15 September 2022

Bias

Ingatanku tentangmu selalu bercampur harapan akan sebuah masa depan yang tertata rapi. Sebuah kepastian. Sebuah nomor yang bisa kutelpon setiap kali kubutuhkan. Seseorang yang akan selalu ada bahkan tanpa diminta. Ingatanku tentangnya selalu bercampur harapan akan hari-hari penuh kejutan. Penantian yang membuncah menjadi kecupan tak henti-henti ketika mencapai akhir.


Sejenak aku seperti terpelanting ke masa silam. Berbelas musim berganti, berpuluh purnama lalu. Ketika aku memutuskan untuk mengejar matahari di timur, mengejar mimpi hingga ke tubir malam. Meninggalkan perempuan selaksa senyum. Bayangkan saja. Meninggalkan pesonamu ketika setiap malam aku justru meranggas menanti teleponmu? Mana mungkin aku menafikan kehadiranmu saat dirimu justru seluruh inspirasiku?


Tapi aku telah menjatuhkan pilihan, kupertaruhkan seluruh kartu terbaikku di atas meja ketika pada saat yang sama aku tahu bahwa perjudianku bukan untuk setiap lembar uang yang kumenangkan. Saat malam berselingkuh dengan pagi dan melahirkan siang selalu ada aku di ujung cakrawala.

 

Seandainya aku bisa memutar waktu, aku pasti tak hanya hidup bersamamu di masa lalu, tapi juga musim-musim yang hendak kita tuju.


Dulu cuma abadi di masa lalu. Terbuat dari batu cadas. Tak bisa diapa-apakan. Masa depan dapat kita bentuk dari sekarang.


Untuk apa kita hidup di masa lalu? Dunia toh terus bergegas lekas. Gerimis turun. Panas meranggas. Begitu seterusnya. Menuju masa depan. Tapi ini soal pilihan apakah kau tetap ingin hidup sendirian di masa lalu, atau mencoba peluang bersamaku di masa depan.
Masa depan menunggu dengan sabar. Seperti aku menantimu. Di sini. Berteman angin yang berdesir-desir. Usahlah kau takut. Jangan pernah merasa sendirian.


Aku toh akan selalu di dekatmu. Mewarnai hidupmu, setiap hari sepanjang waktu. Meski kita berjauhan. Seperti kau dulu juga setia di sebelahku, membacakan puisi pengantar tidur.


Marilah kita lupakan masa lalu yang biru dan membuat bibirmu kelu. Biarlah perih dan luka disembuhkan oleh waktu.


Waktu adalah teman yang baik. Membuat kita dewasa. Membuat kita lebih kuat. Dan kuat. Lupakan saja yang dahulu. Seperti kabut meninggalkan tanah, kupu-kupu melepas kepompong, dan pelangi meninggalkan hujan.


Musim semi sudah menunggumu. Hari-hari warni-warni ada di depanmu. Hidup tak pernah sama lagi buatmu. Untukku. Kita.

 

 

0 comments:

Posting Komentar