Tampilkan postingan dengan label Fakta dan Kontroversi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fakta dan Kontroversi. Tampilkan semua postingan

30 September 2012

,

Pumapunku (Puma-Punka) Sebuah Misteri Peradaban Modern

Puma Punku, benar-benar mengejutkan imajinasi kita. Ini merupakan sisa-sisa dermaga besar di Danau Titicaca lama yang tersusun di atas pantai Tiahuanaco dan sebagian besar saat ini terdapat empat bangunan yang sayangnya telah ambruk. Salah satu konstruksi dari dermaga itu dibuat dari suatu benda yang diperkirakan berbobot 440 ton (setara dengan hampir 600 ukuran mobil berukuran penuh) dan beberapa konstruksi lainnya antara 100 dan 150 ton.

Tiahuanacao sendiri (juga dikenal sebagai Tiwanaku) adalah sebuah misteri, dikarenakan umurnya yang diklaim sudah sekitar 17000 tahun keagungan struktur megalithicnya, lokasinya, dan alasan kota ini dibuat di tempat yang terisolir. Tihuanaco juga diyakini merupakan pusat acara keagamaan, dan pusat perkembangan kebudayaan di daerah itu. Di sini dulu juga pernah berdiri tegak sebuah piramida batu, yang disebut Akapana. Ketika pertama kali ditemukan, piramida ini tertimbun pasir.Setelah diekskavasi dalam beberapa dekade akhirnya dinding dari piramida tersebut sudah mulai terlihat.



Pumapunku, adalah sebuah kompleks yang kemungkinan besar dulu digunakan untuk acara keagamaan. Bangunan-bangunan di sini dipoting dengan sangat halus, dengan berat masing-masing bongkahan rata – rata lebih dari 100 ton. Puma punku terletak di selatan Akapana. Dan dari posisi ini, kita bisa melihat gunung “suci”, sebuah gunung yang dikaitkan dengan ritual keagamaan warga setempat, jauh di timur sana.

Tambang darimana batu ini berasal terletak di titicaca, 10 mil ke barat dari tihuanaco. Dengan teknologi termutakhir abad inipun, mengangkat batu seberat ini sejauh 10 mil, kemudian dipotong-potong lalu digunakan untuk membangun bangunan-bangunan 4 lantai adalah sebuah kemustahilan.

Dan itu bukan satu – satunya masalah. Puma punku sekarang memang bukan suatu objek yang indah. Entah, bencana maha besar apa yang menhancur leburkannya. Namun sisa – sisa kejayaannya masih terlihat jelas

Pernah main lego? Gantilah balok-balok lego dengan batu-batu berukuran 150-450 ton, dan itulah puma punku. Ya, anda tidak salah membaca. Bangunan di puma punklu dibangun dengan cara mencookkan batu-batu itu sebagaimana lego. Tanpa semen dan tanpa perekat apapun

Belum lagi fakta yang mengatakan bahwa jenis batu yang digunakan di sini adalah batu granite dan diorite Dua batu ini adalah batu yang teramat keras. Hanya satu batu yang lebih keras, sehingga bisa membelah batu ini. Batu itu adalah, berlian! Sehingga, jika memang benar batu – batu ini dipotong dengan cara konvensional, pembangunnya pasti menggunakan alat-alat dari berlian. Atau mungkin mereka menggunakan teknologi yang belum pernah kita lihat.

Continue reading Pumapunku (Puma-Punka) Sebuah Misteri Peradaban Modern

20 September 2012

Benarkah Tembok Besar Cina Terlihat Dari Bulan?

Tayangan kartun "Ripley Believe It or Not!" pada tahun 1932 menyebut Tembok Besar China adalah sebuah karya agung manusia, satu-satunya yang akan terlihat dengan mata telanjang dari bulan. Sejak itulah, klaim mencuat, bahwa bangunan sepanjang 8.851 km itu, yang terpanjang sepanjang sejarah manusia, bisa disaksikan dari luar angkasa. Benarkah? 

Coba pikirkan, apa yang bisa lihat dari bulan, yang melayang sejauh 230.000 mil atau 370.000 kilometer dari bumi? 

Bahkan bumi sekalipun terlihat seperti bola biru dan putih dengan bercak kuning, coklat, atau hijau yang mengintip melalui awan yang berlimpah. Jika cuaca cerah, fitur bumi yang hanya dapat dilihat mata astronot dari bulan, hanyalah wilayah yang besar seperti Jazirah Arab. Tembok Besar China baru bisa dilihat luar angkasa melalui teleskop atau kacamata dengan kemampuan 17.000 kali ketajaman visual normal. Sebab, bangunan itu hanya berukuran tinggi 20 kaki atau 6.09 meter dan lebar hanya 6 meter. Itupun bentuknya hanya menyerupai cacing tanah. 

Jika Tembok Besar terlalu jauh untuk dilihat dari Bulan, bagaimana dengan titik lain di luar angkasa?

Batas ketinggian atmosfer yang memungkinkan untuk dilakukan pemotretan disebut "Karman line" atau 100 kilometer di atas permukaan air laut. Itu sudah maksimal. Garis itu menandai titik di mana udara sangat tipis, wilayah ini juga tidak memungkinkan bagi penerbangan aerodinamis, sekaligus merupakan orbit terendah yang diambil pesawat ruang angkasa dan satelit. Stasiun Luar Angkasa Internasional, berkisar lebih tinggi sekitar 250 mil atau 400 kilometer di atasnya.

Pertanyaannya, dapatkah seseorang melihat Tembok Besar dari jarak seperti itu?

Ini yang rumit, ada yang mengatakan, bisa, dengan syarat kondisi atmosfer dan pencahayaan sempurna. Namun, meskipun Tembok Besar China memiliki panjang lebih dari 8.000 km, ia tidak memutus pola lanskap.

Komponen bahan tembok tersebut, yang sebagian besar terdiri dari batu dan tanah liat, tidak menonjol dari warna-warna alami bumi.


Bahkan, astronot pertama China, Yang Liwei mengaku, ia tidak bisa melihat Tembok Besar selama misinya pada tahun 2003 lalu. Kabut polusi China yang tersebar luas mungkin tidak mengizinkannya melihat peninggalan berharga leluhurnya.

Namun, mungkin ada alasan lain kenapa Tembok Besar tidak kelihatan mencolok. Norberto López-Gil, profesor ilmu visi University of Murcia, Spanyol, melihat dinding tersebut dari luar angkasa secara fisik tidak mungkin bagi mata manusia.

Menurutnya, menatap Tembok Besar hanya dari jarak 100 mil atau 160 kilometer saja, hanya akan terlihat seperti kabel dengan lebar dua centimeter. Untuk mampu melihat tembok tersebut, sejauh itu, mata manusia membutuhkan ketajaman setidaknya tiga kali lipat dari ketajaman burung elang.

Bahkan dengan asumsi mata anda mampu melihat dengan ketajaman seperti itu, melihat Tembok Besar China, atau bangunan bikinan manusia apapun, dari luar angkasa adalah tak masuk akal.

Sebelumnya, NASA mengatakan astronot bisa melihat kota-kota, jalan raya, jembatan, bendungan dan bandara, serta lampu-lampu kota di malam hari. Itu memang benar, tapi semuanya dilihat dari orbit bumi.

Kesalahpahaman selama ini mungkin timbul dari foto beresolusi tinggi dengan obyek luar angkasa, yang dapat diperbesar, dipotong dan diolah sehingga fitur buatan manusia cukup jelas nampak. Secara khusus, sebuah satelit dengan radar pencitraan dan resolusi tinggi dapat dengan mudah membidik Tembok Besar China. Tapi untuk semua mata manusia, itu mustahil.
(Sumber: Life's Little Mysteries | umi)

Continue reading Benarkah Tembok Besar Cina Terlihat Dari Bulan?

03 September 2012

,

Misteri Batu ICA Peru

Di dataran utara Nasca, Peru, terdapat sebuah desa bernama ICA yang memiliki sebuah museum batu. Di dalam museum tersebut terpajang lebih dari 10.000 batu misterius yang terukir aneka gambar, sejumlah besar gambar yang sulit dipercaya, yang tercatat adalah sebuah peradaban manusia purbakala yang sangat maju yang telah musnah, gambar-gambar batu ini disebut prasasti batu ICA.

Menurut laporan media setempat, batuan-batuan yang terukir gambar yang disimpan di museum tersebut mulai ditemukan dalam skala besar ketika bendungan di Sungai ICA jebol. Gambar yang terukir di atas batu tersebut antara lain galaksi angkasa, binatang purbakala, daratan prasejarah, bencana dahsyat jaman dulu dan beberapa goresan kategori lain.


Menurut prediksi batu-batu langka yang dikumpulkan ini mungkin sudah ribuan tahun sejarahnya. Ahli terkait telah mengadakan tes kimia pada batu tersebut, dan hasilnya menunjukkan, bahwa batu-batu tersebut berasal dari sungai setempat dan merupakan batu Gunung Andes, permukaannya ditutupi dengan selapisan oksida. Setelah ditentukan dengan bahanbahan oleh ilmuwan Jerman disimpulkan bahwa bekas ukiran di atas batu tersebut sudah sangat lama sejarahnya, dan batu yang ditemukan disekitar gua, terdapat fosil organisme jutaan tahun silam.

Oleh ilmuwan, manusia-manusia purbakala pada batu ukiran tersebut dinamakan “bangsa geological”, menurut pengamatan dari gambar batu ukiran tersebut, mereka memiliki peradaban yang sangat maju. Di atas batu ukiran tersebut dilukiskan tentang operasi transplantasi organ, transfusi darah, teleskop, peralatan medis, manusia yang mengejar dinosaurus dan lain-lain pemandangan yang sulit dijelaskan secara ilmiah oleh ilmu pengetahuan modern.

Dalam gambar batu-batu ini, orang-orang bisa melihat secara jelas suasana kehidupan manusia bersama dengan dinosaurus dan ditilik dari gambar tersebut, perbandingan postur dinosaurus dengan manusia yang dilukiskan tidak berbeda jauh, dinosaurus bagaikan hewan piaraan, atau mungkin binatang yang dijinakkan orang-orang kala itu. Menurut ilmuwan, bahwa dinosaurus sudah punah sejak ratusan juta tahun silam, namun yang membingungkan adalah bagaimana manusia bisa hidup berdampingan dengan raksasa dinosaurus?


Ada sebuah batu yang dipahat dengan seekor Triceratops. Tampang dinosaurus ini sangat mirip dengan badak, namanya diambil dari 3 buah tanduk di kepalanya, seorang manusia menunggang di atas punggung Triceratops, tangannya menggengam senjata seperti kampak. Dan pada batu lainnya, tampak seorang manusia tengah menunggang di atas punggung dinosaurus. Selain itu, di atas sebuah batu terukir sebuah gambar, seorang manusia yang panik tampak dikejar oleh Tyrannosaurus Rex.

Selain itu, menurut penuturan pemiliknya yakni Dr. Javier Cabrera, bangsa geological tahu bahwa di galaksi yang jauh terdapat kehidupan taraf tinggi, mereka memiliki teknologi angkasa yang hebat, tidak perlu memakai sumber energi yang dikenal manusia modern, tapi bisa melakukan perjalanan antar planet. Di museum tersebut, ada beberapa gambar yang melukiskan bumi pada 13 juta tahun silam yang tampak dari angkasa. Ada 4 buah gambar pada ukiran tersebut persis seperti peta dunia, dan menurut sejumlah ahli, daratan yang dilukiskan pada peta-peta tersebut adalah daratan purbakala yang hingga sekarang masih merupakan misteri yakni daratan Atlantis, dalam dokumen kuno yang ditemukan juga ada gambaran tentang daratan purbakala yang tenggelam. Setelah ditentukan dengan bahan-bahan oleh ahli geologi terbukti, bahwa ke empat batu tersebut memang benar merupakan peta dunia pada 13 juta tahun silam, bahkan sangat tepat dan akurat.

Di tilik dari gambar batu ukiran tersebut, bangsa geological menguasai teknologi medis yang tinggi, misalnya transplantasi otak besar, serta bagaimana cara mengatasi reaksi penolakan organ dalam proses transplantasi, dan penerapan teknologi-teknologi ini baru mulai dalam ilmu kedokteran modern. Salah satu gambar yang terukir dalam batu melukiskan pemisahan dan pengambilan benda berbentuk gelembung dalam lingkaran janin ibu hamil, dan menginjeksinya ke dalam tubuh pasien yang menanti transplantasi. Pada batu ukiran tersebut juga dilukiskan tentang teknologi pembiusan dengan akuputur dalam operasi kedokteran. juga ada batu-batu yang mengukir gambar tentang gen genetika.

Yang lebih unik lagi, sejumlah gambar pada batu ukiran tersebut sama dengan gambar raksasa di dataran Nasca, ribuan bentuk dari potongan batu koral ini karya siapa, dan apa artinya, hingga sekarang masih merupakan misteri, namun, apakah garis atau bentuk batubatu tersebut ada hubungannya dengan ukiran batu ICA, belum dapat di buktikan.
Continue reading Misteri Batu ICA Peru

23 Agustus 2012

Misteri Antartika di Peta Oronteus Finaeus

Oronteus Finaeus sebenarnya adalah tukang gambar peta biasa. Tapi karya yang dikerjakan Topografer Perancis itu sampai sekarang masih menjadi misteri luar biasa. Mengapa…? Di tahun 1532, Oronteus Finaeus menggambar sebuah peta dunia. Bukan masalah kalau yang digambarnya sekedar peta sekitar Benua Eropa, Afrika, Asia, dan sebagian Amerika, tapi yang menjadi luar biasa adalah bahwa Oronteus Finaeus menggambarkan Benua ke enam - yaitu Antarktika (Kutub Selatan). Padahal belum ada orang yang pernah berlayar sampai ke Antarktika…! Dan yang lebih mencengangkan lagi, garis pantai pada peta Antarktika yang dihasilkan oleh Finaeus - ternyata sama persis seperti peta Antarktika modern saat ini. Tentu saja hal ini menjadi luar biasa, karena benua Antarktika ditutupi es abadi yang tebalnya mencapai 2 Kilometer. Dari mana Finaeus mengetahui semua itu…??? Itulah misteri yang belum terpecahkan hingga hari ini. Siapa Oronteus Finaeus ?



Oronce Fine itulah sebutan marganya, dilahirkan di Briançon tahun 1494 dan besar di Paris. Dia sempat meringkuk dalam penjara tahun 1518. Walaupun ia sendiri adalah seorang ahli matematika, namun di tahun 1522 masih mendapat gelar medis dari universitas Navarre di Paris. Tahun 1524, ia masuk sekali lagi dalam penjara dan di tahun yang sama ia membuat sebuah jam matahari dari bahan sisa gading. Pada abad ke16, banyak orang menyukai karya-karya para ahli matematika. Akhirnya Oronteus Fine diangkat menjadi ahli perbentengan dan dipekerjakan di pertahanan Benteng Milan-Italia.  Tahun 1531, ia mendapat gelar kehormatan di Collège Royal Paris. Pada saat itu pula karirnya menanjak dengan menulis banyak karya ilmiah. Karyakarya itu yang sempat dipublikasikan, diantaranya: 
  1. Risalah ilmu perbintangan dan alat-alat falak. Pada tahun 1520, dialah yang mengusulkan bahwa gerhana bulan dapat digunakan untuk menentukan garis bujur sebuah tempat. 
  2. Tahun 1519 Menemukan proyeksi peta dan kemudian memproduksi peta dunia yang sekarang ini kita pakai. 
  3. Di tahun 1544, menghitung nilai dari pi (22:7) = ( 22 2/9)/7, kemudian diperbaiki menjadi 47/15. Ia percaya bahwa bumi adalah pusat dari alam semesta.
Peta ini ditemukan di Perpusatakaan Congress, Washington DC di tahun 1960 oleh Charles Hapgood. Bertuliskan “ digambar oleh Oronteus Finaeus tahun 1531”. Hampir sama persis dengan pemetaan Piri Reis, Antarctica ditunjukkan dengan es yang bebas mengalir seperti sungai, pola pengeringan dan coastline. Peta Oronteus Finaeus lebih akurat dibanding peta yang lain pada waktu itu. Sesungguhnya, lebih akurat dibanding peta manapun yang dibuat sampai ke tahun 1800.
Continue reading Misteri Antartika di Peta Oronteus Finaeus

22 Agustus 2012

,

Peradaban India Kuno yang Musnah

Perang Mahabharata pada masa India kuno kemungkinan besar merupakan sebuah perang berteknologi tinggi semacam perang nuklir. Bukti-bukti kerusakan akibat perang itu menunjukkan hal itu.

Mahabharata, adalah sebuah wiracarita India kuno yang terkenal, berbahasa Sansekerta, yang melukiskan tentang konflik keturunan Pandu dan Dritarastra dalam memperebutkan takhta kerajaan. Bersama dengan Ramayana disebut sebagai 2 besar wiracarita India, yang ditulis pada tahun 1500 SM, dan hingga kini sudah sampai sekitar lebih dari 3.500 tahun. Fakta sejarah yang dicatat dalam buku tersebut, masanya juga lebih awal 2.000 tahun dibanding penyelesaian bukunya, artinya peristiwa yang dicatat dalam buku, kejadiannya hingga kini kira-kira telah lebih dari 5.000 tahun yang silam. Buku ini telah mencatat kehidupan dua saudara sepupu yakni Kurawa dan Pandawa yang hidup di tepian sungai Gangga, serta dua kali perang hebat antara kerajaan Alengka dan Astina. Namun yang membuat orang tidak habis pikir, kenapa perang pada masa itu begitu dahsyat? Dengan menggunakan teknologi perang tradisional, tidak mungkin bisa memiliki kekuatan yang begitu besar. Spekulasi baru dengan berani menyebutkan perang yang dilukiskan tersebut, kemungkinan adalah semacam perang nuklir!

Perang pertama kali dalam buku catatan dilukiskan seperti berikut ini: bahwa Arjuna yang gagah berani, duduk dalam Weimana (sarana terbang yang mirip pesawat terbang) dan mendarat di tengah air, lalu meluncurkan Gendewa, semacam senjata yang mirip rudal, roket yang dapat menimbulkan sekaligus melepaskan nyala api yang gencar di atas wilayah musuh, seperti hujan lebat yang kencang, mengepungi musuh, kekuatannya sangat dahsyat. Dalam sekejap, sebuah bayangan yang tebal dengan cepat terbentuk di atas wilayah Pandawa, angkasa menjadi gelap gulita, semua kompas yang ada dalam kegelapan menjadi tidak berfungsi, kemudian badai angin yang dahsyat mulai bertiup, wuuus.... wuuus...., disertai dengan debu pasir, burung-burung bercicit panik... seolah-olah langit runtuh, bumi merekah. Matahari seolah-olah bergoyang di angkasa, panas membara yang mengerikan yang dilepaskan senjata ini, membuat bumi bergoncang, gunung bergoyang, di kawasan darat yang luas, binatang-binatang mati terbakar dan berubah bentuk, air sungai kering kerontang, ikan udang dan lainnya semuanya mati. Saat roket meledak, suaranya bagaikan halilintar, membuat prajurit musuh terbakar bagaikan batang pohon yang terbakar hangus.

Jika akibat yang ditimbulkan oleh senjata Arjuna bagaikan sebuah badai api, maka akibat serangan yang diciptakan oleh bangsa Alengka juga merupakan sebuah ledakan nuklir dan racun debu radioaktif.  Gambaran yang dilukiskan pada perang dunia ke-2 lebih membuat orang berdiri bulu romanya dan merasa ngeri: pasukan Alengka menumpangi kendaraan yang cepat, meluncurkan sebuah rudal yang ditujukan ke-3 kota pihak musuh. Rudal ini seperti mempunyai segenap kekuatan alam semesta, terangnya seperti terang puluhan matahari, kembang api bertebaran naik ke angkasa, sangat indah. Mayat yang terbakar, sehingga tidak bisa dibedakan, bulu rambut dan kuku rontok terkelupas, barang-barang porselen retak, burung yang terbang terbakar gosong oleh suhu tinggi. Demi untuk menghindari kematian, para prajurit terjun ke sungai membersihkan diri dan senjatanya. Spekulasi perang Mahabharata sebagai perang nuklir diperkuat dengan adanya penemuan arkeologis. Para arkeolog menemukan banyak puing-puing yang telah menjadi batu hangus di atas hulu sungai Gangga yang terjadi pada perang seperti yang dilukiskan di atas. Batu yang besar-besar pada reruntuhan ini dilekatkan jadi satu, permukaannya menonjol dan cekung tidak merata. Jika ingin melebur bebatuan tersebut, dibutuhkan suhu paling rendah 1.800 C. Bara api yang biasa tidak mampu mencapai suhu seperti ini, hanya pada ledakan nuklir baru bisa mencapai suhu yang demikian. Di dalam hutan primitif di pedalaman India, orang-orang juga menemukan lebih banyak reruntuhan batu hangus. Tembok kota yang runtuh dikristalisasi, licin seperti kaca, lapisan luar perabot rumah tangga yang terbuat dari batuan di dalam bangunan juga telah dikacalisasi. Selain di India, Babilon kuno, gurun sahara, dan guru Gobi di Mongolia juga telah ditemukan reruntuhan perang nuklir prasejarah. Batu kaca pada reruntuhan semuanya sama persis dengan batu kaca pada kawasan percobaan nuklir saat ini.

Semua temuan arkeologis ini sesuai dengan catatan sejarah yang turun-temurun, kita bisa mengetahui bahwa manusia juga pernah mengembangkan peradaban tinggi di India pada 5.000 tahun silam, bahkan mengetahui cara menggunakan reaktor nuklir, namun oleh karena memperebutkan kekuasaan dan kekayaan serta menggunakan dengan sewenangwenang, sehingga mereka mengalami kehancuran. Sebagai perbandingan, reaktor nuklir pada 2 miliar tahun silam pernah dimanfaatkan di Oklo, Afrika Selatan. Manusia dapat memanfaatkan nuklir untuk tujuan damai, sekaligus memanfaatkan topografi alam menimbun limbah nuklir, peradaban materiil taraf tinggi ini jelas dikembangkan melalui peradaban jiwa yang relatif tinggi, beroperasi selama 500 ribu tahun, mewakili perdamaian dan kemakmuran 500 ribu tahun. Kalau tidak, penggunaan senjata nuklir yang saling menyerang seperti wiracarita yang dilukiskan dalam peradaban India kuno, mungkin jika tidak hancur dalam 50 tahun, akan mengalami penghancuran dengan sendirinya!

Teknologi reaktor nuklir pada manusia modern baru beberapa dasawarsa saja ditemukan, hanya demi masalah limbah nuklir saja telah berdebat tiada henti, apalagi memperdebatkan yang lainnya, kita benar-benar harus merasa malu dengan manusia zaman prasejarah untuk hal seperti ini.
Continue reading Peradaban India Kuno yang Musnah