titik tengah 4 sudut atas. Karena jika ke-4 sudutnya miring dan sedikit menyimpang, maka ketika menutup titik puncak tidak mungkin menyatu di satu titik, berarti proyek bangunan ini dinyatakan gagal. Karenanya, merupakan suatu poin yang amat penting, bagaimanakah meletakkan sejumlah 2,3 juta -2,6 juta buah batu besar yang setiap batunya berbobot 2,5 ton dari permukaan tanah hingga setinggi lebih dari seratus meter di angkasa dan dipasang dari awal sampai akhir pada posisi yang tepat.

Seperti yang dikatakan oleh pengarang Graham Hancock dalam karangannya "Sidik Jari Tuhan": Di tempat yang terhuyung-huyung ini, di satu sisi harus menjaga keseimbangan tubuh, dan sisi lainnya harus memindahkan satu demi satu batu yang paling tidak beratnya 2 kali lipat mobil kecil ke atas, diangkut ke tempat yang tepat, dan mengarah tepat pada tempatnya, entah apa yang ada dalam pikiran pekerja-pekerja pengangkut batu tersebut. Meskipun ilmu pengetahuan modern telah memperkirakan berbagai macam cara dan tenaga yang memungkinkan untuk membangun, namun jika dipertimbangkan lagi kondisi riilnya, akan kita temukan bahwa orang-orang tersebut tentunya memiliki kemampuan atau kekuatan fisik yang melebihi manusia biasa, baru bisa menyelesaikan proyek raksasa tersebut serta memastikan keakuratan maupun ketepatan presisinya.

Terhadap hal ini, Jean Francois Champollion yang mendapat sebutan sebagai "Bapak Pengetahuan Mesir Kuno Modern" memperkirakan bahwa orang yang mendirikan piramida berbeda dengan manusia sekarang, paling tidak dalam "pemikiran mereka mempunyai tinggi tubuh 100 kaki yang tingginya sama seperti manusia raksasa". Ia berpendapat, dilihat dari sisi pembuatan piramida, itu adalah hasil karya manusia raksasa.

Senada dengan itu, Master Li Hongzhi dalam ceramahnya pada keliling Amerika Utara tahun 2002 juga pernah menyinggung kemungkinan itu. "Manusia tidak dapat memahami bagaimana piramida dibuat. Batu yang begitu besar bagaimana manusia mengangkutnya? Beberapa orang manusia raksasa yang tingginya lima meter mengangkut sesuatu, itu dengan manusia sekarang memindahkan sebuah batu besar adalah sama. Untuk membangun piramida itu, manusia setinggi lima meter sama seperti kita sekarang membangun sebuah gedung besar."

Pemikiran demikian mau tidak mau membuat kita membayangkan, bahwa piramida raksasa dan sejumlah besar bangunan batu raksasa kuno yang ditemukan di berbagai penjuru dunia telah mendatangkan keraguan yang sama kepada semua orang: tinggi besar dan megah, terbentuk dengan menggunakan susunan batu yang sangat besar, bahkan penyusunannya sangat sempurna. Seperti misalnya, di pinggiran kota utara Mexico ada Kastil Sacsahuaman yang disusun dengan batu raksasa yang beratnya melebihi 100 ton lebih, di antaranya ada sebuah batu raksasa yang tingginya mencapai 28 kaki, diperkirakan beratnya mencapai 360 ton (setara dengan 500 buah mobil keluarga). Dan di dataran barat daya Inggris terdapat formasi batu raksasa, dikelilingi puluhan batu raksasa dan membentuk sebuah bundaran besar, di antara beberapa batu tingginya mencapai 6 meter. Sebenarnya, sekelompok manusia yang bagaimanakah mereka itu? Mengapa selalu menggunakan batu raksasa, dan tidak menggunakan batu yang ukurannya dalam jangkauan kemampuan kita untuk membangun?

Sphinx, singa bermuka manusia yang juga merupakan obyek penting dalam penelitian ilmuwan, tingginya 20 meter, panjang keseluruhan 73 meter, dianggap didirikan oleh kerjaan Firaun ke-4 yaitu Khafre. Namun, melalui bekas yang dimakan karat (erosi) pada permukaan badan Sphinx, ilmuwan memperkirakan bahwa masa pembuatannya mungkin lebih awal, paling tidak 10 ribu tahun silam sebelum Masehi.

Seorang sarjana John Washeth juga berpendapat: Bahwa Piramida raksasa dan tetangga dekatnya yaitu Sphinx dengan bangunan masa kerajaan ke-4 lainnya sama sekali berbeda, ia dibangun pada masa yang lebih purbakala dibanding masa kerajaan ke-4. Dalam bukunya "Ular Angkasa", John Washeth mengemukakan: perkembangan budaya Mesir mungkin bukan berasal dari daerah aliran sungai Nil, melainkan berasal dari budaya yang lebih awal dan hebat yang lebih kuno ribuan tahun dibanding Mesir kuno, warisan budaya yang diwariskan yang tidak diketahui oleh kita. Ini, selain alasan secara teknologi bangunan yang diuraikan sebelumnya, dan yang ditemukan di atas yaitu patung Sphinx sangat parah dimakan karat juga telah membuktikan hal ini.

Ahli ilmu pasti Swalle Rubich dalam "Ilmu Pengetahuan Kudus" menunjukkan: pada tahun 11.000 SM, Mesir pasti telah mempunyai sebuah budaya yang hebat. Pada saat itu Sphinx telah ada, sebab bagian badan singa bermuka manusia itu, selain kepala, jelas sekali ada bekas erosi. Perkiraannya adalah pada sebuah banjir dahsyat tahun 11.000 SM dan hujan lebat yang silih berganti lalu mengakibatkan bekas erosi.

Perkiraan erosi lainnya pada Sphinx adalah air hujan dan angin. Washeth mengesampingkan dari kemungkinan air hujan, sebab selama 9.000 tahun di masa lalu dataran tinggi Jazirah, air hujan selalu tidak mencukupi, dan harus melacak kembali hingga tahun 10000 SM baru ada cuaca buruk yang demikian. Washeth juga mengesam-pingkan kemungkinan tererosi oleh angin, karena bangunan batu kapur lainnya pada masa kerajaan ke-4 malah tidak mengalami erosi yang sama. Tulisan berbentuk gajah dan prasasti yang ditinggalkan masa kerajaan kuno tidak ada sepotong batu pun yang mengalami erosi yang parah seperti yang terjadi pada Sphinx.

Profesor Universitas Boston, dan ahli dari segi batuan erosi Robert S. juga setuju dengan pandangan Washeth sekaligus menujukkan: Bahwa erosi yang dialami Sphinx, ada beberapa bagian yang kedalamannya mencapai 2 meter lebih, sehingga berliku-liku jika dipandang dari sudut luar, bagaikan gelombang, jelas sekali merupakan bekas setelah mengalami tiupan dan terpaan angin yang hebat selama ribuan tahun.

Washeth dan Robert S. juga menunjukkan: Teknologi bangsa Mesir kuno tidak mungkin dapat mengukir skala yang sedemikian besar di atas sebuah batu raksasa, produk seni yang tekniknya rumit.

Jika diamati secara keseluruhan, kita bisa menyimpulkan secara logis, bahwa pada masa purbakala, di atas tanah Mesir, pernah ada sebuah budaya yang sangat maju, namun karena adanya pergeseran lempengan bumi, daratan batu tenggelam di lautan, dan budaya yang sangat purba pada waktu itu akhirnya disingkirkan, meninggalkan piramida dan Sphinx dengan menggunakan teknologi bangunan yang sempurna.

Dalam jangka waktu yang panjang di dasar lautan, piramida raksasa dan Sphinx mengalami rendaman air dan pengikisan dalam waktu yang panjang, adalah penyebab langsung yang mengakibatkan erosi yang parah terhadap Sphinx. Karena bahan bangunan piramida raksasa Jazirah adalah hasil teknologi manusia yang tidak diketahui orang sekarang, kemampuan erosi tahan airnya jauh melampaui batu alam, sedangkan Sphinx terukir dengan keseluruhan batu alam, mungkin ini penyebab yang nyata piramida raksasa dikikis oleh air laut yang tidak tampak dari permukaan.

Sphinx yang bertetangga dekat dengan piramida raksasa kelihatannya sangat kuno. Para ilmuwan memastikan bahwa dari badannya, saluran dan irigasi yang seperti dikikis air, ia pernah mengalami sebagian cuaca yang lembab, karenanya memperkirakan bahwa ia sangat berkemungkinan telah ada sebelum 10 ribu tahun silam.
Continue reading Piramid Mesir
, ,

Piramid Chichen Itza

Chichen Itza merupakan salah satu bagian dari 7 keajaiban dunia baru. Suatu tempat yang terletak di Yucatan, Meksiko ini merupakan sebuah situs purbakala peninggalan bangsa Maya paling populer dikunjungi oleh para wisatawan manca negara. Bangunan-bangunan yang terkenal dengan keindahan bentuk arsitektur-nya tsb dibangun diantara 550-900 M oleh para Itza, salah satu kelompok suku bangsa Maya. Namun entah mengapa pada abad ke-10 tempat ini ditinggalkan oleh mereka dan sejak saat itu bangsa Maya menghilang secara misterius.

 Jika dilihat dari bentuk arsitekturnya, Bangunan-bangunan di kawasan Chichen Itza merupakan hasil alkulturasi seni arsitektur dari kebudayaan Maya dan Toltec. Toltec sendiri merupakan sebutan bagi bangsa yang mendiami suatu kawasan di Tollan, 45 KM utara Kota meksiko. Peradaban yang memuja Dewa Quetzalcoatl ini dipimpin oleh seorang penguasa bernama Mixcoatl yang mempunyai arti "Naga Awan". Menurut sejarah, Bangsa Toltec yang terkenal lebih kejam dari Bangsa Aztec, pernah menyerbu kawasan Chichen Itza disekitar tahun 800 M. Chihen Itza sendiri merupakan puing sisa peradaban Maya paling mengesankan yang masih bisa dinikmati keindahannya hingga saat ini. Terdapat beberapa bangunan menakjubkan peninggalan peradaban bangsa Maya disini, diantaranya Piramida Kukulkan (El Castillo) sebagai pusatnya, lalu terdapat pula bangunan yang digunakan sebagai Observatorium astronomi mereka yang dinamakan El Caracol, serta beberapa bangunan lainnya seperti Temple of Jaguar dan Temple of the Wariors.

Nama Chichen Itza berasal dari bahasa Maya yang berarti "Chi" mulut, "Chen" sumur ,dan "Itza" nama suku penghuni tempat itu sendiri. Puing sisa-sisa peradaban Maya di Amerika Tengah, seperti Chichen Itza, dulunya merupakan daerah perkotaan yang telah ditinggalkan oleh para Mayan jauh sebelum Cristoper Colombus untuk pertama kali Menginjakkkan kakinya di Benua Amerika. Piramida El Castillo bangsa Maya yang juga terletak di Chichen Itza sering disebut-sebut sebagai bangunan piramida kedua yang terkenal setelah Piramida Mesir. Namun berbeda dengan bentuk arsitektur Piramida Mesir, Piramida bangsa Maya bukanlah merupakan piramida berbentuk kerucut , karena pada puncaknya terdapat sebuah bidang datar yang digunakan sebagai tempat ritual mereka. Disekelilingnya, kita dapat menemui empat tangga yang berjumlah sekitar 91 undakan, dan terdapat satu undakan lagi pada bagian paling atas, sehingga total undakan keseluruhan berjumlah 365 undakan. Tinggi bangunan ini mencapai 24 meter, sedangkan area pada puncaknya yang digunakan untuk menaruh persembahan setinggi 6 meter.

Dan bukan menjadi suatu rahasia lagi bahwa Bangsa Maya merupakan sebuah peradaban yang memiliki tingkat pengetahuan Astronomi yang sangat luar biasa. Hal tsb memang tak pernah diragukan lagi oleh para astronom pada saat ini. Jauh sebelum Nicholas Copernicus menyatakan bahwa bentuk bumi bulat serta teori heliosentris yang menyatakan matahari sebagai pusat tata surya, orang Maya sudah mengetahui akan hal itu jauh-jauh hari sebelumnya. observatorium astronomi bangsa Maya juga memiliki bentuk bangunan yang sangat spesifik. Dilihat dari sudut pandang masa kini, secara fungsional maupun bentuk luar observatorium bangsa Maya sangat mirip dengan observatorium masa kini, sebagai contoh misalnya menara pengamat observatorium Kainuoka/El Caracol yang juga terletak di kawasan Chichen Itza, di atas teras yang indah dan sangat besar pada menara tersebut, terdapat undakan kecil bertingkat-tingkat yang menuju ke teras.

El Caracol Observatory Ada beberapa kemiripan dengan observatorium sekarang, juga merupakan sebuah bangunan tingkat rendah yang berbentuk tabung bundar, pada bagian atas terdapat sebuah kubah yang berbentuk setengah bola, kubah ini dalam rancangan observatorium sekarang adalah tempat untuk menjulurkan teropong astronomi. Empat buah pintu di lantai yang rendah tepat mengarah pada 4 posisi. Jendela di tempat itu membentuk 6 jalur hubungan dengan serambi muka, paling sedikit tiga di antaranya berhubungan dengan astronomi. Salah satunya berhubungan dengan musim semi (musim gugur), sedangkan dua lainnya berhubungan dengan aktivitas bulan. Menara pengamat observatorium El Caracol ini adalah peninggalan terbesar dalam sejarah, peninggalan sejarah yang lain juga memiliki bangunan yang serupa. Semuanya dalam posisi yang saling merapat dengan matahari dan bulan. Belakangan ini arkeolog beranggapan bahwa astronom bangsa Maya pada zaman purbakala telah membangun jaringan pengamat astronomi pada setiap wilayahnya.

Hingga saat ini, kita masih bisa menemukan sisa-sisa pengaruh kebudayaan Maya yang masih melekat pada beberapa penduduk di Kawasan Yucatan Peninsula dan sedikit di wilayah bagian Chiapas, bahasa asli suku Maya kuno masih banyak digunakan sebagai dialek sehari-hari mereka dan ditafsirkan empat sampai enam juta orang penduduk disekitar Yucatan masih menggunakan bahasa tsb. Hal tsb juga berlaku pada tradisi Bangsa Maya Kuno, masyarakat di Yucatan masih meneruskan banyak tradisi masyarakat Maya kuno seperti menanam tanaman pangan tradisonal mereka (jagung, buncis, cabai, tomat dan labu) dengan teknik yang sama, dan memilih menggunakan tanaman herbal sebagai obat-obatan mereka. Sekitar 550 M, Orang Maya berhasil menyelesaikan pembangunan dua buah Chichen (mulut sumur). Sumur pertama merupakan bagian yang dikeramatkan oleh mereka sedangkan bagian kedua dipergunakan untuk penggunaan sehari-hari. Chichen Itza, seperti kebanyakan pusat Maya lainnya, merupakan pusat aktivitas rohani mereka.Ritual-ritual persembahan yang ditujukan kepada para Dewa banyak dilakukan disini. Sejarah mengatakan bahwa kawasan Chichen Itza ditinggalkan oleh orang Maya disekitar 900 M, ini berbarengan dengan periode dimana 80 % Bangsa Maya dikatakan mengilang secara misterius. Hingga saat ini belum ada sebuah penjelasan yang bisa menjawab misteri menghilangnya populasi peradaban ini.
Continue reading Piramid Chichen Itza

23 Juni 2012

, , ,

Borobudur, Piramida dan Alien

Banyak orang telah mengenal piramida. Piramida adalah bangunan modern pada masa purba yang terdapat di Mesir. Bangunan ini disusun bertingkat, makin ke atas makin kecil. Piramida terdiri atas ribuan bongkahan batu. Tiap batu mempunyai berat sekitar dua ton. Diperkirakan berat sebuah piramida mencapai jutaan ton. Bila dideretkan maka panjang batu pada piramida Cheops, piramida terbesar di Mesir, melebihi panjang pantai Amerika dari utara ke selatan.

Bagaimana membuat piramida, berapa lama waktu untuk menyelesaikannya, dan berapa banyak orang yang mengerjakannya? Sejak lama para pakar masih belum bisa memberikan jawaban memuaskan. Hanya sebagian misteri yang berhasil diungkapkan, antara lain oleh arkeolog Inggris Howard Carter terhadap makam Tutankhamen di dalam sebuah piramida. Carter dan tim ekspedisinya menemukan terowongan berikut tangga yang tersusun rapi dan sejumlah catatan tertulis. Di dalam terowongan itu terdapat makam raja dan keluarganya yang mayatnya sudah diawetkan (mumi). Perhiasan emas, prasasti yang berisi kutukan, dan gambar dinding. Perlu waktu puluhan tahun untuk melakukan ekskavasi di sini.

Banyak pakar menduga piramida dibangun dari bagian bawah terus ke atas. Tangga naik, untuk meletakkan batu-batu di atasnya, menggunakan punggung bukit. Setelah bagian tertinggi rampung, maka bukit tersebut dipangkas habis. Dengan demikian yang tersisa hanyalah piramida. Yang masih sukar diperkirakan adalah bagaimana membawa batu seberat dua ton ke atas. Kalau dengan kerekan, berapa besar kerekannya? Kalau dengan batang pohon, bagaimana menggelindingkan batu yang demikian berat itu? Masalahnya, salah perhitungan sedikit saja, nyawa terancam melayang. lni karena bentuk piramida Mesir sangat landai, tidak berundak sebagaimana piramida Amerika Selatan.

Ditafsirkan, piramida dikerjakan selama berpuluh-puluh tahun. Bahan bangunan kemungkinan besar berasal dari sepanjang sungai Nil dan daerah-daerah di sekitar tempat piramida berdiri. Beberapa tahun lalu pakar-pakar Jepang, Prancis, dan negara-negara maju pernah melakukan eksperimen untuk membuat piramida tiruan. Mereka menggunakan alat-alat berat dan alat-alat modern, termasuk helikopter sebagai alat pengangkut batu. Pada tahap pertama. mereka mengawalinya dari bagian bawah. Ternyata pembangunan piramida tidak rampung. Begitu pula ketika dimulai dari bagian atas. Mengapa teknologi masa kini tidak mampu menyaingi teknologi purba? Benarkah pekerja-pekerja Mesir dulu dibantu tenaga gaib para jin dan dewa sehingga berhasil mendirikan bangunan supermonumental itu?

Piramida Mesir tidak dibuat sembarangan. Ada kaidah-kaidah tertentu yang harus ditaati. Pada bagian atas piramida terdapat sebuah lubang. Lubang ini menghadap ke arah matahari terbit. Hal ini tentu dimaklumi karena bangsa Mesir purba menganggap dewa Ra (Matahari) sebagai dewa tertinggi. Uniknya, bila bentuk piramida direbahkan ke atas tanah, maka sudut-sudutnya tepat berada di garis lingkaran. Dengan adanya bentuk demikian disimpulkan bahwa pembangunan piramida direncanakan dengan teliti. Apalagi bayangan matahari pada piramida tadi menunjukkan musim-musim yang ada di tanah Mesir. Menurut sejumlah ahli Egyptotogi (pengetahuan tentang sejarah dan kebudayaan Mesir), makna simbolis pada piramida begitu besar. Tulisan-tulisan hieroglif menyiratkan ada unsur magis pada bangunan itu.

Tahun 1930-an W.O.J. Nieuwenkamp pernah memberikan khayalan ilmiah terhadap Candi Borobudur. Didukung penelitian geologi, Nieuwenkamp mengatakan bahwa Candi Borobudur bukannya dimaksud sebagai bangunan stupa melainkan sebagai bunga teratai yang mengapung di atas danau. Danau yang sekarang sudah kering sama sekali, dulu meliputi sebagian dari daerah dataran Kedu yang terhampar di sekitar bukit Borobudur. Foto udara daerah Kedu memang memberi kesan adanya danau yang amat luas di sekeliling Candi Borobudur.

Menurut kitab-kitab kuno, sebuah candi didirikan di sekitar tempat bercengkeramanya para dewa. Puncak dan lereng bukit, daerah kegiatan gunung berapi, dataran tinggi, tepian sungai dan danau, dan pertemuan dua sungai dianggap menjadi lokasi yang baik untuk pendirian sebuah candi. Candi Borobudur didirikan dekat pertemuan Sungai Eto dan Progo di dataran Kedu. Tanpa bantuan peta sulit bagi kita sekarang untuk mengenali kedua sungai itu. Untuk menentukan lokasi candi mutlak diperlukan pengetahuan geografi dan topografi yang benar-benar handal. Sungguh mengagumkan nenek moyang kita sudah memiliki pengetahuan seperti itu. Bangunan Candi Borobudur dianggap benar-benar luar biasa. Bahan dasarnya adalah batuan yang mencapai ribuan meter kubik jumlahnya. Sebuah batu beratnya ratusan kilogram. Hebatnya, untuk merekatkan batu tidak digunakan semen. Antarbatu hanya saling dikaitkan, yakni batu atas-bawah, kiri-kanan, dan belakang-depan.

Yang mengagumkan, bila dilihat dari udara, maka bentuk Candi Borobudur dan arca-arcanya relatif simetris. Kehebatan lain, di dekat Candi Borobudur terdapat Candi Mendut dan Candi Pawon. Ternyata Borobudur, Mendut, dan Pawon jika ditarik garis khayal, berada dalam satu garis lurus. Maka kemudian orang mereka-reka bahwa pembangunan Candi Borobudur juga dibantu para jin, dewa, dan ”orang pintar” lainnya.

Tahun 1970-an muncul Erich von Daniken, seorang pengarang fiksi ilmiah (science fiction), yang bukunya sangat populer. Beberapa karyanya seperti Kereta Perang Para Dewa, Kembalinya Bintang-Bintang, Emas Para Dewa, Mencari Dewa-Dewa Kuno, dan Mukjizat Para Dewa berhasil membius jutaan pembacanya dengan khayalan yang sulit dipercaya namun dapat juga dicerna akal sehat. Di dataran tinggi Nazca (Peru), demikian awal kisah, terdapat sebuah lajur tanah rata yang panjangnya lebih dari 50 kilometer. Para arkeolog menafsirkannya sebagai ”jalan raya bikinan bangsa Inca”. Namun von Daniken menganggapnya sebagai ”landasan bandar udara untuk melayani penerbangan antarbintang”, apalagi dia berhasil mengaitkannya dengan sejumlah temuan arkeologi. Dengan imajinasinya von Daniken mengatakan pasti ada planet lain yang dihuni oleh makhluk sejenis manusia. Penghuni planet itu adalah makhluk-makhluk yang kecerdasan otak dan peradabannya melebihi manusia biasa. Berpuluh-puluh ribu tahun yang lalu makhluk-makhluk ini berkunjung ke bumi mengendarai wahana antariksa yang dapat mengarung angkasa dengan kecepatan supertinggi. Ternyata khayalan von Daniken didukung oleh berbagai tinggalan arkeologi.

Pada sebuah peta dari Istana Topkapi di Turki, tergambar benua Amerika dan Afrika dengan di bawahnya daratan Antartika di kutub selatan. Penggambaran peta demikian hanya mungkin dilakukan melalui pemotretan dari jarak jauh di angkasa. Bila dicermati peta kuno itu sama benar dengan peta bikinan Angkatan Udara AS hasil proyeksi sama jarak dari titik tolak di Mesir. Di Val Camonica (Italia) dan di Tassili (Gurun Sahara) terdapat lukisan dinding yang menggambarkan orang berpakaian seperti astronot zaman sekarang, lengkap dengan baju tebal dan helm. Bahkan helmnya menutupi seluruh kepala dan dilengkapi antena. Kalau begitu benarkah dulu pemah terjadi penerbangan angkasa luar yang dilakukan makhluk dari planet lain ke bumi?

Dalam perkembangannya makhluk dari angkasa luar itu berubah wujud menjadi tokoh dewa, sering dipuja masyarakat purba. Adanya dewa tergambar jelas dari mitologi dan berbagai kitab keagamaan di pusat-pusat kebudayaan kuno, seperti di Maya, Inca, Mesopotamia, India, Mesir, Yunani, Romawi, dan Indonesia. Dalam mitologi dan kitab keagamaan digambarkan para dewa bersemayam jauh di atas sana dan sewaktu-waktu dapat berkunjung ke bumi, baik dengan terbang secara langsung maupun menggunakan wahana antariksa.

Sampai kini kita belum dapat memberikan jawaban yang pasti apakah pembangunan piramida dan Candi Borobudur memang benar-benar dibantu makhluk dari angkasa luar ataukah keterampilan bangsa sekarang masih minim. Teori siapakah yang harus kita ikuti, teori von Daniken yang imajinatif dan bobot ilmiahnya kurang meyakinkan ataukah teori para arkeolog yang saintifik? Sayang teori yang saintifik itu masih misteri seperti halnya misteri yang masih menyelimuti piramida dan Candi Borobudur.
Continue reading Borobudur, Piramida dan Alien
, , ,

Antara Piramid Dan Ruang Kosmos

Dimanakah kita berada sekarang? Apakah pada suatu hari nanti manusia akan menguasai ruang angkasa? Apakah makhluk hidup dari daerah kosmos yang tak ada batasnya ini pernah ada yang berkunjung ke bumi, jauh di masa silam? Apakah ada inteligensia yang tak dikenal di suatu tempat di alam semesta ini yang sedang mencoba mencari hubungan dengan kita? Apakah zaman kita ini, dengan segala penemuannya yang membawa masa depan yang menggemparkan itu benar-benar mengerikan ?

Berdasarkan pengetahuan yang kita peroleh dari para ahli tentang Mesir, Mesir purbakala muncul di depa kita secara mendadak, lengkap dengan peradabannya yang sudah siap tanpa masa transisi. Kota-kota besar dengan kuil besar-besar, patung-patung raksasa yang gagah perkasa, jalan-jalan indah diapit oleh arca-arca besar, sistem pengeringan yang sempurna, pusara-pusara mewah yang dipahat dari batu karang, piramidapiramida raksasa dan lain-lain yang aneh; seolah olah muncul begitu saja dari dalam tanah; merupakan keajaiban asli yang sekonyong-konyong telah mencapai puncaknya tanpa diketahui sejarahnya.

Tanah pertanian yang subur hanya terdapat di Delta Nil dan pada tepi kanan kiri sungai itu, yang menurut taksiran para akhli jumlah penduduknya pada waktu piramida besar sedang didirikan adalah sekitar 50.000.000. orang. Suatu jumlah yang secara menyolok kontradiksi dengan jumlah penduduk dunia pada tahun 3000 sebelum masehi, yang ditaksir hanya 20.000.000 orang. Dalam penaksiran yang begitu besar, selisih satu atau dua juta, kurang atau lebih tidak menjadi soal. Tetapi satu hal yang sudah jelas, mereka harus diberi makan. Di sana bukan hanya terdapat rombongan pekerja konstruksi, tukang batu, akhli teknik, dan pelaut; bukan hanya ratusan ribu budak belian, melainkan juga tentara yang bersenjata lengkap, sejumlah pendeta yang disanjung-sanjung, para pedagang, petani, dan pegawai sipil; dan tidak kalah pentingnya dengan yang lain, ialah kehidupan mewah dari Firaun beserta ke luarganya. Dapatkah mereka hidup dari hasil pertanian yang hanya sedikit dari Delta Nil itu?

Seharusnya orang mengatakan.kepada saya, bahwa balok-balok batu yang diperlukan untuk membangun kuil itu didatangkan ke sana dengan jalan mendorongnya di atas gelondongan kayu. Tetapi orang-orang Mesir tak akan pernah menebangi pohon yang jumlahnva hanya sedikit itu, untuk dijadikan kayu gelondongan. Karena pohon-pohon di sana umumnya adalah pohon korma yang buahnya diperlukan untuk pangan, sedangkan pohon dan daunnya adalah satu-satunya peneduh untuk melindungi tanah dari kekeringan. Tetapi dari pernyataan di atas tentu mereka harus pernah memiliki kayu gelondongan, sebab jika tidak maka tidak akan didapat penjelasan teknik sekalipun yang selemahlemahnya tentang pembangunan piramida-piramida itu.

Apakah kayu untuk keperluan itu diimpornya? Untuk mengimpor kayu diperlukan armada kapal pengangkut yang cukup besar. Setelah kayu itu dibongkar di pelabuhan Alexandria, masih perlu diangkut lagi melalui sungai Nil ke Kairo. Oleh karena Mesir pada waktu membangun piramida besar tidak mempunyai kuda dan gerobak, maka tak ada kemungkinan lain. Gerobak dan kuda tak dikenal orang di Mesir sampai dinasti ke tujuh belas kira-kira tahun 1600 sebelum masehi. Jadi masalahnya sekarang ialah penjelasan yang meyakinkan tentang pengangkutan balok batu itu. Para sarjana tentu akan mengatakan bahwa gelondongangelondongan kayu memang dibutuhkan.

Banyak sekali persoalan yang ada hubungannya dengan teknologi pembangunan piramida itu, tetapi penyelesaiannya belum ada yang tepat. Bagaimana caranya orang-orang Mesir memahat pusara dari batu karang? Sumber dan dana apakah yang mereka miliki untuk membangun gedung gedung kesenian dan ruangan-ruangan besar ?

Dindingnya licin-licin dan hampir semuanya dihiasi dengan gambar-gambar relief. Lubang lubang terowongan melandai ke bawah menuju lantai yang berbatu karang. Mereka telah membuat anak tangga menuju ke kamar mayat jauh di bawah, dengan seni yang paling tinggi. Para wisatawan mengaguminya, tetapi tiada seorangpun di antara mereka yang mendapatkan penjelasan tentang cara penggaliannya. Namun dapat dipastikan bahwa orang-orang Mesir itu sejak dahulu kala adalah akhli dalam pembuatan terowongan, karena pusara-pusara yang dipahat dari satu balok karang yang dibuatnya sebelumnya persis sama dengan yang paling akhir. Tidak ada beda antara pusara Tety dari dinasti keenam dengan pusara Ramses I dari Kerajaan Baru, sekalipun terdapat tenggang waktu sedikit-dikitnya 1000 tahun di antara kedua pembuatannya. Jelas sekali bahwa orang orang Mesir tidak memerlukan sesuatu yang baru terhadap teknik lama mereka. Bangunan-bangunan yang lebih baru, sebenarnya merupakan jiplakan yang kurang sempurna dari modelmodel terdahulu.

Wisatawan yang mengunjungi piramida Cheops di sebelah barat Kairo dengan naik unta yang biasanya dipanggil Wellington atau Napoleon, akan diliputi perasaan aneh, seperti perasaan yang biasanya ditimbulkan oleh peninggalan masa silam yang misterius. Penunjuk jalan akan mengatakan bahwa seorang Firaun telah membuat pekuburan di sini. Setelah memotret beberapa obyek, si wisatawan pulang dengan membawa sedikit keterangan ilmiah itu. Piramida Cheops ini telah menginspirasikan beratusratus teori yang lemah dan gila. Dalam buku “Pusaka kita dalam Piramida Besar” karya Charles Piazzi Smith, berisi 600 halaman, diterbitkan dalam tahun 1864; kita dapat membaca banyak hubungan antara piramida dan bumi kita, yang memerindingkan bulu roma. Namun demikian, kalau diselidiki secara kritis, buku itu masih mengandung faktafakta yang memancing celaan.

Sudah diketahui umum bahwa orang-orang Mesir purbakala menganut agama matahari. Dewa Matahari mereka “Ra,” menjelajahi langit dengan kendaraan yang mengeluarkan letusan-letusan api. Naskah-naskah tentang piramida dari kerajaan kuno pun melukiskan wisatawisata sorga yang dilakukan oleh raja, yang sebenarnya dengan bantuan para dewa dan kapal mereka. Jadi para dewa dan para raja di Mesir semuanya telah terlibat dalam penerbangan.

Apakah benar-benar hanya kebetulan saja bahwa bila tinggi piramida Cheops diperbanyak dengan seribu juta, akan menjadi 98.000.000 mil kira-kira sesuai dengan jarak antara matahari dan bumi ? Apakah kebetulan juga, bahwa garis meridian yang melalui piramida-piramida membagi benua dan samudera menjadi dua bagian yang sama? Apakah kebetulan juga, bahwa luas bidang dasar piramida itu bila dibagi oleh dua kali tinggi, hasil baginya adalah r = 3.14159 yang sangat terkenal itu? Apakah kebetulan juga, bahwa mereka dapat menemukan cara menghitung berat bumi?

Apakah kebetulan juga bahwa tanah yang berbatu-batu di mana bangunan itu berdiri telah diratakan secara cermat sekali ?

Tidak ada sedikitpun petunjuk untuk menjelaskan mengapa orang-orang yang membangun piramida Cheops dan Firaun Khufu, yang justru memilih tanah padang pasir yang terjal berbatu batu untuk tempat bangunan itu. Adalah masuk akal kalau Firaun Khufu menggunakan celah alamiah yang terdapat dalam batu karang untuk bangunan raksasanya. Keterangan lain walaupun lemah, menyebut bahwa ia ingin mengawasi jalan nya pekerjaan dari istana musim panasnya. Kedua alasan itu bertentangan dengan pikiran sehat. Dalam hal pertama; apakah tidak lebih praktis kalau tempat bangunan itu lebih dekat kepada tambang di sebelah Timur, untuk memperpendek jarak transport bahan ? Dalam hal kedua, adalah mustahil kalau Firaun mau diganggu oleh hiruk pikuk pekerjaan pembangunan piramida, setiap hari. Oleh karena banyak kritik yang perlu dikemukakan terhadap buku-buku keterangan tentang pemilihan tempat bangunan itu, maka beralasanlah kiranya kalau dipertanyakan; apakah para “dewa” tidak turut menentukannya, sekali pun hanya lewat kependetaan ? Tetapi kalau penjelasan itu diterima, maka ada lagi satu pembuk tian yang penting terhadap teori saya tentang masa silam utopi dari umat manusia.

Karena piramida itu tidak hanya membagi benua-benua dan samudera-samudera menjadi dua bagian yang sama, melainkan juga letaknya yang tepat di pusat gratifikasi benua-benua. Kalau kenyataan di atas bukan kebetulan dan memang agaknya sulit untuk percaya bahwa itu kebetulan saja, maka lokasi bangunan itu pasti telah dipilih oleh makhluk-makhluk yang mengetahui benar bentuk bulat dari bumi ini serta bentangan benua dan samudera di atasnya. Jadi semuanya itu bukanlah kebetulan atau harus di anggap dongeng bohong belaka.

Dengan kekuatan apa, dengan “mesin-mesin” apa dan dengan teknik apa lapangan batu terjal itu diratakannya? Bagaimana caranya para akhli teknik bangunan itu membuat terowongan ke bawah menembus batu karang itu? Dan bagaimana cara meneranginya ? Baik di sini maupun di pusara pusara para raja di lembah-lembah, yang dipahat dalam balok batu karang, tidak ada tanda-tanda bahwa di situ pernah digunakan obor atau sebangsanya. Tidak ada langit-langit atau dinding yang hitam atau bekas membersihkan jelaga hitam.

Bagaimana dan dengan alat apakah balok batu itu dipotong dan dikeluarkan dari tambangnya? Bagaimana menajamkan pinggirannya dan menghaluskan sisi-sisinya? Bagaimana mengangkutnya dari tambang ke tempat pekerjaan dan bagaimana menyambungkannya satu sama lain sampai seteliti seperseribu inci?

Sekali lagi orang dapat memilih penjelasan di antara: dataran miring dan rata di mana balok-balok batu didorong, perancah dan jalur-jalur landai. Dan tentu saja tenaga kerja yang terdiri dari ratusan ribu budak belian, petani, akhli bangunan, dan pengrajin. Tiada satupun dari keterangan-keterangan ini yang tahan terhadap penelitian-penelitian kritis. Piramida besar sampai sekarang masih merupakan bukti nyata dari suatu teknik yang tak pernah dapat dipahami. Sekarang dalam abad kedua puluh ini, tiada seorang arsitekpun yang dapat menjiplak piramida Cheops itu, sekalipun disediakan bahan dan dana dari segenap benua. 2.600.000 potong balok raksasa telah dipotong dan ditambang, dihias, diangkut dan dipasang di tempat lokasi bangunan seteliti satu perseribu bagian dari satu inci. Dan jauh di bawah di dalam ruang-ruang, semua dindingnya digambari dengan cat berwarna.

Lokasi dari piramida itu adalah hasil ulah dari Firaun. Ukuran “klasik”nya yang tak tertandingi itu bagi para pendirinya hanyalah secara kebetulan saja. Beberapa ratus ribu pekerja mendorong dan menghela balok batu yang masing-masing seberat dua belas ton lebih ke atas jalur landai dengan tali yang tak pernah ada di atas gelondongan-gelondongan kayu yang tak pernah ada. Kelompok pekerja ini hidup dengan makan gandum tak juga pernah ada. Mereka tidur dalam kemah kemah yang tak pernah ada yang dibangun di luar halaman istana musim panas Firaun. Para pekerja itu dikomando dengan aba-aba “Holopis kuntul baris” melalui pengeras suara yang tak pernah ada, maka dengan demikian balok batu itu serentak didorong ke atas.

Dan jika para pekerja yang rajin itu setiap hari mencapai jatah pekerjaan hariannya yang luar biasa itu, yakni sepuluh balok ditumpuk satu di atas yang lainnya; maka untuk memasang 2.600. 000 balok batu menjadi suatu piramida yang megah itu memerlukan waktu 260.000 hari atau 664 tahun. Ya, dan jangan lupa pula, bahwa semua itu terjadi sebagai hasil dari ulah seorang raja sinting yang tak pernah mengalami penyelesaian bangunan yang telah diilhamkan kepadanya.

Memang, tak perlu menganggap teori ini sebagai sesuatu yang menggelikan. Siapakah secara jujur percaya bahwa piramida itu tak lain dan tak bukan ialah pusara seorang raja? Siapakah yang sekarang menganggap bahwa penerusan simbol simbol matematika dan astronomi adalah suatu hal yang kebetulan belaka? Sekarang sudah disepakati umum, bahwa piramida besar itu dihubungkan kepada Firaun Khufu sebagai penerima ilhamnya dan sebagai pendirinya. Mengapa ? Karena semua prasastinya dan lembaran-lembaran sejarahnya dihubung-hubungkan kepadanya.

Bagi saya jelas nampaknya, bahwa piramida itu tidak dapat dibangun dalam satu masa hidup seseorang. Tetapi bagaimana kalau Khufu memaksa orang untuk membuat prasasti dan lembaran sejarah itu karena ingin termasyhur? Cara itu sangat populer di zaman purba; banyak bangunan menjadi saksi. Jika seorang diktator ingin supaya dirinya masyhur, ia memerintahkan supaya keinginannya itu terlaksana, kalau itu halnya maka piramida itu telah ada sebelum Khufu memperkenalkan diri.

Di Perpustakaan Bohlean di Oxford terdapat sebuah tulisan kuno di mana pengarang “Copti” bernama Mas-Udi menetapkan bahwa Raja Mesir yang bernama Surid-lah yang membangun piramida besar di Mesir itu. Cukup aneh, Surid ini memerintah Mesir sebelum banjir besar. Raja Surid yang bijaksana ini memerintahkan para pendeta, supaya menuliskan segala kearifan mereka, dan menyembunyikannya di dalam piramida. Jadi, kalau menurut hikayat Copti, piramida itu didirikan sebelum banjir besar. Herodatus dalam Buku II nya tentang “Sejarah “ memperkuat dugaan itu. Para pendeta dari Thebes telah menunjukkan kepadanya 341 buah patung raksasa, yang masing-masing berarti satu generasi kependetaan tinggi, sedang seluruhnya mencakup masa 11.340 tahun.

Sekarang kita mengetahui bahwa tiap pendeta tinggi telah dibuatkan patung baginya untuk selama masa kehidupannya. Herodatus juga mengatakan bahwa selama ia bertempat tinggal di Thebes setiap pendeta secara bergiliran menunjukkan patungnya masing-masing kepadanya sebagai bukti seorang putera selalu mengikuti jejak ayahnya. Para pendeta itu menjamin bahwa pernyataan mereka itu sangat cermat karena mereka telah mencatat segala sesuatunya untuk generasi-generasi mendatang. Mereka menerangkan pula bahwa tiap patung dari 341 buah patung itu mewakili satu generasi. Sebelum 341 generasi ini para dewa hidup bersama-sama manusia biasa, sedangkan setelah itu tidak ada seorang dewapun yang datang mengunjungi mereka dalam bentuk manusia.

Masa sejarah mesir ditaksir kirakira 6500 ta hun. Kalau begitu mengapa para pendeta itu tak malu-malunya mendustai wisatawan Herodatus dengan 11.340 tahun itu? Dan mengapa mereka itu dengan tegas menekankan bahwa tak ada dewa hidup di tengah-tengah mereka selama 341 generasi? Perincian ini tidak akan ada artinya sama sekali jika para “dewa” benar-benar tidak pernah hidup di antara mereka di zaman yang silam itu.

Kita hampir tidak mengetahui apa-apa tentang bagaimana, mengapa, dan bila piramida itu dibangun. Sebuah gunung buatan setinggi 490 kaki dengan berat 6.500.000 ton berdiri di sana sebagai bukti dari kehebatan yang dicapai pada waktu itu. Monumen ini diduga bukan apa-apa melainkan kuburan mewah dari seorang raja yang sangat royal. Setiap orang yang percaya kepada keterangan demikian boleh datang di sana.

Mummi-mummi yang juga tidak dapat mengerti dan belum dijelaskan dengan meyakinkan, menatap kita dari masa yang baru saja silam, seolah-olah mereka itu memegang beberapa rahasia ajaib.

Sebagian orang ada yang mengetahui teknik pembalseman mayat. Penemuan-penemuan arkeologis memperkuat dugaan bahwa makhluk purbakala percaya akan adanya kehidupan badaniah kedua di kemudian hari. Interpretasi demikian akan dapat diterima jika dalam falsafah agama dari kepurbakalaan terdapat bukti yang paling dekat dari kepercayaan akan kehidupan badaniah kedua. Jika nenek moyang kita yang masih primitif itu hanya percaya akan adanya kehidupan rohaniah kedua, maka mereka tidak akan begitu repot-repot mengenai kematian itu. Tetapi penemuan dalam pusara-pusara di Mesir memberikan contoh demi contoh dari pembalseman mayat sebagai persiapan untuk kehidupan badaniah yang kedua itu.

Apa yang dikatakan oleh bukti, apa yang di katakan oleh pembuktian terlihat dan tidak akan begitu menggelikan. Lukisan-lukisan dan hikayat hikayat sebenarnya menunjukkan bahwa para “dewa” berjanji akan datang kembali dari bintang bintang untuk membangunkan mayat-mayat yang dibalsem sesempurnasempurnanya, untuk memasuki kehidupan baru. Itu sebabnya maka ketentuan tentang pembalseman mayat dalam ruang-ruang penguburan dibuat sedemikian praktis, karena diperuntukkan bagi kehidupan di balik kubur ini. Jika tidak demikian, lalu apa kiranya yang telah mereka lakukan dengan uang, permata, dan segala benda lsesayangan mereka? Hal itu mereka lakukan karena bagi mereka itu bahkan di dalam pusaranya disediakan juga beberapa pelayan yang pasti telah dikubur hidup-hidup.Titik berat dari segala persiapan itu ialah kelanjutan kehidupan dalam kehidupan baru.

Pusara-pusara itu sangat tahan lama dan kokoh hampir tahan akan bom atom, dan dapat menahan keganasan alam sepanjang masa. Barang-barang berharga yang ditinggalkan di dalarnnya, seperti emas, dan batu pertama, sebenarnya tak dapat rusak.

Di sini saya tidak akan menyinggung pembicaraan tentang penyalahgunaan pembalseman yang terjadi kemudian. Saya harus berkepentingan dengan pertanyaan: Siapakah gerangan yang memasukkan gagasan tentang kelahiran kembali badaniah ini ke dalam benak orang-orang penyembah berhala ini? Dan dari mana datangnya gagasan yang berani ini yakni bahwa sel-sel dari badan seseorang harus diawetkan, sehingga, jika mayatnya disimpan di dalam tempat yang ditutup sangat rapat dapat dibangunkan kembali untuk mematuhi kehidupan baru, beribu-ribu tahun kemudian?

Selama ini masalah pembangunan kembali yang misterius ini hanya baru ditinjau dari segi keagamaan saja. Tetapi bagaimana halnya dengan Firaun yang kita anggap lebih banyak mengetahui tentang sifat dan kebiasaan para “dewa” dari pada kawula-kawula negaranya, apakah dia juga mempunyai gagasan-gagasan gila ini? “Aku harus membuat pekuburan bagi diriku sendiri, yang tak dapat rusak selama jutaan tahun dan dapat dilihat orang jauh dari seberang negeri. Para dewa berjanji akan datang kembali dan akan membangunkan daku, untuk memulihkan daku hidup kembali”.

Apa yang harus kita katakan tentang itu dalam abad ruang angkasa ini? Akhli pengetahuan alam dan astronomi Robert C.W. Ettinger, dalam bukunya berjudul “Prospek dari Keabadian”, terbitan tahun 1965; menyarankan suatu cara untuk membekukan badan kita sedemikian rupa sehingga sel-selnya dilihat dari segi biologi dan medis masih tetap hidup, tetapi kegiatannya terhambat satu milyar kali. Gagasan ini di masa sekarang masih utopis, tetapi kenyataannya klinik besar sekarang mempunyai “bank tulang” yang mengawetkan tulang manusia dalam keadaan sangat dingin yang membekukan, sehingga selselnya tetap hidup selama bertahun-tahun dan pada waktunya nanti dapat digunakan kembali. Darah segar ini pun sudah diperaktekan di seluruh dunia sekarang dapat disimpan untuk waktu yang tak terbatas pada suhu 196 C di bawah nol, sedangkan sel-sel hidup dapat disimpan untuk waktu yang hampir tak terbatas pada suhu dari nitrogen cair. Apakah Firaun juga mempunyai gagasan yang fantastis, yang segera direalisasikan dalam praktek?

Yang berikut ini anda harus membacanya dua kali untuk memahami benar implikasi yang fantastis dari penelitian ilmiah sebagai berikut. Walau pun bulan Maret 1963, para biologis dari University of Oklahoma memastikan bahwa sel-sel kulit dari seorang putera Mesir yang. bernama Mene dapat hidup, sedangkan ia telah meninggal dunia beberapa ribu tahun yang lalu.

Beberapa penemuan di berbagai tempat yang ada muminya, mummi itu telah diawetkan demikian sempurnanya dan utuh, sehingga kelihatannya seperti hidup. Mummi glasier peninggalan orang-orang Inca sudah bertahan berabad-abad dan secara teori mereka mampu untuk hidup kembali. Utopi?

Dalam musim panas tahun 1965, televisi Rusia memperlihatkan dua ekor anjing yang telah dibekukan selama seminggu. Pada hari ketujuh anjing-anjing itu di “cairkan” kembali dan sekonyong-konyong hidup kembali seperti sediakala.

Orang Amerika (ini bukan rahasia) sedang memikirkan dengan serius suatu bagian dari program ruang angkasanya, yakni bagaimana membekukan para astronot yang akan datang untuk perjalanan mereka yang panjang sekali ke bintang-bintang yang jauh.

Dr. Eltinger yang sering mencek masa kini dan meramalkan hari depan di mana orang tidak lagi akan dapat dimakan api atau cacing. Badan manusia akan dibekukan dalam kuburan yang sangat dingin atau bunker-bunker pembeku, sambil menanti kemajuan di bidang kedokteran yang dapat menghilangkan sebab-sebab dari kematian mereka dan kemudian menghidupkan mereka ke dalam kehidupan baru. Orang dapat memahami impian yang mengerikan tentang sepasukan tentara yang dibekukan, dan kemudian akan “dicairkan” kembali bila perlu, terutama dalam keadaan perang; suatu gagasan yang benar-benar menakutkan.

Tetapi apa hubungannya mummi itu dengan teori kita tentang wisatawan-wisatawan ruang angkasa di masa silam itu? Apakah saya dengan tergesa-gesa sedang menggali bukti-bukti? Saya bertanya: Bagaimana orangorang purbakala mengetahui bahwa sel-sel badan tetap hidup kemudian mengendur semilyar kali setelah mengalami pengerjaan tertentu? Dan darimana asalnya gagasan tentang keabadian dan bagaimana orangorang mendapatkan konsepsi tentang kebangkitan kembali badaniah?

Kebanyakan orang purbakala mengetahui teknik permummian; orang kaya benar-benar mempraktekkannya. Di sini saya tidak mempersoalkan fakta yang dapat diperlihatkan ini melainkan mencari jawaban atas pertanyaan, dari mana asalnya gagasan tentang bangun kembali atau hidup kembali.

Apakah gagasan itu timbul pada beberapa raja atau putra mahkota bangsa pengembara hanya semata-mata secara kebetulan saja, atau karena ada beberapa penduduk kaya yang melihat para “ dewa” merawat mayat dengan proses yang sulit kemudian menyimpannya dalam peti mayat yang terbuat dari batu yang tahan bom? Apakah ada beberapa wisatawan ruang angkasa mengajarkan kepada seorang pangeran yang cerdas dan berdarah raja, bagaimana mayat dapat di bangunkan kembalise telah mendapat perawatan khusus?

Spekulasi ini mernerlukan konfirmasi dari sumber-sumber kontemporer. Dalam beberapa ratus tahun mendatang umat manusia akan menguasai penerbangan ruang angkasa yang sekarang masih di anggap tak masuk akal. Biro-biro keparawisataan akan menawarkan tour ke planet-planet dengan tanggal pemberangkatan dan tanggal kembali yang tepat dalam brosur-brosurnya.

Jelaslah bahwa persyaratan bagi penguasaan ini ialah semua cabang ilmu pengetahuan harus mengikuti perkembangan ruang anskasa. Elektronika dan sibernetika saja tidak cukup. Kedokteran dan biologi akan memberikan bantuannya dengan jalan menemukan suatu cara untuk memperpanjang fungsi-fungsi vital dari badan manusia. Bagian ini dari penelitian ruang angkasa sekarang sedang giat-giatnya bekerja.

Di sini kita harus bertanya kepada diri sendiri: Apakah para angkasawan purbakala sudah mengetahui bahwa kita harus tumbuh kembali dari permulaan lagi? Apakah para cendekiawan purbakala telah mengetahui caracara pengawetan badan manusia supaya dibangkitkan kembali setelah ribuan tahun kemudian? Atau barangkali ada beberapa “dewa “ yang cerdas, menaruh perhatian pada “pengawetan” sekurang-kurangnya satu sosok mayat dengan maksud supaya kelak kemudian hari dapat dihidupkan kembali untuk ditanyai tentang sejarah generasinya ? Mungkinlah interogasi semacam itu yang dilakukan oleh para dewa sudah pernah terjadi?

Dalam perjalanan waktu berabad-abad, mummifikasi yang semula adalah suatu hal yang suci, lama kelamaan akan menjadi mode. Sekonyong konyong setiap orang ingin dihidupkan kembali. Sekonyong-konyong setiap orang menduga bahwa ia dapat memasuki kehidupan baru selama ia masih mengikuti cara-cara nenek moyangnya.

Para pendeta tinggi yang juga mempunyai pengetahun tentang kebangkitan kembali banyak mempengaruhi cara peribadatan ini, karena kelom poknya memanfaatkan cara ini dengan baik. Saya telah menyebut kemustahilan jasmaniah dan usia para raja Sumeria, dan telah menyebut beberapa data dari Injil. Telah saya pertanyakan pula, apakah tidak mungkin bahwa raja-raja ini adalah wisatawan ruang angkasa yang telah memperpanjang jenjang hidupnya melalui efek pergeseran waktu pada penerbangan antar bintang yang kecepatannya hanya sedikit di bawah kecepatan cahaya.

Apakah kita barangkali sedang mendapat petunjuk ke dalam zaman orang-orang yang disebut dalam naskah, kalau kita mengasumsikan bahwa mereka itu telah dibalsem atau dibekukan ?

Kalau kita ikuti teori ini, maka para wisatawan ruang angkasa yang tak dikenal itu mungkin adalah orang-orang terkemuka purbakala yang dibekukan ditidurkan seperti dalam dongeng, kemudian dikeluarkan dari tempat penyimpanannya, “dicairkan kembali, kemudian bercakap-cakap dalam kunjungan mereka berikutnya. Pada tiap akhir kunjungannya, para pendeta tinggi yang diangkat oleh para pendeta wisatawan ruang angkasa ditugaskan untuk menyiapkan mayat yang akan diawetkan dan disimpan dalam kuilkuil besar sampai para “dewa” itu datang kembali.

Tak mungkin? Menggelikan? Justru kebanyakan manusia yang merasa dirinya terikat oleh hukum-hukum alam itu, yang paling bodohlah yang menentang teori ini. Bukankah alam sendiri yang suka mempertontonkan contoh-contoh yang bagus sekali tentang “tidur di musim dingin” dan kebangkitan kembali ini ?

Ada beberapa jenis ikan yang setelah dibekukan dan kemudian dimasukkan ke dalam suhu yang sedang, dapat hidup kembali dan berenang lagi dalam air. Bunga-bunga dan tempayak bukan hanya suka tidur di musim dingin, melainkan mereka dapat muncul kembali dengan segar bugar dalam warna dan bungkus yang baru.

Biarlah saya menjadi penganjur terkutuk. Apakah orang-orang Mesir belajar pembalseman mayat itu dari alam? Kalau memang demikian adanya, maka harus ada cara pemujaan khas bagi kupu-kupu atau kembang, atau sekurang-kurangnya ada tanda-tanda dari cara pemujaan demikian. Tetapi mayatnya tidak ada. Pusarapusara di bawah tanah memang berisi peti-peti batu besar berisi binatang-binatang yang dibalsem. Tetapi sekalipun diketahui keadaan cuaca atau iklimnya, orang-orang Mesir itu tak dapat meniru tidur musim dingin dari binatang.

Lima mil dari Helwan terdapat lebih 5000 pusara dari berbagai ukuran yang semuanya berasal dari zaman dinasti pertama dan kedua. Pusara-pusara ini menunjukkan bahwa mumifikasi telah berusia 6.000 tahun lebih. Dalam tahun 1953 Profesor Emery menemukan sebuah pusara besar dalam pekuburan yang sudah tidak terpakai lagi di Sakkare Utara. Pusara ini dihubungkan dengan pikiran dari dinasti pertama. Terpisah dari pusara utama terdapat lagi 72 pusara lainnya, diatur dalam tiga barisan. Dalam pusara-pusara ini dibaringkan mayat-mayat para pelayan yang ingin menyertai raja-rajanya dalam dunia baru. Tidak terdapat tanda-tanda bekas penganiayaan pada mayat 64 orang pemuda dan 7 orang pemudi ini. Mengapa ke 72 orang ini mau dikurung dalam ruangan ini sampai mati ?

Kepercayaan akan kehidupan di balik kuburlah yang dapat memberi penjelasan tentang phenomena ini. Di samping emas dan batu permata, dalam pusara para Firaun itu terdapat pula persediaan jagung, minyak nabati, rempah-rempah; yang jelas dimaksudkan untuk persediaan penghidupan yang akan datang. Selain oleh para pencuri kuburan, pusara-pusara itu pernah pula dibuka oleh firaun-firaun. Para firaun ini menemukan persediaan pangan bagi nenek moyangnya itu dalam keadaan masih baik dan utuh. Dengan perkataan lain, persediaan pangan itu tidak dimakan oleh mumi dan tidak pula dibawa pindah ke dunia lain. Dan jika pusara ini akan ditutup kembali; persedian pangan segar dimasukkan ke dalam ruang di bawah tanah yang aman terkunci, dan disegel supaya tidak dicuri orang. Jelas sekali bahwa orang orang Mesir percaya akan kebangkitan kembali dalam waktu mendatang yang jauh, bukan kebangkitan kembali yang segera dalam waktu dekat ini.

Pada bulan Juni tahun 1954, juga di Sakkara telah ditemukan sebuah pusara yang masih utuh, belum dirampok orang. Ini terbukti dari adanya peti yang berisi emas dan batu permata masih utuh dalam ruang pekuburan. Peti batu berisi mumi itu ditutup dengan tutup yang bisa digeser, bukan dengan tutup yang biasanya dapat di angkat. Pada tanggal 6 Juli, Dr. Gonein membuka peti batu itu dengan segala upacara. Pusara itu ternyata kosong. Sama sekali kosong tanpa mumi. Apakah muminya pindah meninggalkan segala perhiasannya?

Rodenko seorang Rusia, menemukan kuburan dari Kurgan V, lima puluh mil dari perbatasan Mongolia Luar. Kuburan ini berbentuk bukit batu yang di dalamnya diperhalus dengan kayu. Seluruh ruang pekuburannya dibungkus oleh lapisan es abadi, sehingga isi dari pekuburan itu ada dalam pengawetan dengan jalan pembekuan. Satu di antara ruang-ruang pekuburan itu berisi mayat seorang pria dan seorang wanita yang kedua-duanya telah dibalsem. Kedua-duanya dibekali persediaan yang mungkin akan mereka butuhkan dalam kehidupan yang akan datang; seperti makanan dalam pinggan, pakaian, batu permata, dan alat-alat musik. Segala sesuatunya beku dan dalam keadaan pengawetan yang sempurna sekali. Demikian juga keadaan mumimumi yang telanjang bulat. Dalam salah satu ruang pekuburan, para sarjana menemukan suatu persegi panjang berisi 4 baris yang masing-masing terdiri dari 6 bujur sangkar. Dalam tiap bujur sangkar ini terdapat lukisan. Keseluruhan persegi panjang ini merupakan suatu tiruan dari permadani batu yang ada di Istana Asyiria di Niniveh.

Arca-arca aneh yang menyerupai Sphinx dengan tanduk yang rumit di atas kepalanya dan sayap di punggungnya dapat dilihat dengan jelas. Posisi arca-arca ini seperti yang akan terbang. Tetapi motivasi untuk kehidupan rohaniah berdua tak mungkin dapat didasarkan kepada penemuan-penemuan di Mongolia itu. Cara pembekuan yang dipergunakan di sana untuk itulah pekuburan ini sebelah dalamnya dilapisi kayu, adalah terlalu banyak di dunia ini dan nyata sekali di maksudkan untuk keperluan-keperluan yang berkaitan dengan bumi.

Mengapa orang-orang purbakala itu menduga bahwa mayat yang diproses secara ini dapat mencapai suatu keadaan yang memungkinkan pembangkitan kembali? Ini tetap merupakan suatu teka teki, walaupun hanya untuk sementara.

Di kampung Wu Chan di negeri Cina terdapat sebuah pusara yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran 45 x 39 kaki. Di dalamnya terdapat kerangka tulang dari 17 lelaki dan 24 perempuan. Tidak seorangpun di antaranya menunjukkan tanda-tanda bekas kekerasan.

Ada pusara gletsier di Andes, ada pusara es di Liberia, ada pusara perorangan maupun kelompok di Cina, Sumeria dan Mesir. Mumi-mumi telah ditemukan di Utara maupun di Afrika Selatan. Semua mayat itu dibekali perbekalan untuk kehidupan baru. Semua pusara telah dibangun dan dibuat demikian kokoh sehingga dapat bertahan ribuan tahun.

Apakah semua ini hanya kebetulan belaka? Apakah semua ini hanya kesukaran atau ulah aneh aneh dari nenek moyang kita? Apakah memang ada janji di zaman purbakala akan adanya perkembalian badaniah yang tidak kita ketahui? Siapakah yang membuat janji itu?

Beberapa pusara yang sudah berumur 10.000 tahun telah digali di Jericho. Di dalamnya ditemukan sejumlah model tengkorak yang sudah berumur 8.000 tahun. Model-model itu dibuat dari batu kapur. Inipun mengherankan, karena orang-orang dari zaman itu belum mengenal teknik pembuatan tembikar. Di bagian lain dari Jericho di temukan rumah berderet-deret. Dinding-dinding rumah di bagian atasnya melengkung ke dalam seperti kubah. Pemeriksaan dengan isotop carbon C 14 menunjukkan, bahwa rumah-rumah itu sudah berumur 10.400 tahun. Kita ketahui bahwa isotop carbon C 14 dapat digunakan untuk menentukan umur rumah-rumah itu sama benar dengan yang telah disampaikan oleh para pendeta Mesir kepada kita. Mereka mengatakan bahwa nenek moyang mereka yang juga pendeta, telah dibebas-tugaskan 11.000 tahun yang lalu. Apakah ini juga hanya kebetulan saja ?

Batu-batuan pra sejarah di Lussac, Perancis merupakan penemuan yang istimewa. Batu-batu itu menunjukkan gambar dari pria-pria yang berpakaian modern; bertopi, memakai jaket, dan bercelana pendek. Abbe Breuil mengatakan bahwa gambar-gambar itu adalah otentik. Pernyataannya ini menyebabkan pra sejarah menjadi membingungkan. Siapakah yang telah memahat batu-batu itu? Siapakah yang telah mengkhayal bahwa penghuni gua yang masih berbaju kulit binatang, dapat menggambar manusia dari abad ke duapuluh pada dinding?

Beberapa lukisan dari zaman batu yang betul betul hebat, telah ditemukan pula di Luscaux diPerancis Selatan dalam tahun 1940. Lukisan-lukisan itu begitu hidup dan masih utuh, bagaikan lukisan di zaman sekarang.

Dua pertanyaan segera timbul dalam benak kita. Bagaimana caranya menerangi dinding gua itu supaya para artis zaman batu itu dapat menyelesaikan tugasnya yang.sulit itu? Mengapa dinding-dinding itu harus dihias dengan lukisan-lukisan yang mengherankan itu ? Biarkanlah pertanyaan-pertanyaan itu dijawab oleh mereka yang menganggap pertanyaan itu pertanyaan tolol. Jika penghuni gua dari zaman batu itu masih primitif dan setengah biadab, mereka tak akan mampu membuat lukisan-lukisan yang sangat mengherankan itu. Tetapi kalau mereka mampu, mengapa mereka tidak mampu membuat kubu-kubu untuk berteduh? Para pejabat terkemuka pun mengakui bahwa sudah sejak jutaan tahun yang lalu, binatang mampu membuat sarangnya sendiri untuk tempat berteduh. Tetapi pengakuan bahwa homo sapiens juga mempunyai kemampuan yang sama seperti sejak jutaan tahun pula, tidak cocok dengan hipotesa kerja kita.

Di padang pasir Gobi, jauh di bawah reruntuhan Khara Khota, Profesor Koslov menemukan pusara yang ditaksir berasal dari tahun 12.000 sebelum Masehi. Pusara itu tempatnya tidak jauh dari tempat vitrifikasi yang ajaib itu, yang hanya mungkin terjadi dengan panas yang sangat tinggi. Peti batunya berisi dua mayat pria kaya. Di atas peti batu itu terdapat suatu tanda lingkaran dibagi dua dengan sebuah garis vertikal. Di Pegunungan Subis di pantai barat Borneo terdapat suatu jaringan gua-gua yang di dalamnya dibuat seperti katedral. Di antara penemuan yang hebat ini terdapat pula hasil tenunan yang demikian halus dan indahnya, sehingga orang tak dapat membayangkan bahwa itu telah dibuat oleh orang-orang setengah biadab. Pertanyaan, pertanyaan, sekali lagi pertanyaan,...

Keraguan pertama dengan lihainya beralih bentuk menjadi teori arkeologi stereotype. Tetapi yang kita perlukan ialah pendobrakan semak belukar dari masa silam itu. Batu-batu penunjuk harus didirikan lagi, bila perlu harus ditetapkan sejumlah seri tanggal tertentu.

Boleh saya jelaskan di sini bahwa saya tidak meragukan sejarah dari 2000 tahun terakhir. Saya hanya berbicara khusus tentang sejarah purbakala yang jauh ke belakang, tentang kegelapan yang paling hitam; yang ingin saya terangi dengan jalan mengajukan pertanyaan-pertanyaan baru. Saya juga tidak dapat memberikan angka dan tanggal yang menunjukkan sejak kapan kunjungan para cendekiawan tak dikenal dari alam semesta dan kapan mulai mempengaruhi para cendekiawan muda. Tetapi saya berani meragukan cara sekarang untuk menentukan tanggal yang ditetapkan kepada masa silam itu.

Saya ingin menyarankan supaya peristiwa yang sedang menjadi perhatian saya, yakni zaman Paleolithic Dini ditempatkan antara tahun 10.000 dan 40.000 sebelum masehi. Cara kita untuk menentukan tanggal yang ada sampai sekarang, termasuk di dalamnya C 14 yang memuaskan setiap orang itu, akan meninggalkan gap besar apabila kita harus berurusan dengan jangka waktu kurang dari 5000 tahun. Semakin tua yang harus kita teliti, radio carbon itu semakin tidak dapat di percaya. Bahkan para sarjana vang terkenalpun menganggap metoda C 14 itu sebagai gertakan belaka, karena kalau suatu substansi organis berumur antara 30.000 dan 50.000 tahun, umur sebenarnya dapat ditentukan berapa saja di antara kedua batas itu. Kritik-kritik ini hanya dapat diterima dalam batas-batas tertentu; karena meskipun begitu cara kedua yang sesuai dengan C 14 dan didasarkan kepada alat pengukur paling mutakhir tak ayal lagi sangat diperlukan.

Bukan pula kesalahan kita, kalau buku-buku dan tradisi-tradisi kuno dari sejarah manusia, memperlihatkan begitu banyak hal-hal yang menggelikan.Tetapi adalah mutlak kesalahan kita, apabila kita mengetahui semua itu, tetapi tidak memperhatikannya dan menolak untuk menganggapnya serius. Manusia menghadapi masa depan yang hebat, masa depan yang akan melebihi kehebatan masa silamnya. Kita membutuhkan penelitian ruang angkasa, penelitian masa depan, dan keberanian untuk menangani proyek-proyek yang sekarang kelihatannya mustahil. Misalnya, proyek penelitian bersama mengenai masa silam yang mendatangkan kesankesan berharga tentang masa mendatang. Kesan-kesan yang kemudian akan dibuktikan dan akan menerangi sejarah umat manusia demi keuntungan generasi-generasi penerus.
(Erich von Däniken)
Continue reading Antara Piramid Dan Ruang Kosmos