Rasanya sudah lama sekali sejak kita bertemu untuk yang pertama kali. Aku hampir lupa seberapa sering kita bicara obrolan ringan, atau diam saja memandangi hujan sampai bosan. Dan aku sungguh-sungguh lupa kapan terakhir kali kita tertawa bersama.
Aku tidak suka ini. Kenyataan bahwa aku mulai melupakan banyak hal tentang kita. Detail-detail kecil yang menurutku penting.
‘Mungkin kamu
akan melupakan mereka yang pernah tertawa bersamamu, tetapi kamu tidak akan
pernah bisa melupakan mereka yang pernah menemanimu saat jatuh”.
Ya, aku tidak melupakanmu. Belum. Meskipun aku
ingin. Meskipun aku mau.
Karena alangkah lebih baiknya jika begitu. Aku tak
perlu mengingat betapa kita memutuskan untuk menempuh jalan yang berbeda sama
sekali. Sendiri-sendiri.
Meninggalkan apa yang pernah kita miliki tanpa
pernah memutuskan apakah kita akan kembali, atau apakah kita akan bertemu lagi suatu
saat nanti.
Sekarang, kita seperti dua orang asing yang tidak
pernah saling kenal. Menapaki hidup masing-masing dengan kepala tegak dan
pandangan lurus ke depan, agar hati kita yang rapuh dan retak-retak ini luput
dari pandangan. Kita memaksa diri untuk tidak menoleh kebelakang. Untuk
mengubur semua yang pernah ada.
Tetapi kita tahu, bahwa apa yang kita campakkan itu,
akan tetap ada selama kita ada bukan?
Kita pernah bersama. Tidak secepat itu kita bisa
berpisah dari satu sama lain dan menjadi baik-baik saja.
Dan bukankah
hingga detik ini, kita masih bertanya-tanya, apakah dulu yang kita campakkan
itu cinta?
Malam ini, ketika aku menengadah memandangi
bintang-bintang di langit malam, aku melihat kita di masa lalu. Kita adalah
kelap-kelip itu.
Dimana kamu
berada saat ini?
Apakah kamu juga
tengah memandangi langit malam ini, langit yang biasa kita bagi bersama?
Katakan, apa
yang kamu lihat ketika kamu memandangi bintang-bintang?
Apakah kamu
masih melihat aku dan kamu di masa lalu?
Ataukah…. Kamu hanya
melihat bintang-bintang?
Perempuanku
0 comments:
Posting Komentar